Suara itu..

2 0 0
                                    

"Sepertinya, suara itu berasal dari istana, " desis Abdulah.

"Iya, Abdulah. Aku juga berpikiran sama denganmu, " sahut Devano.

"Ayo... kita ke sana segera. "

"Ayo... "

Istana Froya...
"Kalian harus tahu, wanita hamil yang kalian sebut Tuan Putri itu adalah perebut kekasih orang dengan cara diguna-guna! " Teriak Elle menunjuk tajam ke arah Ilaya.

"Apa bener? "

"Ada-ada aja deh. "

"Bagaimana bisa Putri Ilaya melakukan itu? "

"Apa mungkin? "

"Rasanya, gak mungkin deh Putri Ilaya berbuat seperti itu. "

"Astagfirullah al adzim, fitnah apalagi ini ya.. Allah, " gumam Ilaya, sedih.

"Ilaya, kamu yang sabar ya, Nak, " hibur Ratu Audrey.

"Iya, Bunda, " sahut Ilaya, tersenyum perih.

"Lihatlah, wajahnya yang sok alim itu! Di balik wajahnya yang alim itu ternyata dia wanita berhati iblis! "Cerca Ele.

"Apa? Gak kusangka Putri Ilaya ternyata begitu aslinya. "

"Akh.. aku sih gak percaya, kalau Putri Ilaya berbuat seperti itu. "

"Hentikan, Ele! Apa kau sudah gila! " Cegah Sara.

"Sara, jangan ikut campur!kau itu sahabatku, mengapa kau membela nya! " Protes Ele tak terima.

"Iya, aku masih ingat kau adalah sahabatku tapi apa yang kau lakukan ini sangat keterlaluan! "

Sara pun memandang wajah sedih Ilaya dan Ibu Mertuanya.

"Kasihan Putri Ilaya, dalam keadaan hamil begitu dia harus menghadapi fitnah dari Ele, " ucap Sara dalam batin, prihatin.

"Ilaya, kalau kau berani, turun! Dan hadapi aku! " Gertak Ele.

"Ele, bicara lah yang sopan, ingat statusmu! "



"Apa? Kedengarannya, itu nama keponakanku, " ungkap Abdulah.

"Keponakanmu? " Ulang Devano dengan tatapan tanya.

"Iya, Devano. Dia itu putri bungsu Abangku dan Adik dari Maulana, " jawab Abdulah, mantap.

"Oh.. begitu? Ayo.. kita ke sana, segera. Takutnya, ada sesuatu hal dengan keponakanmu. "

Kembali ke Istana Froya...
"Berani kau menyentuh Menantuku, kau akan mati, Nona! " Ucap Ratu Audrey, lantang dan tegas.

"Yang Mulia, Ratu Audrey. Ternyata, Anda juga diguna-gunai oleh wanita itu! Sadarlah, Yang Mulia. "

"Seharusnya, kau lah yang sadar, Nona! Datang ke Istana ini untuk membuat onar! " Tunjuk Ratu Audrey, sengit.

"Iya, benar. Berani banget sih buat onar di Istana, " gumam salah satu netizen.

"Iya... ya, " timpal netizen lainnya.

"Wah.. hukumannya apa tuh? "

"Pasti deh berat. "

"Iya, pasti itu. "

"Lihat! Kalian bisa lihat sendiri, Yang Mulia Ratu Audrey membela si penghancur hubungan itu wanita hamil yang ada di samping beliau! Kita juga tidak tahu kan yang dikandungannya itu Anak siapa? " Maki Ele semakin menjadi.

"Ele, jaga mulutmu! " Sentak Sara, tak tahan. "Yang Mulia, Ratu Audrey dan Putri Ilaya, maafkan teman hamba ya, " pinta Sara, lirih.

Ratu Audrey dan Ilaya mengangguk lalu tersenyum.

"Untuk apa kau meminta maaf pada mereka, Sara?! Sudah jelas-jelas mereka salah! " Umpat Ele, tajam.

"Mereka salah? Ya.. mereka salah di matamu! Di mata mereka? " Sara menunjuk ke arah netizen. "Belum tentu, " imbuhnya.

"Iya, aku juga gak percaya kalau Putri Ilaya berbuat seperti itu. "

"Bener tuh. "

"Si Nona ini kayaknya mau cari sensasi deh. "

"Kayaknya, dia juga pengen tinggal di Istana seperti Putri Ilaya. "

"Diam kalian! Apa kalian tahu latar belakangnya? Hah! " Hardik Ele, mendelik tajam.

"Mereka memang tidak tahu, Nona. " Sebuah suara bariton menggema. "Tapi aku tahu siapa dia? " Tegasnya.

Bersambung..

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang