Tujuh Belas

918 196 62
                                    

"There is nothing more dreadful than the habit of doubt."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●

"Siapa?"

Jihan mengerjap bingung meski kedua bola matanya tampak berbinar.

"Laluna, Tante—eh, Mbak.."

Terdengar kekehan rendah dari Ajis yang kemudian menarik perhatian keduanya.

"Ajis kamu beneran punya pacar?"

"Punya lah, muka ganteng gini masa nganggur—aduh.." Ajis mengusap lengannya yang baru saja dipukuli Lami dengan gragas. "Bocil-bocil pada ke mana, Mbak?"

"Ada di belakang, lagi cuci piring."

"Cuci piring?"

Ajis menoleh pada Lami, "Iya. Pada pinter. Tau bundanya lagi repot, jadi minta diajarin caranya cuci piring sendiri sama Bi Eni."

Lami melirik perut besar Jihan lalu mengangguk paham.

"Ini si ubun-ubun mau ketemu bocil Mbak katanya."

"Kok.. ubun-ubun?"

"Soalnya ubun-ubunnya cuma segede daun kelor, Mbak. Nih liat—aduh!"

Ajis yang sudah bersiap-siap mengukur ubun-ubun Lami dengan jengkalnya yang lebar kembali mengaduh usai mendapat pukulan baru. Dan interaksi keduanya pun berhasil membuat Jihan tergelak.

"Lecu deh kalian. Laluna duduk dulu. Mau minum apa?"

"E-eh nggak—"

"Jangan repot-repot, Mbak. Dia bawa minuman sendiri, kok."

"Nggak repot, lagi nggak ada pesenan ini juga." Jihan membantah sambil buru-buru keluar dari meja kerjanya.

"Mbak kalau ujung-ujungnya bikin repot gini, ubun-ubun aku pulangin aja nih.."

"Ih kok gitu?" langkah Jihan berhenti lalu tubuhnya berbalik dengan ekspresi merengut tidak setuju.

"Soalnya kata Kak Ajis kalau mau diajakin ke sini, nggak boleh ngerepotin, Mbak.." Lami menjawab sembari mengangkat kantung belanja yang ia bawa. "Aku.. bawa jajan kok Mbak. Sekalian buat adek-adek juga hehe."

"Tapi kan—"

Ting!

Suara bel di ujung pintu terdengar nyaring dan berhasil menarik perhatian ketiganya. Ajis yang saat itu berada paling dekat dengan pintu masuk segera membungkuk dan menyambut pelanggan mereka dengan ucapan selamat datang sebelum membiarkannya melihat-lihat bunga yang ada pada rak-rak tinggi di toko.

Desiderari | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang