Bikin Kaget Saja.

0 0 0
                                    

Ratu Audrey dan Raja Ivran saling berpelukan, tanpa menyadari ada yang melihat kemesraan itu.

"Ehem.....ehe...eeeem." Arkan berdehem jahil.

Tentu saja kedua pasangan itu kaget setengah mati ditambah dengan tawa kecil dari mulut Arkan sang Putra.

"Aduh.....Ayahnda kira siapa? Ternyata....." Raja Ivran tidak melanjutkan kalimatnya tapi, langsung menggetok kepala Anakya....Gregetan!

Arkan masih saja dengan sisa tawanya....

"Ketawa teru...uuuus!" Sungut Ratu Audrey melipat tangannya pura-pura marah.

"Maaf, Bunda, Ayahnda," ucap Arkan dengan sisa tawanya."Bukannya Ananda mau ikut campur tapi, tadi itu.....Arkan tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tapi, apa?"

Aduh....gmana ya? Arkan menggaruk kan kepalanya.

"Kalian paner kemesraan, apa masih pantas? Kalau aku sama Ilaya sih, masih pantas?" Cibir Arkan.

"Aih....kau ini, bikin kaget saja!" Gerutu Ratu Audrey.

"Iya, kita kira apaan?" Timpal Raja Ivran menggeleng."Apa salahnya kami pamer kemesraan? Memangnya cuma yang muda saja boleh pamer?" Sindir Raja Ivran merangkul tubuh sang Istri...Erat.

"Maksud Ananda bukan begitu, Ayah," tutur Arkan merasa bersalah.

"Arkan, kemesraan itu gak memandang tua dan muda asalkan bersama dengan pasangannya," ucap Ratu Audrey, lembut lalu mendongak memandang Suaminya, mesra.

"Iy...iya, Bunda maaf," lirih Arkan, menunduk.

"Nak, ada beberapa pasangan seumuran kami yang bosan dengan pasangan mereka masing-masing, mungkin dikarenakan umur mereka yang tidak muda lagi, mereka tidak pernah pamer kemesraan sebenarnya, gak usah pamer kemesraan gak apa-apa sih yang penting mereka saling mencintai dan menerima satu sama lain, itu sudah cukup," kata Raja Ivran panjang lebar.

"Iya, Nak suatu saat nanti jika kau dan Ilaya seumuran kami teruslah saling mencintai dan menyayangi mungkin rasa bosan itu pasti ada tapi, kalau kalian tidak memandang ego masing-masing dan berpaling pada yang lain, apa yang lain itu bisa menerima kalian?" Imbuh Ratu Audrey yang diangguk oleh Raja Ivran.

"Iya, Ayah Ananda mengerti sekarang."








Rumah Sakit Savana..
'Oe..eek......oe..eeeeek.'

Suara Bayi terdengar di seluruh koridor Rumah Sakit, senyum bahagia pun meluncur bibir Nenek Amelia dan suaminya, Kakek Bian terutama ungkapan syukur dari bibir Ben dan Revo yang sabar ingin melihat sang Adik.

Sang Dokter pun keluar dengan wajah bahagia.

"Apa kalian keluarganya? Tanya Dokter Nata pada Ben cs untuk memastikan.

"Iya, Dok saya Suaminya dan mereka, Kakek dan Nenek saya," jawab Ben sembari memperkenalkan keluarganya.

Dokter Nata pun mengangguk hormat pada Kakek dan Nenek Ben, kedua pasangan renta itu pun membalas dengan senyuman ramah.

"Selamat, Pak Putri anda telah lahir dengan lengkap dan selamat," info Dokter Nata.

"Apa? Istri saya melahirkan seorang Putri, Dok?" Ben masih belum percaya dan memandang sang Putra, bahagia.

"Iya, Pak itu memang benar, selamat ya," ucap Dokter Nata ikut merasakan kebahagiaan.

"Hole..eee, Levo punya Adik..kkkk!" Seru Revo, bahagia.

"Lalu, bagaimana dengan keadaan Istri saya, Dok?" Tanya Ben dengan wajah cemas.

"Istri anda dalam kondisi baik-baik saja dan sang Ibu sedang menyusui Anaknya sekarang."

"Wuah...Pa, Leno gak sabal mau lihat Adik Leno, ayo..Pa, kita lihat," rengek Revo sambil menarik-narik baju sang Ayah tak sabar.

"Iya, sayang sabar ya," ucap sang Ayah, lembut.








Di Penginapan...
Setelah, sholat Dhuha berjama'ah Abdulah dan Devano beristirahat sejenak.

"Abdulah, apa kita harus menghantarkan surat wasiat dari Lendra itu kepada yang Mulia Raja Ivran?" Tanya Devano, ragu.

"Iya, Devano itu harus, karena ini sama saja dengan utusan dan ini harus dilaksanakan apalagi ini berhubungan dengan Pangeran Arkan," jawab Abdulah.

"Apa maksudnya, Kawan?" Devano tidak mengerti.

Bersambung

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang