Dimana, Lendra?

1 0 0
                                    

Abdulah menarik nafas, Devano  yang di sampingnya tertunduk sambil memainkan jemarinya.
Dia resah.dan gelisah juga pasrah kalau misalkan Abdulah mengatakan yang sebenarnya, karena dia lah pembunuh Lendra karena nafsu dendamnya.
"Lendra..Lendra, dia sudah..sudah." ragu Abdulah mengatakan nya.
"Katakan, Tuan dia ada dimana?" tanya Malik, cemas.
Abdulah menelan ludah, lalu..
"Lendra..Lendra, sudah di alam barzah, Malik." Jawab Abdulah, lemas.
"Apa?innalilahi waina lilahi roji'un, bagaimana ceritanya?" Tanya Malik ingin tahu.
"Ceritanya, panjang Malik, ayo..kita singgah sebentar.di gubuk ku." Tawar Abdulah pada kedua sahabatnya.
Malik.dan Devano pun mengangguk lalu mengikuti Abdulah.

Di tempat lain...
"Sara, kita harus mengusir putri Ilaya keluar dari istana!" kata Ele, tegas.
"Apalagi sih..ini, Ele?trus..kalau dia terusir dari istana, kamu apa?"balas Sara, kesal.
Ele tersenyum malu-malu.
"Tanpa kau jawab pun aku tahu jawabannya, astaga, Ele!kamu mau merebut pangeran Arkan dari putri Ilaya, sadar dong, Ele putri Ilaya itu istrinya pangeran Arkan kamu gak berhak memisahkan mereka, lain halnya kalau mereka sepasang kekasih baru aku mendukung mu tapi mereka sudah menjadi suami.istri, kamu mau merusak rumah tangga mereka?dimana hati nurami kamu, Ele?" Omel Sara.
"Bawel amat sih!" Protes Ele.
"Lagian kamu juga sih,aku gak mau akh..ikutan sama kamu." Tolak Sara, tegas.
"Ish..gak mau ya..sudah, aku gak maksa kok." Balas Ele, emosi.
"Aku tahu, kau kan Ele yang menfitnah putri Ilaya?" Gerutu.sara dalam batin.

Di kediamanAbdulah.
"Hah?di rampok?" Malik terkejut saat mendengar cerita Abdulah.
"Iya, Malik perampok itu menghunuskan pisau di dadanya sehingga dia kehabisan nafas." Sambung Abdulah.
"Apa tuan melihatnya?" Selidik Malik sambil memincingkan salah satu matanya.
Abdulah menghembuskan nafas, sejenak.
"Ya..aku melihatnya." Jawab Abdulah, lemas.
Semakin panik lah Devano, wajahnya sudah pucat walaupun terlihat biasa saja ada rasa gelisah dalam dirinya.
"Siapa dia, Tuan?" Malik penasaran.
"Aku tidak tahu, Malik karena wajahnya di tutupi topeng, aku ingin mengejarnya tapi dia sudah kabur duluan dan Lendra pun sudah tidak tertolong lagi." Jawab Abdulah, bohong.
"Apa?Abdulah berbohong demi membela aku?" Jerit batin Devano, terharu.
Malik mengangguk-angguk kan kepalanya.
"Tapi yang kusesali adalah aku belum mengajarkannya ilmu.bela diri." Sesal Abdulah.
"Ya..sudah lah, Tuan tak ada yang perlu di sesali mungkin ini takdir." ucap Malik, serius.
"Iya, kau benar."
"Doakan saja semoga khusnul khotimah." Sahut Malik.
"Aamin ya robal alamin."
"Oh..iya, aku ingin ziarah kekuburnya dimana dia dikuburkan?"tanya Malik, penasaran.

Di istana Froya..
"Tabib, menantu saya tidak apa-apakan?" tanya permaisuri, cemas.
Tabib tersemyum.
"Tidak apa-apa, Yang mulia, menantu anda.sehat-sehat saja dan kabar baik buat anda, menantu anda sedang mengandung." Jawab sang tabib.
"Apa?"permaisuri terkejut.
Bersambung

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang