Belajar Ilmu Alam

1 0 0
                                    

"Benar-benar menyenangkan, Ma, " jawab Revo dengan wajah cerah.

"Oh.. iya? " Nora antusias. "Coba ceritakan pada Mama. "

Dengan semangat Revo menceritakan kegiatan belajarnya di sekolah tentang ilmu alam.

"Ilmu alam apa yang guru Revo ajarkan? "

"Tentang perubahan alam, Ma. "

"Oke, perubahan alam apa yang guru ceritakan? "

Revo pun bercerita tentang perubahan alam yang berada di Secirwa kota kecil tapi termasuk kota yang ramai dan memiliki kemajuan yang pesat.

Gurunya yang memang sudah lama di kota ini bercerita kalau kota ini memang cukup pesat mengalami perubahan cuaca di samping kemajuan kota itu sendiri dari kota lainnya.

"Hmmm.. yang guru katakan itu memang benar apa adanya, cuaca di kota tempat kita tinggal memang selalu mengalami perubahan yang begitu cepat. "

"Jadi Ibu guru gak bohong ya, Ma? "

"Ya... gak lah, Nak. Guru yang suka berbohong itu kan memberi contoh yang buruk pada muridnya secara tidak langsung karena guru dan orang tua harus memberi contoh yang baik pada generasi penerus nya, " ujar Nora lembut dan bijak.

Nora tinggal bersama Kakek, Nenek dan anak-anak di rumah mewah tanpa Ben.

Ya... Ben beberapa hari ini sedang sibuk bisnis di luar kota hari sabtu atau minggu dia akan pulang.

Nora pun membantu Nenek merawat Kakek misalkan membantu membersihkan lantai yang terkena muntahan, kotoran bahkan air seni Kakek.

Dia juga membersihkan seprai yang terkena ompolan sang Kakek.

Sedang sang Nenek sang Istri tentunya selalu membersihkan tubuh Kakek yang terkena kotoran ataupun memandikan Kakek juga mengajak sang Suami jalan-jalan setelah mandi dengan dibantu kursi roda.



Negeri Zamour..
"Ayah, sepertinya kita sudah mau sampai di tempat tujuan, " info Arkan.

"Iya, Anakku. Tinggal beberapa kilo lagi kita sudah sampai, " sahut Raja Ivran, bahagia.

Mereka pun memacu kudanya untuk cepat sampai di Pesantren milik Syekh Malik.


Di Jalan lain...
Abdulah dan Devano mengendarai kudanya menuju Istana Froya dengan surat wasiat dari Lendra yang terletak di punggung Abdulah.

Debu-debu pun beterbangan tanpa arah karena laju kuda yang begitu kencang.

Mereka melewati hutan, gunung, sungai, pedesaan, perkotaan.

Bahkan mereka melewati runah bordil yang para wanita di rumah itu menyapa dan menawarkan tubuhnya.

"Tuan-tuan, mampirlah. Akan kami beri kalian layanan yang istimewa. " Begitu kata manis yang terucap dari bibir mungil mereka.

Abdulah dan Devano hanya menggeleng dan tersenyum melewati mereka.

Dengan baju yang kurang bahan mereka berhasil memikat para pria, pria hidung belang tentunya juga pria kaya yang haus akan pergulatan di tempat tidur dengan seorang wanita dengan tidak memakai benang di tubuh mereka.

Sedang bagi Devano dan Abdulah para pria itu tidak menghormati wanita tanpa sadar pula para wanita itu sudah berkali-kali dilecehkan oleh mereka.

Mereka hanya menatap sedih wanita-wanita itu, mereka yakin salah satu atau dua ada yang terpaksa melakukannya.

Beberapa jam kemudian...
Mereka sudah hampir mendekati Istana Froya, mereka pun melambatkan laju kudanya.

"Abdulah, " panggil Devano, berbisik.

"Ya, " sahut Abdulah, datar. Menatap Devano.

"Apa kau mendengar sesuatu? " Tanya Devano lagi-lagi berbisik.

Bersambung..



Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang