Mobil Bugatti Veyron berwarna putih metalik, melaju kencang di jalanan Manhattan yang terlihat lengang. Meskipun baru menunjukkan pukul 06.30 PM, jalanan Manhattan memang selalu terlihat lengang kendaraan dibandingkan dengan trotoar-nya yang dipenuhi dengan para pejalan kaki dan pesepeda. Lagi-lagi, Alessia selalu melihat pemandangan trotoar itu tanpa memiliki rasa lelah ataupun bosan. Dan seperti biasa, William yang selalu uring-uringan karena merasa diabaikan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka sampai di mansion Domani. Terlihat seorang wanita paruh baya tengah berdiri di halaman mansion dengan seekor anjing putih jenis pudel yang terlihat sangat menggemaskan.
Alessia buru-buru turun dari mobil William dan langsung memeluk Mommy-nya yang terlihat tengah asyik bermain dengan Vivi—anjing kecil milik Alessia. William pun segera mengikuti langkah Alessia turun dari mobil.
Agatha Domani—ibu Alessia, terlihat sangat gembira mendapati William yang tengah berjalan ke arahnya.
"Oh god! Will, ini sungguh kau? Mommy tidak sedang bermimpi kan?" Agatha berjalan menghampiri William. Memeluknya dengan erat, seakan sudah bertahun-tahun tidak bertemu.
"Ini aku Mom, William-mu." William turut membalas pelukan Agatha.
"Kau semakin terlihat muda Mom, dari terakhir kali aku melihatmu," ucap William sembari mengedipkan sebelah matanya. Alessia asyik memperhatikan interaksi antara dua orang yang terlihat seperti ibu dan anak, sembari menggendong Vivi dengan gemasnya.
"Apakah Mommy-mu sudah tidak secantik Mom?" tanya Agatha dengan riangnya. Senyumnya tak pernah pudar sedari tadi.
"Tidak Mom, tentu Mommy-ku lebih cantik dibandingkan Mommy Agatha," ujarnya sengaja menggoda Agatha. Kedua wanita itu memang selalu bersaing dalam hal apa pun. Agatha memukul bahu William pelan. Keduanya saling tertawa tanpa menghiraukan keberadaan Alessia di sekitar mereka. Mommy-nya memang selalu seperti itu jika ada William. Melupakan siapa anak kandungnya. Begitu juga dengan Mommy Amber—Ibu William, yang lebih menyayangi Alessia dan malah mengabaikan William. Akan tetapi, mereka berdua adalah Ibu terbaik yang pernah Alessia temui.
"Ayo, kita masuk dulu. Mommy sudah menyiapkan makan malam untuk kalian."
"Ah, tidak Mom. Sepertinya lain kali saja. Will masih ada sedikit urusan di kantor," tolak William secara halus. Tidak ingin mengecewakan Agatha ataupun Alessia. Alessia? Entahlah, wanita itu masih marah padanya atau tidak.
"Kau sudah mengurusi Rockefeller Corporation?!"
"Iya Mom, bagaimana lagi, Daddy selalu memaksaku," akunya jujur.
"Dasar, pria tua bangka itu memang tidak pernah berubah sedari dulu," omel Agatha yang merasa geram dengan tingkah semena-mena Thomson Rockefeller.
"Biarlah Mom, lagi pula William sudah cukup matang untuk bisa mengolah bisnis keluarganya. Kau kan tahu, mereka Rockefeller, " sela Alessia yang sedari tadi hanya diam menyimak pembicaraan Mommy-nya dengan William.
"Tapi—"
"Alessia benar Mom, memang sudah saatnya Will terjun ke dalam dunia bisnis."
"Baiklah, jika Daddy-mu itu berani macam-macam kau cukup bilang pada Mommy."
"Siap Mom!" ucap William dengan tangan kanannya membentuk sikap hormat.
"Yasudah, hati-hati kalau begitu. Sampaikan salam Mom pada Amber dan Thomson."
William menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kemudian menaiki mobil putih metaliknya. Berlalu meninggalkan mansion Domani. Alessia masih memperhatikan mobil William pergi, sampai hilang dari pandangannya. Jantungnya semakin tidak sehat jika terlalu lama bersama William.Rockefeller's Mansion | Manhattan, New York—USA
10.15 PMSetelah menyelesaikan beberapa pekerjaan di Rockefeller Corporation, William segera menuju mansion keluarganya. Para bodyguard dan maid segera menghampiri William. Menyambut kedatangan Tuan mudanya. Salah satu kepala maid menghampiri William. "Maaf Tuan, Nyonya Amber dan Tuan Thomson sudah menunggu anda untuk makan malam," ucap kepala maid tersebut, sembari menundukkan kepalanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, William segera memasuki mansion-nya.
William bisa melihat kedua orang tuanya tengah melakukan perbincangan hangat. Meja makan sudah dipenuhi dengan berbagai macam jenis makanan yang tersaji.
"Mom, Dad, apa aku sudah terlambat?" tanyanya sembari menarik bagian kursi yang berhadapan dengan Amber.
"Ah, tidak sayang. Kami memang sedang menunggumu," ucap Amber lembut, sembari menyiapkan piring serta mengambilkan beberapa menu makanan untuk William.
"Dad, aku lupa mengatakan sesuatu padamu."
"Tentang apa itu?" tanya Thomson sembari melahap makanannya.
"Tentang seorang penghianat di Rockefeller Corporation."
"Tidak ada pembahasan pekerjaan di meja makan ini!" tegas Amber, yang sangat benci dengan pembicaraan tentang manajemen. Karena dirinya tidak begitu mengerti perihal manajemen. Yang Amber tahu, hanyalah tentang persaingannya dengan Agatha.
William maupun Thom hanya bisa diam ketika Amber sudah memerintah."Setelah makan malam selesai, temui Dad di workspace rockefeller."
William hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Suasana di meja makan menjadi hangat dengan celotehan Amber yang mengatakan bahwa William memiliki pribadi yang sama persis dengan Thom._______________________________________
Hai...
Aku gk tau, ini bakal ada yg baca atau enggak. Entah bakal ada yg tertarik atau enggk sama cerita ini. Aku cuma mau terus tulis dan tulis.. Meskipun dalam hati kecil ini.. Berharap akan ada sebuah jalan, sebuah keajaiban.. Agar cerita ini bisa disukai banyak orang..
Okay..
See you next part.. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Hellebore
RomanceAlessia Domani dan William Rockefeller adalah The Best Couple. Dunianya dikelilingi oleh kemewahan. Ibarat terlahir dari sendok emas. William Rockefeller ; Alessia Domani adalah miliknya. Tidak ada yang berhak menyentuhnya meski seujung kuku pun. S...