Sembilan Belas

1K 182 49
                                    

"A man worth being with is one that kind to people that have hurt him, a person that respects another's life, and the one that has manners and shows people respect."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●


"Kak, dokumennya jangan lupa dibaca. Udah dari kemarin ituu!"

Gaung suara Keira mengisi ruangan yang baru saja ia masuki tanpa permisi atau ketuk pintunya terlebih dahulu. Tindakan bar-bar yang membuat Jevian mengerang jengkel sebab bokongnya saja belum sempat menyentuh empuknya kursi kala itu.

"Iya, ini mau diperiksa. Bawel."

Keira mendelik jengkel. "Kalau aku nggak bawel, nggak selesai kerjaan Kakak." tungkai wanita yang empat tahun lebih muda dari Jevian itu melangkah mendekat. "Mana pesenan aku?"

Menatap telapak tangan sang adik yang terulur tanpa sopan santun itu membuat Jevian menghela napas mengalah. "Tuh, di atas meja." ujarnya sembari melirik satu set salad pesanan sang adik saat Jevian pergi makan siang di luar kantor bersama teman-temannya.

"Dressingnya nggak salah lagi, kan?"

"Enggak. Kakak baca pesan kamu seratus kali."

"Hih, lebay amat!" protes Keira geli. "Thank you, Kak."

"Hm."

"By the way, Papa minta Kakak nanganin lunch meeting sama Pak Aryaguna weekend ini."

Jevian yang baru akan membuka map di atas meja mematung sejenak. "Hah? Papa nggak bilang apa-apa?"

"Papa sama Mama mendadak harus ke Aussie. Coba cek email berkala ya, Kakakku sayang." ujar Keira dengan ekspresi penuh ledekan. "Makanya kalau udah ngumpul sama temen, jangan sibuk ngerumpi mulu."

"Daripada kamu, nggak punya temen. Udah sana keluar."

Keira mengernyit mendengar ledekan dari sang kakak dan memajukan bibirnya protes. "Kasar banget sih. Nanti nggak ku bantuin packing, baru tau rasa."

"Bisa sendiri."

"Impossible. Kalau nggak ada Mbak Jihan, Kakak kan cuma butiran debu."

"KEIRA!!"

Blam.

Pintu tertutup sebelum Jevian sempat melemparkan sesuatu ke wajah sang adik. Ya, walaupun kalau dipikir-pikir tidak mungkin juga sih Jevian jadi sekasar itu pada si bungsu. Pasalnya Keira makin hari jadi makin cerewet tidak menentu. Terkadang Jevian merasa pusing sendiri menghadapi celotehan adiknya.

Cklek.

Pintu kembali terbuka dan kepala Keira muncul dari sana.

"Apa lagi?!" tanya Jevian sewot saat melihat sang adik kembali masuk dengan langkah pelan bak pencuri ke dalam ruangannya.

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang