"Hanya?Hanya apa?" Kejar Arkan.
Ilaya terdiam dia takut kalau ungkapan semua ini Arkan tidak akan setuju dan yang didapatkannya hanyalah kekecewaan.
"Kamu marah sama aku?"
"Eng...enggak kok." Jawab Ilaya,gugup.
"Lalu?"
"Aku..aku..." Berat Ilaya ungkapkan ini semua.
"Jangan dipendam dalam hati, ungkapkan saja apa yang kau ingin ungkapkan agar kau hatimu merasa lega." Ucap Arkan sambil menggenggam tangan mungil Istrinya untuk menguatkan.
"Aku...uuu." Ilaya menelan ludahnya.
"Iya, sayang , bicaralah, agar aku tahu apa yang kau inginkan." Sahut Arkan, lembut membelai poni Ilaya.
"Aku...uu...aku...uuuu hanya merindukan Ayah dan Kak Maulana." Jawab Ilaya, lirih dengan wajah ditekut.
Mendengar itu Arkan tertawa.
"Lho..kok ketawa sih?" Sungut Ilaya, kesal.
"Enggak kok!" Arkan masih menyisakan tawa.
"Kalau gitu, aku nyesel deh bilang sama kamu." Ilaya merajuk menghadap membelakangi Arkan.
Melihat itu Arkan berhenti tertawa lalu berusaha membujuk Istrinya yang mengamuk.
"Maaf deh." Bujuk Arkan memegang bahu Ilaya tapi ditepis oleh Ilaya.
"Kamu tahu gak kalau aku serius?" Ilaya berbicara sambil menangis.
"Iya aku tahu, maafkan aku ya, aku gak bermaksud membuatmu tersinggung, sungguh." Arkan menghapus airmata Ilaya dengan lembut.
Bujukan dan hiburan terus diperjuangkan hingga pada akhirnya Ilaya luluh juga.
"Kita bareng-bareng ke sana ya." Kata Arkan, lembut .
Ilaya mengangguk kuat dalam dekapan Suaminya, Arkan pun mengeratkan pelukannya.
Mereka terdiam damai dalam keromantisan.
"Ck...ck...romantisnya." Ucap Ratu Fahira, membatin sambil terkekeh saat mengintip kedua sejoli itu.
"Abdulah, lebih baik aku meyerah saja." Ungkap Devano.
"Mengapa? Yang aku lihat kau itu begitu ambisius, kok..sekarang..." Abdukah menghentikan ucapannya.
"Aku tahu, tapi itu dulu emosiku tidak terkendali apalagi saat Putraku kehilangan nyawanya karena sebuah tuduhan pembunuhan." Lirih Devano
"Aku mengerti perasaanmu,Devano tapi dendam tak akan membuat Anakmu kembali juga malah menambah dosa saja dekatkanlah dirimu pada Allah swt doakanlah Putramu agar diberi kelapangan dan terhindar dari siksa kubur." Hibur Abdulah.
Devano mengangguk lemah.
"Ayo...kita teruskan perjalanan ini untuk menyerahkan wasiat ini, sekaligus aku ingin mengunjungi Abang iparku."
"Baik ayo...kita lanjut."
Dalam perjalanan mereka menemukan hambatan-hambatan apalagi saat mereka melewati rumah bordil.
Wanita-wanita cantik dengan baju kurang bahan itu berusaha merayu Abdulah dan Devano untuk masuk.
"Astagfirlah!" Ucap Devano dan Abdulah bersamaan.
"Kita lewat sana saja,Abdulah." Tunjuk Devano ke arah jalan lain.
"Ayo.." Jawab Abdulah.
"Be..eeeeen!"
"Kake...eeeeek!"
Nenek Amelia menjerit panik saat sang cucu menantu mulai ada tanda-tanda mau melahirkan.
"Sabar ya..sayang." Nenek Amelia mengusap keringat di kening Nora yang terus mengalir.
"Sakit,Nek." Keluh Nora.
"Ada apa,Nek?" Ben dan Kakek bersamaan.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Travel of hijrah(completed)
AdventurePerjuangan pangeran Arkan menjadi muslim sejati tidak hanya sebatas atas nama islam yang kini di sandangnya tapi berlaku seperti pada umumnya orang islam. Dia menekuni pelajaran islam di negeri Zamour, Berlatih melafalkan bacaan alquran dari ayat pe...