Suatu Pesan

4 0 0
                                    

"Pangeran Arkan bersama Yang Mulia Raja Ivran sedang menuju ke Negeri Zamour, Tuan, " jawab salah satu pengawal, mantap.

"Ke Negeri Zamour? " Ulang Abdulah mengkerutkan keningnya.

"Iya, Tuan. "

"Kapan mereka perginya? "

"Sudah beberapa hari yang lalu, Tuan. Ngomong-ngomong, ada gerangan apa Tuan-tuan ingin menemui majikan kami? "

"Ada suatu pesan seseorang yang harus kami sampaikan pada Pangeran, " jawab Devano, mewakilkan.




Di istana....
"Pesan apa maksud mereka ya? " Ratu Audrey bertanya-tanya dalam hati.




Sedang dalam kamar....
"Katanya pria itu bernama Abdulah, apa benar  dia adalah Pamanku yang dulu pernah menginap di rumah? " Ucap Ilaya dalam batin, bingung.

"Ya, Allah. Apa yang harus aku lakukan kalau beliau memang benar adalah Pamanku? " Lanjutnya, masih bimbang.





"Maaf, pesan apa yang kalian maksud? " Tanya salah satu pengawal tetap sopan.

"Kami tidak tahu sebenarnya, berupa apa? Karena, orang yang memberi pesan ini tidak kasih tahu apa pesan yang disampaikan, " jawab Abdulah agak sedikit berbohong.

Kejadian sebenarnya adalah Lendra memberitahu sang guru bahwa rahasia surat wasiat itu tidak boleh diketahui oleh siapapun kecuali pada Pangeran Arkan.

Abdulah pun memenuhi permintaan terakhir Lendra.

"Oh... begitu? " Sahut Pengawal, manggut-manggut.

Para Pengawal itu pun tidak lagi melontarkan pertanyaan kepada Abdulah.

Selang beberapa menit kemudian Abdulah dan Devano pamit karena orang yang mereka cari sedang tidak ada.

Sebelum pergi, Abdulah menatap seorang wanita muda yang juga menatap tanya padanya.

"Ada apa, Abdulah? " Tanya Devano, heran.

"Aku merasa, kalau Putri Ilaya itu adalah Ilaya. Keponakanku, anak dari Kakakku, " jawab Abdulah, tegas.

"Mengapa kau seyakin itu? "

"Entahlah, tapi aku merasa kalau aku mengenal dan mengingat wajahnya. Dulu, aku pernah menginap di rumah mereka saat masih muda dulu. "

"Ya, aku sudah mendengar ceritanya dari keponakanmu. "








"Sudahlah, tidak usah sungkan begitu. Aku memberikan gajiku padamu memang hanya untuk kau habiskan, " tutur Farid saat Rheina sang Istri mengungkapkan tentang habisnya uang sang Suami begitu saja.

"Kau tidak marah? " Tanya Rheina, ragu.

"Mengapa aku harus marah sih? Apalagi harga semua kebutuhan termasuk biaya sekolah Refina itu melonjak tinggi, " jawab Farid penuh kesabaran.

"Jadi, kamu..... "

"Kamu kira, aku marah. Gitu? " Potong Farid, tertawa renyah. "Masya Allah, ya gak mungkinlah! Kalau aku pertanyakan hal itu, aku malah nantinya jadi Suami yang perhitungan dong dan gak ikhlas memberi nafkahnya pada Istri dan kamu sendiri tahu kan? Kalau pelit sama Istri itu dosa, " lanjutnya menatap dalam Rheina.

"Alhamdulilah, aku lega mendengar kau berkata seperti itu, " ucap Rheina, puas.

"Kalau pengeluaranmu sudah habis, tinggal minta saja padaku, " imbuh Farid yang diangguk oleh Istrinya dengan wajah bahagia.

"Sebenarnya, Maulana maupun Farid itu tidak jauh beda, tapi karena ada sesuatu yang membuat hubungan kami menjadi pecah dan akhirnya, perceraian pun terjadi, " tutur Rheina dalam hati, perih.

Beberapa jam kemudian...

Farid mengajak keluarganya untuk sholat Ashar berjama'ah yaitu dirinya yang sebagai Imam sedang Rheina dan Refina sebagai Makmum.

Bagaimana dengan si kembar tampan Rheihan dan Rhaihan?

Tentu saja mereka tidak ikut karena mereka baru berumur beberapa bulan.

Untungnya di saat mereka sholat, bayi kembar itu sudah tidur dengan nyenyak dan pulas.

Beberapa menit setelah sholat...
Dengan suara lembut Rheina membangunkan kedua jagoannya itu yang dibantu oleh si sulung.

Sedang Farid, membantu mencium sekaligus menggoda kedua pria kecilnya itu hingga menangis keduanya.

Bukannya kasihan dia malah semakin menggoda dan tertawa melihat tingkah lucu dua buah hatinya bersama Rheina.

Masa lalu....
"Kau berani datang padaku setelah kau menghujatku! " Ucap Rheina dengan nada tinggi dan tatapan yang membunuh pada seorang pria di depannya.

"Tunggu dulu, Rhei. Dengarkan penjelasanku dulu, " cegah Farid saat Rheina ingin menutup pintu... Kasar.

"Penjelasan apa yang harus aku dengarkan?! Hah! Penjelasan saat kau menyentakku, begitu?! Atau saat kau menghina putriku?! " Sahut Rheina, sesenggukan. Penuh kecewa dan amarah.

"Maafkan aku, Rhei. Aku tidak ber..... "

"Sudahlah, kita putus saja! Lebih baik aku sendiri saja daripada mengenalmu dan Maulana yang jelas tidak pernah mencintaiku, " potong Rheina. "Ternyata, kalian berdua sama saja! "

"Enggak, Rhei. Aku gak sama dengan Maulana aku sangat mencintaimu, " ralat Farid tak terima dirinya disamakan dengan mantan Suami Rheina.

"Buslit dengan semua itu, Farid! Gimana bisa kau mencintaiku sedang kau tak percaya padaku? Sudahlah, keputusanku sudah bulat. Kita putus! "

"Iya, aku percaya padamu, " serang Farid, cepat dan percaya diri.

"Heh! Sudah terlambat, " balas Rheina, sinis. Lalu, menutup pintu rumah kontrakannya dengan keras.

Cerita masa lalu pun telah usai...










Akhirnya, Arkan dan Raja Ivran sampai di Negeri Zamour. Negeri yang dijuluki kota santri dengan bukti di Negeri itu memakai hukum syariat islam.

Bukan hanya dijuluki kota santri tapi kota sejuta penyair.

"Arkan, tempatnya masih jauh kah? " Tanya Raja Ivran tak sabar.

Bersambung....







Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang