Penyusup.

2 0 0
                                    

Diam-diam Fedrik masuk ke kamar Ilaya, Ilaya kini sudah terlelap.

Kesempatan emas pun menghampiri Fedrik tapi, belum lagi Fedrik masuk, tiba-tiba..

"Tuan, apa yang kau lakukan? " Salah satu pengawal di kerajaan Froya berseru.

"Shitt! Sialan! Aku ketahuan! " Umpatnya dalam hati kesal.

Dengan langkah seribu Fedrik mencoba kabur.

"Hei.. Kau mau kemana?! " Kejar Baron.

"Ada apa, Baron? " Tanya Fandi.

"Ada penyusup mau masuk ke kamar Putri Ilaya, " jawab Baron.

"Astagfirlah, mau apa dia! " Fandi kaget.

"Aku juga gak tahu, apa yang hendak dia lakukan pada Putri Ilaya? " Sahut Baron, cemas.

"Apa dia masih jauh? " Tanya Fandi, emosi.

"Kemungkinan dia sudah jauh, Kak Fandi, " lirih Baron

"Fuih! Harusnya tadi kita mengejarnya, "balas Fandi kesal.

" Maaf, "ucap Baron, menunduk.

" Ya.. sudahlah yang penting Putri Ilaya masih ada di sini dan penjagaan harus semakin diperketat, "titah Fandi, kemudian.

" Siap, Kak. "

"Apa?! Kamu gagal?! " Pekik Ele, kesal.

"Maaf, Nona saya sudah berusaha untuk membawa Tuan putri Ilaya secara diam-diam karena kebetulan Tuan putri sudah terlihat pulas, " Cicit Fedrik.

"Lalu, mengapa bisa gagal?! " Tanya Ele, jengkel.

"Saya gak tahu, Nona mengapa tiba-tiba saya bisa ketahuan? " Ungkap Fedrik, polos yang disertai tatapan tajam Ele.

"Itu karena kebodohanmu sendiri, Fedrik! " Fedrik menunduk.

"Maaf, Nona lain kali saya harus hati-hati, " desisnya.

"Ck.. gak perlu, dari awal saja kau sudah gagal apalagi yang berikutnya, " Cerca Ele.

"Setidaknya, beri saya kesempatan, Nona, " ucap Fedrik, lemah.

"Kesempatan katamu?! Kau pertama kali kerja saja sudah amat mengecewakanku! " Sentak Ele.

"Maaf, sa..... "

"Sudahlah, aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, " Potong Ele.

"Tapi, Nona? "

"Kau sudah kupecat! " Tunjuk Ele, kejam.

"Nona, aku mohon, " rengek Fedrik, memelas.

"Maaf, aku tidak bisa menerimamu lagi. "

Setelah kesabaran Fedrik pun telah habis..

"Baiklah, Ele aku akan pergi, " pamit Fedrik tanpa ada kafa Nona di  depannya saking kesalnya.

Ele terdiam dan diam-diam dia merasa terhina saat orang suruhannya tidak lagi memanggilnya Nona.

"Perlu kau ketahui ternyata Tuan Putri Ilaya itu sangatlah cantik dibanding dirimu? Putri Ilaya jauh lebih cantik, " ungkapnya penuh keberanian. "Permisi, Nona Ele yang terhormat, " Sindirnya sengaja menyenggol Ele.

"Kurang ajar! Tega-teganya dia membandingkan aku dengan wanita sialan itu! " umpat Ele, jengkel dalam hati.

"Katamu Ilaya lebih cantik? Jangan-jangan matamu itu sudah rusak. " Ele membalas sindiran Fedrik.

Fedrik tersenyum miring.

"Benarkah? Sepertinya kau kalah saingan sama Putri Ilaya, iya kan? " Bisik Fedrik, mengejek.

"Kau... " Ele yang kalah berdebat dengan Fedrik ingin menghantam lelaki kurang ajar itu, Fedrik tahu tapi, dia memilih untuk cuek.

"Selamat tinggal, Nona kriminal, " pamit Fedrik, menekan juga sengaja membuat Ele murka.

"Pergi saja, kau! " Hardik Ele  mulai emosi.

Setelah Fedrik pergi..
"Awas kau, Ilaya! Aku tak akan memaafkanmu! " umpat Ele dengan amarah yang sangat.

Perjalanan menuju Negeri Zamour memakan waktu yang sangat lama.

"Kita istirahat dulu ya, Ayah, " usul Arkan.

"Baiklah, " sahut Raja Ivran, menyetujui.

Mereka pun menghentikan kudanya dan mengikat kudanya di pohon yang di bawahnya ditumbuhi rerumputan yang hijau dan segar.

Kedua kuda yang lapar itu langsung memakan rumput dengan lahapnya.

Arkan membiarkan sang Ayah tidur dengan nyenyak untuk menghilangkan penat.

Sedangkan dia sendiri mengambil air wudhu dan melakukan sholat Ashar.

Kediaman Tuan Zabur...
"Asalamualaikum, " ucap seseorang.

"Walaikum salam, " balas Maulana setengah berlari.

Setelah pintu dibuka...
"Paman? "

Bersambung..

Travel of hijrah(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang