Maafkan aku,Ilaya.

13 0 0
                                    

"Agrh...hhh!" Jerit Lendra, Histeris.
"Jleb!jleb!"
Pedang itu semakin dalam menusuk ke dadanya.
"Argh..hhh, Astagfirlah!"Rintihnya.
"Rasakan pembalasan ku, Lendra!" Pekik si pria tua itu sambil tertawa keras.
"Lendra!" Jerit Abdulah, Panik.
Dengan sigap dia menghentikan tangan Devano yang terus menusuk kan pedang nya ke dada Lendra.
"KAU!" Jerit nya, Kalap.
Lendra pun tersungkur dengan darah tersebar di mana-mana.
"Tu..tuan, Sa..saya ma..mau..."
"Lendra, Bertahan lah,Nak! Aku akan menyembuhkan mu."Potong Abdulah, Memberi semangat di selimuti wajah panik karena Lendra dalam keadaan hidup dan mati.
Lalu Abdulah berdiri menghadapi Devano yang penuh dendam.
"Devano, Mengapa kau terus ingin balas dendam?"Tanya Abdulah dengan tenang.
"Kau jangan ikut campur, Abdulah! Ini urusan aku dengan pria ini!" Teriak nya penuh amarah
"Aku tahu, Tapi apa balas dendam bisa menghidupi kembali anakmu? Apa kau tahu kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan? Lihat lah dia, aku tahu dia juga ikut terlibat atas kematian anak mu, tapi dengan balas dendam apa semua jadi selesai?coba kau pikirkan,Devano." Ucap Abdulah tetap dengan ketenangan nya.
"Heh! Setidak nya anak ku bisa tenang di sana! Dan kau, Abdulah kau tak usah menggurui ku! Sekarang murid mu sudah tertusuk pedang sekarang giliran mu!" Jerit Devano, Kalap sambil menusuk kan pedang ke arah Abdulah.
Tapi dengan tangkas Abdulah menghindari nya.
"Heh! Kurang ajar!" Geram Devano.
"Guru, ber..ber..ha...hati lah." Bisik Lendra.
"Tenang, Lendra, aku akan menghadapi nya." Sahut Abdulah.
Mereka pun saling memainkan pedang, Abdulah dengan gesit menghindari serangan Devano.

Di istana Froya..
Ilaya masih mendiam kan Maulana, di meja makan pun dia tak mau makan satu meja dengan abang nya.
"Ilaya." Panggil Maulana, Lirih.
Saat ini mereka lagi makan bersama ratu dan raja di istana.
"Baik, Aku pindah." Sahut Ilaya dengan wajah tanpa senyum ke arah Maulana.
Dia pindah makan bersama dengan ratu dan sang suami.
"Ada apa, Ilaya?" Tanya ratu.
"Tidak ada apa-apa, Bunda." Jawab Ilaya.
Ratu menghela nafas nya.
"Ya..sudah, Kalau kau tak ada apa-apa." Sahut raja Ivran, Tenang.
"Sepertinya ada yang di sembunyikan dari Ilaya, Tapi apa ya?" Ratu bertanya-tanya dalam hati.
"Bersabar lah." Bisik Tuan Zabur sambil menepuk punggung tangan sang putra.
Maulana pun mengangguk.
"Mari, kita makan." Tawar ratu.
Dengan sigap para koki istana pun menyiapkan hidangan yang sangat lezat.
Sebelum mereka melanjutkan makan Tuan Zabur, Ilaya, Maulana, dan Arkan berdoa terlebih dahulu, raja dan ratu menatap mereka dengan heran.

Di tempat lain...
Perkelahian itu di menangkan oleh Abdulah, Devano lari dengan wajah dendam nya.
"Awas! Kau Abdulah, lain kali aku akan membalas kekalahan ku!" Pekik Devano di tengah kemarahan nya.
Abdulah cuma geleng- geleng kepala.
"Lendra, Ayo..ku obati luka..."
"Tu...tuan, Te...terima ka..kasih su..sudah me..menolong ku..."
"Tapi, Lendra, kau harus di obati, aku tahu kau bisa bertahan, Lendra! Ya...Allah! Potong Abdulah sambil memekik saat darah yang mengalir di tubuh Lendra teramat banyak.
"Per..percuma, Tu..tuan ak..aku sudah tidak bisa lagi bertahan, a..aku cu..cuma ma..mau me..mentip kan su..surat i..ini pa...damu, Tuan."Bisik Lendra di ambang kematian nya.
"Baik lah, Tapi surat ini buat siapa, Lendra?" Tanya Abdulah tak mengerti.

Di rumah Ben..
"Ayo...kesini, sama mama" Pekik bahagia terlontar dari mulut Nora saat sang putra sudah mulai bisa berjalan.
Dengan riang sang putra pun menghampiri sang ibu.
"Hap! Nora pun langsung menangkap putra yang lagi lucu-lucunya itu dengan tertawa bahagia.
"Anak pintar." Puji Nora sambil mencium pipi tembem sang putra dengan lembut.

Di istana Froya..
"Ilaya." Panggil Maulana sambil mengetuk pintu kamar istana.
Tapi pintu tak juga di buka, Maulana pun gundah.
"Ilaya, Aku tahu kau belum tidur malam ini, bolehkah aku masuk?" Tanya Maulana, Berbisik.
Ilaya belum juga beranjak dari duduk nya di tempat tidur, dia masih bertahan dengan aksi diam nya.
"Ilaya, Aku mohon maafkan aku, aku memang salah sudah menyentak mu, aku memang keterlaluan." Maulana merasa bersalah.
Di dalam kamar Ilaya terisak.
"Ada apa, Sayang?" Tanya Arkan, Kaget saat mendapati sang istri sengseguk kan.
"Arkan!" Jerit Ilaya sambil menghambukan dirinya ke dada bidang sang suami.
Arkan membalas pelukan Ilaya dengan lembut dia membelai rambut panjang Ilaya untuk menenang kan sang istri.
Entah berapa lama mereka dalam posisi itu.
"Ilaya." Panggil Arkan.
"Ya." Sahut Ilaya sambil meregangkan pelukan nya.

"Tu...tuan, To..tolong sam...sampai kan su..surat per..permintamaafan ku i..ini ke...kepada pa..pangeran Ar..arkan." Bisik nya dengan suara getar.
Dan dengan tangan gemetar pula dia menyerahkan surat itu kepada Abdulah.
"Baiklah, InsyaAllah akan ku sampaikan." Sahut Abdulah sambil memasuk kan surat ke dalam celana nya.
Lendra tersenyum puas, di saat Abdulah memasuk kan surat itu kedalam bajunya, Lendra mengucapkan dua kalimat syahadat dan maut pun menjemput.
"Lendra!" Jerit Abdulah sambil mengguncang-guncang kan tubuh Lendra yang sudah beku.
Bersambung...

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang