"MAMAH?!"
Renata membekap mulutnya tak percaya, dadanya bergerak naik turun menahan isakan. Tanpa menunggu lama tubuhnya sudah bersatu dengan Maia, Arya dan Juan. Tangis mereka pecah detik itu juga, bahkan memancing tanya mereka yang sebelumnya berkerumun dimeja makan.
Para pria menganga tak percaya melihat keluarga Mahendra datang menemui Renata setelah bertahun-tahun. Sedangkan Niha dan Sheila hanya diam, karena keduanya tidak tau pasti soal masa lalu Renata, selain kecelakaan yang berujung pada hadirnya Devanka.
Maia mengendurkan pelukan mereka, tangan renta itu mengusap kedua pipi Renata yang basah.
"Akhirnya mamah bisa ketemu lagi sama kamu Ren, anak mamah apa kabar, hm?"
Renata mengangguk, memaksa sebuah senyuman untuk terbit.
"Ren baik mah, kalian apa kabar?" tanya Renata, menatap keluarganya bergantian.
"Anak papah..."
"Papah," rengek Renata, matanya terpejam saat tangan keriput Arya menyapa kulit wajahnya.
"Kamu nggak pernah berubah sayang, anak papah masih sama seperti dulu."
"Papah kangen Rena atau..."
Arya menatap wajah Renata sendu, saat ia tau jika putrinya sengaja menjeda kalimatnya sendiri.
"Maafkan papah Ren, harusnya dulu papah nggak..."
Renata menggeleng "Papah nggak salah!"
Renata memegang pipi Arya, menggerakannya perlahan hingga tatapan keduanya saling terkunci.
"Rena nggak papa, jadi kalian nggak usah khawatir. Hm?"
Arya memaksakan bibirnya untuk membentuk sebuah lengkungan, disela kegiatan Renata mengusap kedua pipinya.
"Oh iya, kenalin mah, pah, Ju. Ini Devanka, anak..."
"Ih mama, Devan udah kenal oma, opa sama om Juan!" potong Devanka, bibirnya mengerucut.
Renata memicing tak paham, selama ini ia memang menceritakan tentang keluarganya pada Devanka. Tapi tak pernah sekalipun ia menunjukan foto maupun wajah mereka secara langsung, lantas bagaimana bisa Devanka mengenali keluarganya hanya dalam sekali pertemuan?
Apa ada sesuatu yang tidak ia ketahui?
"Kita udah pernah ketemu sebelumnya ka," ucap Juan menjawab segala teka teki yang bersarang dalam kepala Renata.
Tapi belum sepenuhnya, karena ada pertanyaan lain yang sekarang muncul dalam benaknya.
"Papahnya yang mengenalkan Devanka sama kami." sahut Maia yang terdengar ambigu di telinga Renata.
"Papah?" beo Renata.
Devanka mengangguk membenarkan "Papah Devan mam, papah Devan yang udah bawa aku jalan-jalan terus ketemu sama oma, opa dan om Juan."
"Iya kan oma, opa, om?" Devanka mencari pembenaran dari ketiganya.
Renata tertegun saat keluarganya menganggukan kepala, ia menggaruk alisnya bingung.
"Ka Devan? Tapi bagaimana bisa?"
Arya menepuk bahu Renata pelan, diiringi sebuah senyuman yang terlihat teduh.
"Kamu bisa tanya langsung ke Devan, dia ada didepan."
Sempat merasa terkejut, tapi akhirnya Renata menurut. Ia pergi keluar seorang diri dan ternyata benar, ada sosok pria dengan balutan kemeja hitamnya sedang berdiri membelakangi Renata.
"Ka Devan?"
🐝🐝🐝🐝
Renata menatap kosong hamparan bunga ditaman depannya yang mendayu manja karena hembusan angin. Bahkan anak rambut yang semula menutupi pipinya ikut dibawa terbang.

KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA (END)
General Fiction❗GANTI JUDUL ❗ Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak heran mereka sering menjadi target kejahatan yang dilayangkan orang-orang tak bertanggung jawab. Tak terkecuali dengan Rania Mahendra, gadis 17 tahun yang harusnya hidup dalam selimu...