BLACK HELLEBORE | Part 23-Little Girl

17 4 0
                                    

Suster itu merintih ketika ujung pisau William berhasil menggores pipinya. "Tolong jangan lukai aku. Aku akan mengatakannya, sungguh," mohonnya dengan suara bergetar. Rockefeller memang mengerikan. Tidak ada yang bisa menentang aura menindasnya.

"Seorang laki-laki mengancamku. Ia menukar makanan miliki nona Alessia. Jika aku tidak menurutinya, keluargaku berada dalam bahaya. Maaf, Tuan," ujarnya memohon sekali lagi, berharap William Rockefeller tidak akan melakukan hal lebih.

"Siapa pria itu?" tanyanya dengan mata menyorot penuh emosi.

"Aku tidak tahu, pria itu menggunakan penutup wajah. Namun, pria itu sempat menjatuhkan ini." Suster itu menyerahkan sebuah miniatur boneka berbentuk panda. William memperhatikan dengan teliti miniatur tersebut. Di bagian bawahnya—William menemukan itu. Sepertinya ia tahu apa yang harus dilakukannya.

_______________________________________

BLACK HELLEBORE | Part 23—Little Girl

||

"Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, Dominic! Kau tahu sendiri konsekuensi yang akan terjadi jika perusahaan atau bisnis Alfred yang lainnya hancur! Aku benar-benar akan membunuh gadis kecil itu," ancam seorang pria paruh baya dengan cambuk di tangan kanannya.

"Jangan pernah sentuh Ayla, atau aku akan menghancurkan bisnis-bisnis berhargamu itu!"
Dominic meringis menahan sakit ketika ayahnya—Jackob Alfred mencambuknya dengan keras.

"Kau pikir bisa melawanku?! Seekor anjing tidak pernah bisa melawan majikannya." Jackob kembali mencambuk Dominic dengan keras hingga beberapa kali. Tidak ada suara jeritan dari Dominic. Pria itu sudah terlalu kebal dengan segala siksaan yang ayahnya berikan. Kejam, itulah Jackob Alfred—psikopat sesungguhnya.

"Anjingmu ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi buas, Jackob. Apakah kau pernah dengar? Tentang seekor anjing yang menggigit tuannya—sampai lehernya putus."

"Sialan! Aku akan membunuhmu lebih dulu." Dominic berusaha melawan ketika sebuah pisau digoreskan pada punggungnya. Goresan yang cukup panjang dan dalam. Shit! Benar-benar sial. Dia tidak bisa bergerak. Kedua tangan dan kakinya diborgol pada sebuah tiang. Punggungnya yang telanjang juga semakin membuat Jackob leluasa untuk melukainya. Dominic memang tidak pernah bisa melawan ayahnya sendiri, ancaman Jackob adalah kelemahannya.

***

     Alessia berjalan di sekitar koridor rumah sakit. Setelah dua hari yang lalu dirinya keracunan makanan, Alessia merasa ada yang tidak beres tapi William seperti menutupinya. Ia juga tidak pernah melihat suster itu lagi sejak kejadian dirinya yang berakhir kembali masuk UGD.

Koridor terlihat sepi. Alessia bosan berada di kamar rawat sepanjang hari. Rafael juga sudah tidak dirawat lagi, pria itu sudah kembali dengan aktifitas modelingnya. Namun, sesekali tetap menjenguk Alessia dengan mengajaknya melukis di taman maupun di dalam kamar rawat, tentunya tanpa William. Tidak perlu dijelaskan, semua orang juga tahu jika hubungan antara William dan Rafael seperti anjing dan kucing.

Alessia ingin pergi ke taman, mungkin bisa sedikit menghilangkan rasa bosannya. Sejak semalam hingga sore ini, William belum mengunjunginya. Mungkin pekerjaan kantor membuatnya sangat sibuk. Wait! Sudah berapa hari dirinya tidak kuliah?! Damn! Nilainya pasti akan sangat hancur.

"Kak, bisakah kau mengantarkan aku ke suatu tempat? Kumohon."

Seorang anak kecil dengan pakaian rumah sakit sama seperti dirinya, menggenggam tangan kanan Alessia. Alessia berjongkok, menyamakan tingginya.

Black HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang