jatuh dari motor

19.3K 2K 131
                                    

"Auh...sakit huks, huwaa jangan sentuh!" peringat Mark menjauhkan tangan tangan yang ingin menyentuh kakinya.

Mark menangis kencang karna sakit luar biasa, anak itu bahkan menghabiskan 2 plastik tisu, hanya untuk mengeluarkan ingusnya.

Lebih dari nonton film sad drama sepertinya, tapi kata Mark ini sangat sangat sakit, anak itu meniup sendiri lututnya yang berdarah, tidak membiarkan para Maid untuk menyentuh, apalagi ingin meneteskan obat merah yang pastinya sangat sakit.

"Tuan kita obatin dulu ya, nanti gak sembuh sembuh kalo gak di obatin" ujar bibi cho pada tuan mudanya ini, karna Mark terus saja menolak untuk di obati, dan masih setia menangis seperti itu.

Mark menggeleng, si agustus masih ingin menangis kencang "gak mau, mau uncle Jeno ajaaa" ucapnya lantang, ke empat maid disana hanya saling berpandangan, pasalnya mereka tidak berani untuk menelphone tuan besar di jam jam kantor seperti ini yang ada mereka akan kena semprot.

Masih jam 1 siang, pasti Jeno juga sedang sibuk.

"Tuan, tuan besar Jeno mungkin sedang sibuk-

"Ih mau Jenooo!jenooo!jenoo pokoknya, uh kalian takut ya huks, gembel, kalo kalian gak mau telphone uncle Jeno aku mau pergi dari sini" ancamnya, membuat para maid hanya bisa bersabar.

"O-oke oke, sarah telphone tuan besar sekarang".

"Baik bibi" ujar wanita yang masih berumur 26 tahun itu, segera menelphone tuan besarnya dan mengatakan untuk pulang segera menemui Mark.

"Halo?"

"Hallo tuan besar, maaf menganggu tapi tuan muda Mark menginginkan anda pulang".

Sarah gemetar ketakutan, takut takut tuan besarnya menolak untuk pulang, lalu Mark akan menangis sejadi jadinya, atau lebih parah benar benar pergi dari mansion, Sarah tidak bisa membayangkannya.

"Kenapa tiba tiba".

"Tuan muda kecelakaan motor, dia lagi lomba balapan sama temannya tapi tuan muda jatuh dari motornya".

Terdengar dari ujung telphone suara decakan kesal, Sarah yakin Jeno pasti tidak suka dengan kelakuan Mark.

"Saya pulang, suruh dia tunggu sebentar".

"Iya tuan".

Sarah meletakkan telphone rumah, lalu kembali ke tempat Mark tadi, bibi cho bertanya dengan ekspresinya, Sarah mengangguk pelan, dia sudah melaksanakan tugasnya.

Sekarang tugas bibi cho adalah menenangkan Mark, karna remaja itu masih saja menangis, hanya karna luka di lututnya.

"Tuan muda, sebentar lagi tuan besar akan datang, tunggu ya".

Mark menatap dengan mata yang basah, dan mengangguk.














"Kamu bisa gak, gak buat masalah terus, nyakitin diri sendiri buat balapan ilegal" oceh Jeno, setelah pulang cepat dari kantornya, sampai sampai harus mengebut di jalanan untungnya jalanan sepi jika siang pada jam kantor.

"Saya gak akan izinin kamu, keluar keluar lagi apalagi untuk.balapan motor".

Mark duduk di pangkuan Jeno, memeluk tubuh Jeno dan hanya menangis sesengukan di pelukan Jeno, sebenarnya Mark tidak pernah menangis apalagi hanya jatuh dari motor, bahkan saat dia menabrak tiang listrik saat itu Mark masih bisa berjalan dan mengumpat kesal.

Tapi sekarang Mark malah menangis seolah olah, lelaki itu habis terjatuh dari atas langit tanpa parasut, sakitnya seperti di banting, intinya dia ingin menangis di pelukan Jeno.

"Jangan ngomel ngomel! gasuka" kesal Mark, memukul punggung Jeno, Jeno hanya diam saja, setelah memberikan obat pada Mark, remaja lelaki itu langsung duduk diatas pangkuannya dan memeluk begitu saja.

Jeno tidak menolak, membiarkan apa yang di inginkan Mark, asal lelaki itu tidak berbuat nyeleneh, seperti menggodanya disaat kakinya sakit, dengan menggerakan kedua belahan sintal tepat diatas kebangganya seperti sekarang ini.

"Mark . . . duduk aja, jangan aneh aneh".

"Kenapa?" tanyanya tanpa dosa, menyembunyikan wajah di pundak Jeno, Jeno menghembuskan nafas pelan.

"Uncle yang dibawah keras, ngeganjel Mark mau duduk jadi gaenak" adunya.

"Makanya duduk diem, jangan banyak gerak".

Mark memundurkan dirinya, melihat kebawah tempat yang dia duduki tadi, ada yang menonjol dibalik celana bahan tersebut, memandang dengan polos, lalu jarinya mendarat disana, menusuk nusuk tonjolan itu pelan sampai Jeno menggerang, melirik Mark lalu menahan tangannya.

"Mark kamu jangan main main".

Menatap Jeno dengan wajah melasnya, Mark kembali heboh memeluk leher Jeno, Jeno mendonggakan kepalanya merasa lehernya tercekik.

"Huwaaa uncle galak!".

Tidak lagi mark, Jeno hanya bisa pasrah, apalagi disaat bagian bawahnya terus di senggol senggol dengan sengaja oleh Mark.

•••



Makin lama makin aneh gak sih

Naughty submisive | NoMarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang