Cklek! (pintu terbuka)
Pintu terbuka memperlihatkan Asha yang mematung di tempat dengan kedua bola mata yang melotot, Asha terkejut melihat postur seorang pria yang membelakanginya. Pria itu mengenakan pakaian santai khas bapak-bapak di malam hari; kaos lengan pendek berwarna oranye dan sarung dengan warna senada. Asha dengan gemetar di tempat memanggil pria itu.
"A-ayah?"
Pria itu bergerak, lalu suara tepuk tangan terdengar memecah kesunyian malam. Berbalik badan menatap Asha penuh, dengan tatapan tajam yang mampu membuat hati Asha sedikit tersayat perih. "Bagus! Bagus banget! Abis gebukin anak saya, terus kamu seneng-seneng sampai pulang malam." Pria itu berjalan maju membuat Asha reflek mundur dengan sendirinya.
Narendra Irawan, Ayah kandung Asha juga Reshan, adalah sosok ayah yang selalu menjadi panutan anak-anaknya, setidaknya dulu. Naren sebenarnya adalah seorang ayah yang lembut dan penuh kasih sayang kepada keluarga, seorang pekerja keras, yang kini, ia sudah dapat menikmati hasilnya. Mempunyai bisnis dengan cabang yang sudah tersebar di beberapa kota.
Naren sangat menyayangi Asha, setidaknya itu dulu sebelum kejadian yang membuat rasa sayang itu lenyap entah kemana, meski tidak sepenuhnya.
Menggelengkan kepala dengan takut, Asha mengingat saat terakhir kali ia bersama ayahnya. Saat itu, 12 tahun lalu ayahnya memberikan trauma yang membuat Asha kecil yang berusia 4 tahun ketakutan setiap kali melihat sosok itu.
"Sini, kamu!"
"A-ayah ... sakit ..." Asha di seret oleh ayahnya memasuki sebuah ruangan yang berisi beberapa bayi di sana.
Naren berjongkok berbisik pada Asha yang menangis tertahan. "Kamu lihat, itu? Adik kamu sakit ... karena kamu," bisik Naren dingin dengan suara rendahnya.
"A-asha ... maafin Asha ..." kata Asha bergetar.
"Diam! Setelah ini ... jangan pernah memperlihatkan wajah kamu di depan ayah, bunda, ataupun Reshan. Kalo kamu melanggar perintah ayah ... kamu tau akibatnya. Ngerti?" Asha mengangguk dengan cepat walaupun tidak sepenuhnya mengerti.
Beberapa hari kemudian, ibu Asha pulang dari rumah sakit dengan membawa seorang bayi dalam gendongannya. Senyum sedih terus terukir di bibir orang tua Asha membuat Asha bertanya-tanya.
Asha dan Reshan yang duduk di depan meja belajar lipat menatap berbinar Naren juga Allina--istrinya dan ibu Asha serta Reshan. Reshan berlari lalu memeluk ayahnya tapi tidak dengan Asha yang hanya mematung di tempat.
5 tahun setelahnya, Asha tidak tahan ketika melihat orang tua, juga kakaknya tertawa bahagia dengan adik kecilnya yang menggemaskan seperti keluarga sungguhan. Asha selalu melihat dari jauh. Hingga saat Reshan menggendong bocah mungil itu, Asha juga ingin merasakannya sampai ia nekat berlari menuju Reshan dengan binaran mata.
"Kakak! Asha juga pengen gendong dedek ..." rengek Asha.
"Nggak boleh! Nanti kamu sakitin dedek, terus dedek nangis." Reshan menjauhkan bocah polos itu dari jangkauan Asha.
"Kakak biarin Asha gendong sebentar aja, yaaa ...."
Reshan yang notabene menyayangi kedua adiknya sehingga ia tidak tega dengan Asha yang merengek dengan mata berkaca-kaca.
Mengembuskan napas. "Nih.. kamu pegang dedeknya hati-hati!" Tidak lama setelah bocah itu mendarat di tangan Asha, Naren datang lalu merebutnya.
"Harus berapa kali saya bilang? Jangan dekati keluarga saya!" bentak Naren terlampau marah.
"Ayah ... Asha cuma pegang dedek doang, kok--"
"Diam, Reshan! " Reshan mencoba membela Asha tapi itu sia-sia. Naren memberikan bocah yang menangis itu pada Reshan dan menyuruhnya pergi menemui Allina.
"Dan kamu! Kamu perlu di kasih hukuman. Ikut saya!" Naren menyeret anaknya ke arah kamar mandi, mengguyur Asha dengan air dingin pada malam hari itu lalu menguncinya hingga pagi.
Keesokannya, Asha ditemukan pingsan dengan suhu badan yang tinggi. Asha sakit hingga beberapa hari, dan itu cukup membuat Asha yang berumur 9 tahun trauma dengan ayahnya.
Plak!
Suara tamparan dari Naren pada Asha menggema. "Berhenti mendekati keluarga saya. Jangan ganggu keluarga saya. Dan jangan pernah tunjukkan wajahmu di hadapan keluarga saya!"
"... Gara-gara kamu, anak saya sakit parah. Gara-gara kamu, Reshan babak belur hari ini!" Naren lalu berbalik badan dan menjauh.
Sebelum terlalu jauh Naren melangkah, Asha bersuara dengan kepala yang menunduk. "Bukan Asha ...." Membuat Naren berhenti sesaat, sebelum menjauh dengan langkah yang lebih lebar dan tergesa.
Tes
Air mata lolos dari kedua netra Asha. Dengan tangan gemetar, ia mengunci pintu di belakangnya lalu berjalan ke arah kamar. Membuka pintu kamarnya, masuk, lalu menguncinya. Tidak kuat lagi, Asha meluruh di balik pintu memeluk lututnya dan menangis terisak-isak.
"Kenapa ayah berubah? Kemana ayah yang Asha kenal? Ayah yang lembut dan sayang sama Asha ..."
"Kenapa kalian semua berubah? Kenapa kalian selalu salahin Asha? Asha nggak sengaja ... Asha juga nggak mau kayak gini.. maafin Asha ...."
(Flashback)
"Asha jangan lari jauh-jauh, Nak!" Naren berteriak kala Asha yang berumur 1 tahun yang sedang senang-senangnya berbuat rusuh.
***
"Asha makan dulu, Sayang ..." Naren yang mencoba membujuk putra kecilnya untuk makan.
"Ndak mau, Ayah! Asha ndak lapel-" Kedua tangan kecilnya menutup mulut dan berlari.
"Aaaa! Ayah ... lepasin, geli ... hihaha ...," teriak Asha ketika Naren menangkapnya dan menggelitiki perutnya.
"Sekarang makan, ya? Mangap aaa ... pesawat meluncur, ciuuuuu! Ha'em." Asha melahap satu sendok bubur yang Naren suapkan. "Pinternya anak ayah ...," puji Naren membuat Asha tersenyum memamerkan gigi susunya yang menggemaskan.
***
"Kakak, huwaaaaa!! Jangan ambil mainan Asha!" Asha menangis kala Reshan mengambil mainan mobil-mobilannya. Asha berlari ke arah Naren yang baru datang membawa sepiring makanan, memeluk kaki ayahnya dan mengadu, "Ayahh ... kakak ambil mainan Asha, huwaa!"
Naren menaruh piring yang di tangannya ke atas meja, membawa Asha kecil untuk digendongnya. Menghapus air mata Asha menenangkan. "Asha jangan nangis hmm? Nanti mata Asha sakit. Kita marahin Kakak." Lalu Naren menatap putra sulungnya yang berpura-pura terkejut. "Kakak ...."
"Eh, ayah. Kapan dateng? S-shan nggak ambil mainan adek, kok ...," ucap Reshan pura-pura gugup.
"Shan nggak boleh ambil mainan adek ya? Nanti adek nangis, adek, 'kan cengeng. Nanti Shan ayah beliin mainan baru, oke, Boy?" Naren ber'tos dengan Reshan yang berbinar bahagia.
Reshan menatap Asha yang bingung dengan tatapan mengejek. "Nih buat kamu! Kakak bakalan dapet mainan baru yang lebih bagus dan keren dari ayah. Wleee ... dasar pelit!"
Asha dengan mata berkaca-kaca menatap Reshan dan Naren yang menahan tawa mereka, bergantian. Turun dari pelukan Naren dan dengan geram Asha ingin mencakar wajah menyebalkan kakaknya itu. Reshan waspada. Sebelum mencapai Reshan, Naren segera menahan Asha lalu meledakkan tawanya dan memeluk kedua putranya bersamaan.
***
"Asha kangen ayah yang dulu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asha's Notes [Tamat]
DiversosSudahi bucinmu, mari membaca kisah seorang lelaki remaja bernama Asha bersamaku! Sudah End, Tamat dan Selesai✔ Cerita Complete✔ *** Blurb: Akasha Adhyaksa, seorang anak laki-laki yang berkeinginan mendapatkan kembali perhatian keluarganya. Meskipun...