Mendapat hidayah

17 1 0
                                    


Lendra bertanya dengan wajah bingung.
"Akh...hhh!" Lendra berusaha bangkit tapi luka di tubuh terasa sangat perih.
"Sudah, jangan memaksakan diri, istirahatlah dulu lukamu belum pulih." Tutur pria tua bersoban itu tersenyum bijak.
Lendra memandang pria tua di depan nya dengan wajah bingung.
"Bapak siapa? Dan di mana saya?" Tanya Lendra kebingungan.
"Saya Abdulah, tadi malam kau hampir tewas dengan luka tusukan, kalau tidak ada aku mungkin pria tua itu menghunuskan pedang nya." Abdulah menjelaskan panjang lebar perihal kejadian tadi malam sambil mencelupkan kain ke dalam air di baskom lalu menekan kan di bagian lukanya.
Lendra mulai mengingat-ingat kejadian tadi malam dan..
"Akh..hhhh!" Lendra menjerit tragis.
"Bertahan lah, sedikit lukamu aku bersihkan, ngomong-ngomong aku belum tahu namamu." Tutur Abdulah sambil menekan-nekan luka di tubuh Lendra.
"Aku Lendra, akh..hhhh!" Jawab nya sambil menjerit kepedihan.
"Oh..." Abdulah manggut-manggut lalu membalutkan perban di tubuh bagian yang luka.
"Apa dendam pak tua itu terhadapmu?" Tanya Abdulah lagi.
"Entah lah, Pak saya juga tidak tahu." Jawab Lendra, jujur.
Abdulah manggut-manggut sambil menautkan alisnya.
"Sebentar ya." Pamit Abdulah.
Beberapa menit kemudian...
Dia menggelar tikar lalu menjalankan ibadah sholat sunah Dhuha, Lendra memperhatikan dengan wajah bingungnya.

Di gubuk...
"Akh..hhh!" Pekik pria itu sambil mengobati luka di tangan nya.
"Heh, kurang ajar! Kalau saja pria tua bersoban itu tak menghalangiku mungkin saja Lendra akan tewas di tanganku." Teriak pria itu dengan suara tinggi dan amarah yang memuncak.
Wajahnya yang merah penuh dendam lagi amarah, mengepalkan tinjunya.
"Aku, Devano, bersumpah tak akan pernah mengampuni pembunuh putraku, AKU BERSUMPA..AAAAH!" Teriak nya menggelegar hingga di saksikan langit dan bumi.

Di istana...
"Kita jalan-jalan yuk..bosan di dalam istana terus." Gumam Arkan sambil melingkarkan tangan nya ke pinggang ramping itu.
Ilaya tersenyum sambil membalik kan badan nya, Arkan pun tersenyum dia melingkarkan tangan mungil Ilaya ke leher kokohnya, mereka sedang asyik memadu kasih Arkan membingkai wajah Ilaya dengan lembut lalu mencium kening, pipi, hidung dan bibir mungil Ilaya lalu melumatnya di balas Ilaya.
Entah berapa lama mereka saling melumat.
"Ayo..siapa takut?" Bisik Ilaya seraya menantang.
Arkan terkekeh.
Lalu menggandeng tangan Ilaya mesra, tapi..
"Tunggu!"
"Ada apa, Sayang?"

Kediaman Abdulah...
Setelah selesai
"Tuan, tadi melakukan ritual apa?" Tanya Lendra, bingung.
Abdulah tersenyum dia menyadari Lendra memiliki keyakinan yang berbeda dengan nya.
"Tadi itu, bukan ritual melainkan sholat, yang saya lakukan tadi itu sholat Dhuha." Jawab Abdulah.
"Dhuha?"
Lalu Abdulah menjelaskan bahwa sholat dhuha itu sholat sunah yang tidak harus di.kerjakan tiap hari dan di kerjakan saat pagi agak sedikit siang.
"Karena bukan wajib, hanya pelengkap saja." Lanjut Abdulah.
"Oh...jadi yang wajib apa, Tuan?" Tanya Lendra ingin tahu.
"Sholat antara siang, sore, fajar,malam, dan subuh yaitu zuhur, ashar, magrib, isa, dan subuh." Abdulah menjelaskan.
"Apa itu semua wajib di lakukan?"
"Jelas, harus kalau tidak nerakalah tempat mu." Jawab Abdulah.
Lendra bergidik ngeri.
Selain itu ada yang tak boleh kau lakukan dalam islam yaitu membunuh, berzina, bunuh diri, fitnah,nah...fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, karena fitnahan orang bisa jadi korban entah itu korban kekesalan masyarakat entah itu jadi korban pembunuhan dan pemerkosa." Penjelasan Abdulah menusuk dada Lendra.
Lendra seperti terkena petir di siang hari, dia teringat masa lalu yang pasti kesalahan masa lalu.
Begitu banyak kesalahan masa lalu nya dulu mulai dari memperkosa, kerumah bordil, bahkan menfitnah dan dia menyadari sudah menfitnah majikan nya, tak terasa air matanya mulai jatuh di pipi tanpa seizin nya.
"Anak muda, ada apa denganmu?" Tanya Abdulah, bingung.

Di istana...
"Mari, silahkan masuk, Tuan Zabur dan ini?"
"Saya Maulana, kakaknya Ilaya, Yang mulia." Jawab Maulana, sopan sambil membungkuk kan badan nya.
Raja Ivran manggut-manggut.
"Istirahatlah, dulu kalian pasti lelah dalam perjalanan jauh, akan ku kabarkan kalau mereka sudah pulang." Janji raja Ivran.
"Baik, Yang muia terima kasih."
"Jihan, tolong antarkan mereka ke kamar ya." Perintah ratu Audrey.
"Baik, Yang mulia, mari ikut saya, Tuan-tuan." Tawar Jihan, Sopan.
"Tuan Zabur dan Maulana pamit dengan membungkuk kan badan nya.

Kediaman Abdulah...
"Apa? Astagfirlah!"
Bersambung..

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang