"Kamu? Maulana? " Tanya seorang lelaki tua tapi masih sehat, menyelidiki.
"Iya, Paman. Saya Maulana, " jawab Maulana meyakinkan.
"Masya Allah, sudah lama tidak bertemu ternyata, kau sudah dewasa, Nak, " ucap sang Paman, senang.
"Iya, Paman. Sudah lama kita tidak bertemu, " sahut Maulana ikut senang.
"Hmm.. Sudah berapa tahun ya.. Kira-kira? " Abdulah sang Paman mencoba mengingat.
"Tepatnya, sewaktu Maulana berumur lima tahun dan Ilaya tiga tahun kita sudah berpisah, Paman. "
"Oh.. Iya, waktu itu Paman ingin mengadu nasib sayangnya, Paman selalu gagal. " Abdulah mendengus. "Sampai suatu ketika ada seseorang yang melihat kemampuan Paman dan dia, menjadikanku seorang Guru Alhamdulilah Paman sangat bersyukur atas karunia Nya. "
"Wah.. Alhamdulilah. "ucap Maulana penuh rasa syukur dan dia menatap heran seorang pria yang bersama dengan sang Paman.
" Paman, Tuan ini... "
"Oh.. Iya, aku lupa memperkenalkan seorang teman, ini teman Paman namanya Devano. " Abdulah memperkenalkan sang teman.
"Devano, ini Maulana keponakanku yang sudah lama tidak aku jumpai. " Devano tersenyum dan mengucapkan salam.
"Walaikum salam, Tuan, " sahut Maulana, sopan. "Senang berjumpa dengan anda, mari silakan masuk, " sambutnya.
"Terima kasih, saya juga senang berjumpa denganmu, Maulana dan tolong jangan panggil saya Tuan itu terlalu tinggi, kamu panggil saja aku Paman, " balas Devano, bijak.
"Baik, Paman Devano. Silakan kalian masuk, maaf Ayah sedang tidak bisa menyambut kalian. "
"Tidak mengapa. "
Setelah masuk..
"Paman berdua, silakan duduk, Maulana akan menyuruh Bu Arfen untuk membuat minuman dan cemilan buat kalian. "
"Tidak usah repot-repot, Nak. Kami ke sini hanya untuk bertemu dengan kalian kok, " sanggah Abdulah."Ngomong-ngomong bagaimana dengan Kakak iparku... Ayahmu? "Wajah Maulana kembali mendung.
" Beliau semakin parah saja, Paman. Tubuhnya sudah tidak dapat digerakkan lagi bahkan beliau sudah lupa ingatan, "keluh Maulana.
" Astagfirlah, "ucap Abdulah dan Devano, bersamaan.
" Untungnya, ada sepasang suami istri seumur kalian yang mau merawat Ayah. "
"Oh... terus Anaknya? "
"Mereka sudah ditingal putra mereka karena gugur di medan perang. "
"Inalilahi wa ina lilahi roji'un, kasihan mereka, " ucap Devano, iba.
"Pasti mereka sangat sedih, " timpal Abdulah ikut merasakan duka.
"Semoga putra mereka diberikan tempat yang layak di sisiNya. "
"Amiin ya.. robal alamin. "
Setelah lama terdiam..
"Oh.. Iya, Maulana. Paman dari tadi tidak melihat Adikmu, mana Ilaya? " Abdulah celingak celinguk.
"Ilaya, dia sudah menikah, Paman. Dia sekarang tinggal bersama Suami dan mertuanya, " jawab Maulana.
"Sudah menikah? " Ulang Abdulah tak percaya.
"Iya, Paman. maaf, kami gak sempat mengundang Paman, " sesal Maulana.
"Tidak apa, lagipula kalian kan tidak tahu keberadaan Paman, " ujar Abdulah, mengerti.
Negeri Zamour..
Tepatnya di Pensantren..
Syech Malik memberikan ceramah pada murid-muridnya setelah mereka melakukan sholat."Kesombongan adalah malapetaka, mengapa disebut malapetaka? Karena, siapapun ciptaan Allah yang suka pamer parahnya, pamer suatu benda seolah miliknya padahal milik orang lain akan mendapat kerugian dan Allah tidak suka dengan orang yang sombong. " Begitulah isi dari ceramah Syech Malik yang penuh dengan inspirasi dan pelajaran hidup.
Para santriwan dan santriwati itu hanya diam dan menyimak ceramah gurunya terkadang ada selingan joke di tengah ceramah Malik sang guru.
Dalam perjalanan...
"Berhenti! " Sentak seorang lelaki, keras."Astagfirlah! " Teriak Arkan kaget.
"Astaga! " Raja Ivran pun tak kalah kagetnya.
"Turun kalian! "
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel of hijrah(completed)
AvventuraPerjuangan pangeran Arkan menjadi muslim sejati tidak hanya sebatas atas nama islam yang kini di sandangnya tapi berlaku seperti pada umumnya orang islam. Dia menekuni pelajaran islam di negeri Zamour, Berlatih melafalkan bacaan alquran dari ayat pe...