"Lima menit lagi kita sudah mau sampai, Ayah, " jawab Arkan, mantab.
"Ayah sudah tidak sabar ingin lekas sampai di sana, " tutur Ivran tak sabar.
"Sabar, Yah. Mungkin mereka sedang sibuk, " hibur Arkan, kemudian.
"Hmmm... bisa jadi sih. "
Dari arah lain...
"Abdulah, sebenarnya. Pangeran Arkan ke arah mana sih? " tanya Devano, bingung."Aku juga gak tahu, Devano. Sabar aja mungkin suatu saat insyaAllah kita bertemu dengan mereka dan kita bisa menyampaikan pesan dari Kendra ini pada mereka, " jawab Abdulah, datar.
"Aamiin."
Kediaman Tuan Zabur
"Bapak dan Ibu Azer, ini gaji sekaligus bonus untuk kalian berdua karena sudah dengan rela merawat ayah saya, " ucap Maulana seraya memberikan amplop cokelat pada sepasang suami istri itu."Wah, terima kasih, Tuan. Anda begitu baik, " ucap keduanya.
"Tidak perlu, harusnya. Sayalah yang berterima kasih pada kalian berdua karena sudah dengan ikhlas merawat ayah saya, " balas Maulana, tulus.
"Ya, itu memang tugas kami, Tuan. Untuk merawat Tuan Zabur, " sahut sang suami.
Sedangkan Tuan Zabur yang masih saja berbaring hanya terdiam beliau melihat sekeliling kamar dengan pandangan tanya.
"Aku di mana ini? " cicitnya dalam hati bertanya-tanya dengan wajah bingung.
Oh... iya, perlu diketahui. Suami istri Arzen ternyata merawat Tuan Zabur dengan sabar dan telaten terbukti dengan keadaan Tuan Zabur yang jauh lebih baik walau sudah pikun tak bisa berjalan lagi.
"Mengapa? kamu sudah mulai mendukung Maulana seperti yang dulu? " sindir Rheina, emosi. Mengingat yang dulu.
"Enggak, Sayang. Aku gak bermaksud begitu, " sahut Farid, menyanggah.
"Terus! " serang Rheina membulatkan matanya.
"Dengerin aku dulu, Sayang. A.. aku gak bermaksud membela mantanmu itu, seperti aku dulu yang terpengaruh sama omongannya. "
Farid membela diri, tapi di sisi lain. Dia menyalahkan dirinya sendiri yang sudah terhasut omongan Maulana bahwa dia hamil bukan hasil dari dirinya melainkan pria lain.
Karena Maulana juga terhasut oleh wanita licik bernama Syaila.
Flashback on...
"Apa benar kau ingin menikahi mantan istriku? " tanya Maulana, mencibir."Iya, apa kau keberatan? " Farid bertanya balik.
"Oh... tentu saja tidak, justru aku sangat menghindari perempuan munafik itu, " jawab Maulana, tenang.
"Maksudmu? "
Flashback off...
"Sayangku, tenanglah. Aku ingin memberimu sebuah pertanyaan, sampai kapan kamu memusuhi mantanmu? kamu sudah beberapa bulan lho memusuhinya sudah gak cinta gak masalah, tapi kalau memusuhinya terlalu lama gak baik juga kan? "
"Maksudnya apa nih? "
Sebuah pertanyaan datang dari benak Rheina dan rasa curiga itu pun muncul seketika.
"Jangan-jangan.... "
Tatapan imtidasi Rheina menuju kepada suami keduanya itu.
"Bukannya, aku mendukungnya, Rhei. Apalagi terpengaruh oleh kata-katanya seperti yang dulu, sungguh. "
"Kamu masih ingat kan? dulu kamu pernah menudingku sebagai perempuan gak bener tanpa tahu kebenarannya, " ungkap Rheina, menohok
"Iya, Sayang. Aku memang salah waktu itu sehingga kau menolak lamaranku, ingat? " balas Farid.
"Tentu saja aku masih ingat, seseorang yang tidak tahu malu. Berani menghina juga berani melamarku, terang saja aku tolak lah! apalagi kamu tanpa rasa berdosa datang ke rumahku untuk melamarku. Jelas-jelas ya kamu itu gak punya hati sama sekali! " ungkit Rheina dengan nada tinggi.
Mendengar penuturan Rheina, Farid mengusap wajahnya yang tampan. Sebenarnya, waktu itu dia merasa bersalah.
"Dengan wajah yang datar dan dingin kau datang ke rumahku, " lanjut Rheina sambil menerawang terus menatap tajam sang suami. "Ingat? "
"Tentu saja, kau juga dengan kasar melempar cincin yang aku berikan padamu kemudian mengusir dan menendangku dari rumahmu, " cerita Farid.
"Karena kau pantas mendapatkan nya, " sahut Rheina, dingin.
Dia pun merasa tersinggung dengan perbuatan istrinya waktu itu, tapi dia sadar kalau dia pantas diperlakukan demikian oleh Rheina.
Flashback on....
Bugh...
Rheina dengan kasar menendang tubuh Farid hingga tersungkur."Jangan harap kau datang ke rumahku lagi untuk membawaku dan putriku! kalau kau lakukan itu lagi, kau akan tahu akibatnya! " ancam Rheina, sengit.
Flashback off...
"Iya, Sayang. Aku memang pantas mendapatkan itu darimu karena aku sudah membuatmu tersakiti oleh kata-kata kasarku dan aku mengerti kalau kau begitu marah dan kesal padaku, " aku Farid tersenyum kecut. "Maafkan aku ya, " ucapnya, tulus sambil memegang tangan mungil sang istri.
Rheina yang bingung harus bagaimana tidak bisa berkata apa-apa selain mengangguk lemah.
"Abdulah, " panggil Devano.
"Hmmm... " sahut Abdulah.
Abdulah dan Devano sedang melakukan perjalanan dengan mengendarai kuda.
Mereka sekarang berada di desa Daifa yang ternyata sedang mengalami musim dingin.
"Aku ingin tahu, bagaimana rupa Raja Ivran dan Pangeran Arkan itu? "
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel of hijrah(completed)
PertualanganPerjuangan pangeran Arkan menjadi muslim sejati tidak hanya sebatas atas nama islam yang kini di sandangnya tapi berlaku seperti pada umumnya orang islam. Dia menekuni pelajaran islam di negeri Zamour, Berlatih melafalkan bacaan alquran dari ayat pe...