Mendapat hidayah 2.

3 0 0
                                    


Tubuh Lendra bergetar hebat, lalu berlutut di kaki Abdulah, tentu saja Abdulah kaget dan menghentikan Lendra lalu membawa nya lagi ke tempat tidur.
Lendra sesengguk kan mengingat dosanya di masa lalu, terlalu banyak dosa yang dia sebar selama ini.
"Do...dosaku terlalu banyak, Pak, bagaimana bisa Tuhan memaafkan ku?" Tutur Lendra di sela tangis nya.
"Sebanyak apapun dosamu, kalau kau sungguh-sungguh meminta ampun pada Nya aku yakin Dia akan memaafkan mu, Lendra." Sahut Abdulah memberi semangat.

Di pasar...
"Eh..itu, siapa yang di samping pangeran Arkan?" Tanya Ele pada teman nya Sara, seraya berbisik.
"Wanita itu?" Tanya Sara balas berbisik.
"Iya...wanita itu, yang sok pamer kekayaan yang ngasih pengemis uang, sok dermawan banget sih! Uang nya habis baru tahu rasa dia." Cibir Ele.
"Ya...sudahlah, Ele apapun yang di lakukan wanita itu siapapun dia, kita gak usah ikut campur." Tegur Sara yang tidak suka dengan kelakuan teman nya itu.
"Eh...enak aja! Lihat dia, genit banget pakai mengapit tangan pangeran segala lagi, hi..iii." Ele bergidik.
"Ele, seharusnya kau mundur." Saran Sara.
"Mengapa?" Protes Ele, ketus.
"Karena, wanita itu istri nya pangeran Arkan." Jawab Sara, Tenang.
"Apa?" Ele terlonjak.

"Sayang, apa kau tidak takut kehabisan keping emas?" Tanya Arkan, Cemas.
"Bersedekah itu tidak akan membuat mu kekurangan, Arkan." Jawab Ilaya, Santai.
Lagipula kita tidak akan miskin karena bersedekah, Percayalah, Allah suatu saat akan membalas kebaikan mu dengan hadiah balasan sedekah mu di surgamu asal kan kau bersedekah dengan hati yang iklas." Sambungnya sambil menuangkan keping itu ke tangan pengemis.
"Terima kasih, Nyonya." Ucap pengemis itu, Lirih.
"Sama-sama, Pak." Balas Ilaya, Tersenyum puas.
"Bapak terlihat pucat, apa belum sarapan?" Tanya Arkan.
"Belum, Tuan saya mau cari makanan di mana, Tuan? Sedangkan saya tak ada satu keping emas pun, Hiks!" Pria tua itu menangis.
Arkan merasa kasihan, Lalu mengeluarkan 50 keping emas buat pengemis itu makan.
"Semoga ini tidak akan membuatmu lapar, Pak dan semoga ini cukup buatmu makan pagi, siang, dan malam." Tutur Arkan, Sopan sambil menyerahkan keping-keping itu kepada si pengemis.
Si pengemis menangis haru, belum pernah dia mendapat keping emas sebanyak itu.
"Kalau kurang tinggal bilang saja." Sambung Arkan, tulus.
Pengemis itu menggeleng.
"Ini cukup, lebih dari cukup malah, Terimakasih, Nyonya, Tuan semoga kalian bahagia." Doa pengemis itu, Tulus.
"Amin." Ucap keduanya sambil tersenyum.
Ilaya mendongak, menatap Arkan dalam seraya tersenyum bangga karena suaminya itu cepat menangkap apa yang di katakan nya.
"Semoga Allah memberimu hidayah, Arkan, Amin." Doa Ilaya dalam hati.
Sedangkan Arkan mengaku malu pada sang istri karena dulu hanya mabuk saja dipikiran nya, uang nya habis untuk mabuk, sekarang keping emas itu juga habis tapi bedanya hatinya menjadi puas atas suatu keiklasan.
"Oh...ini yang namanya iklas?Ya..Allah, mengapa aku tak dari dulu berbuat ini?" Sesalnya dalam hati.

Kediaman Abdulah..
"Kau tahu, Tuhan sudah memaafkan mu." Kata Abdulah, dengan suara pelan.
"Apa? Bagaimana bisa?" Tanya Lendra tak percaya.
Abdulah menghampiri Lendra sambil tersenyum.
"Percaya lah, tak ada yang tak mungkin di dunia apalagi yang berhubungan dengan Allah, Lendra kau harus tahu dengan selamat dari maut itu arti nya Tuhan memberimu pengampunan, Allah ingin memberimu kesempatan untuk mengubah tabiatmu itu, untuk bertobat." Tutur Abdulah, Bijak.
Lendra terdiam.
"Kau beruntung, kau masih hidup di saat teman-teman mu sudah tewas." Sambung Abdulah sambil menyerahkan minuman jahe panas kepada Lendra.
"Terima kasih, Ya...kau benar." Sahut Lendra diantara sesalnya.
"Kau tahu, Lendra Allah telah memberimu hidayah." Kata Abdulah lagi.
"Hidayah? Apa itu?" Tanya Lendra bingung.
Abdulah pun menjelaskan arti hidayah adalah hadiah dari Tuhan berupa keselamatan, sembuh dari sakit, dan kemaafan.
"Kemaafan itu juga hidayah dari allah maka itu Allah memberimu kesempatan untuk hidup juga memberimu kesempatan untuk bertobat." Sahut Abdulah.
"Tapi saya malu, Pak, saya terlalu banyak dosa, Hiks!" Cicit Lendra.
Abdulah menepuk bahu Lendra, pelan.
"Percayalah padaku, Allah itu maha pengampun, Allah juga memberikan kesempatan mu untuk bertobat."Tutur Abdulah seraya memberi semangat Lendra.
"Sebentar ya..."

Di istana...
"Ya...Allah ayah, kakak." Ucap Ilay, Girang sambil mengecup punggung tangan kedua lelaki yang di rindukan nya itu di.susul Arkan.
"Alhamdulilah, Ayah bisa bertemu dengan kalian lagi, Ilaya." Ucap tuan Zabur dengan suara serak.
Maulana tersenyum puas dalam diam.
"Ilaya juga gak menyangka, Ayah, bagaimana orang-orang di istana." Tanya Ilaya sambil mengendap-endap dengan suara sengaja di pelan kan.
"Ehem." Ledek Arkan sambil menampak kan wajah seusil mungkin.
"Mereka sangat ramah, apalagi raja dan ratu, mereka sangat terbuka." Jawab Maulana mewakili sang ayah.
Sang ayah pun mengangguk pelan setuju dengan perkataan sang putra.
"Ya..syukurlah kalau gitu." Ucap Ilaya, Puas.

Di seberang istana...
"Kau keluarkan keping emas itu untuk di berikan pada pengemis? Yang benar saja, Ananda!" Sengit raja Ivran.
Tapi pangeran Arkan berusaha setenang mungkin.
"Ayahnda, Ananda bersedekah memberikan kepingan-kepingan itu buat mereka." Jawab Arkan.
"Sedekah? Apalagi itu?"
Bersambung...

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang