BLACK HELLEBORE || Part 7-About The World Of Psychopaths

36 8 2
                                    

"Tidak ada pembahasan pekerjaan di meja makan ini!" tegas Amber, yang sangat benci dengan pembicaraan tentang manajemen. Karena dirinya tidak begitu mengerti perihal manajemen. Yang Amber tahu, hanyalah tentang persaingannya dengan Agatha.
William maupun Thom hanya bisa diam ketika Amber sudah memerintah.

"Setelah makan malam selesai, temui Dad di workspace rockefeller."
William hanya membalasnya dengan sebuah anggukan. Suasana di meja makan menjadi hangat dengan celotehan Amber yang mengatakan bahwa William memiliki pribadi yang sama persis dengan Thom.

_______________________________________

BLACK HELLEBORE || Part 7—About The World Of Psychopaths





 

   William memasuki workspace Thom. William melihat Thom, yang tengah duduk di kursinya dengan setumpuk buku-buku tebal karya Peter F. Drucker. Dirinya dan Thom, sangat menyukai buku-buku karya Peter F. Drucker. Sang penulis legendaris dalam dunia manajemen, konsultan manajemen,bahkan ekolog sosial.

Peter, disebut-sebut sebagai 'Dewa diantara para dewa manajemen dunia' ada pula yang menyebutnya sebagai 'father of modern management'. Ratusan artikel ilmiah, serta sebanyak tiga puluh sembilan buku karya Peter F. Drucker telah William telan bulat-bulat sejak ia berusia tujuh belas tahun. Pencapaian yang sangat fantastis.

William berjalan mendekati Thom, mengamati Daddy-nya yang begitu fokus dengan sebuah buku di tangannya. Sampai akhirnya, Thom menyadari keberadaan William.

"Will, kapan kau masuk? Maaf, Daddy terlalu fokus," ujarnya menyesal.

"Aku sangat mengenalmu, Dad." William tersenyum hangat, kemudian duduk di seberang meja kerja Thom.

"Jadi, siapa rubah di dalam Rockefeller Corporation?"

"Damian Axton," ungkap William dengan matanya yang berapi-api.

"Damian Axton? Pria paruh baya yang menempati divisi marketing?"

"That's right." 

"Apa yang pria buncit itu lakukan?" William sedikit tergelak dengan penuturan Daddy-nya. Mommy-nya memang benar, mereka berdua seperti dua orang dengan satu kepribadian.

"Damian melakukan akuisisi saham secara ilegal. Sudah hampir dua tahun. Dan jumlah saham rockefeller yang telah di akuisisi hampir mencapai 1 lot."

"Damn it! Pria gila itu—"

"Ck, kau terlalu payah Dad. Bagaimana bisa, seorang Damian yang berada dalam divisi marketing bisa menyelundupkan 1 lot?!"

"Bukan Dad yang payah, otaknya saja yang seperti belut," elak Thom, yang tidak ingin direndahkan oleh putranya. Thom, memang mengakui kehebatan putranya. William baru satu pekan memimpin perusahaan, tetapi sudah mampu meretas para rubah-rubah rockefeller.

"Apa yang akan kamu lakukan, Will? Perusahaan sudah sepenuhnya beralih tangan padamu."

William menceritakan tentang apa yang dilakukan Damian selama ini. Tentang Damian yang menjadi kaki tangan Dominic Alfred dalam kasus prostitusi.

"Daddy tau siapa itu keluarga Alfred. Mereka kumpulan para psycho dengan kedok seorang dokter di luarnya."

"Psycho?!" William dibuat kaget dengan pernyataan Daddy-nya.

Thom bangkit dari kursinya. Berjalan ke ujung ruangan, tempat di mana puluhan koleksi buku berada. Thom meraih buku bersampul hitam dengan judul, 'about the world of psychopaths' kemudian ia membukanya. William hanya mengikuti dan memperhatikan Daddy-nya.

"Gigi dibalas gigi , mata dibalas mata." Itu adalah sepenggal kalimat yang dibaca Thom, dalam buku tersebut.

"Kau tahu, Will? Mereka para psycho tidak pernah mengenal rasa belas kasih. Hati dan naluri kemanusiaan mereka mati. Nafsunya seperti nafsu binatang. Kau—'bertindaklah dengan baik dan cerdik'." Thom menelisik ke dalam mata cokelat William, begitu pun William juga turut menyelami mata cokelat yang sama dengan dirinya—mata Daddy-nya.
Keduanya seakan mengatakan sesuatu yang hanya dipahami oleh mereka berdua.

Domani's Mansion | Manhattan, New York—USA
07.40 AM

     Alessia masih sibuk bergelung dengan selimut tebal yang hampir menutupi seluruh permukaan wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Alessia masih sibuk bergelung dengan selimut tebal yang hampir menutupi seluruh permukaan wajahnya. Semalam ia baru bisa memejamkan matanya setelah pukul dua pagi.
Alessia berusaha menyelesaikan salah satu lukisannya yang akan dijadikan lelangan dalam kegiatan amal, besok lusa.

Beberapa menit kemudian, Alessia merasa tidurnya terganggu. Tirai kamarnya dibuka oleh seseorang. Pantulan cahaya matahari pagi menerobos masuk lewat celah-celah jendela yang transparan. Alessia masih enggan untuk membuka matanya. Biasanya Mommy-nya tidak akan repot-repot membangunkan dirinya. Karena pagi-pagi sekali Mommy-nya sudah lebih dulu pergi ke butiknya dan meninggalkan Alessia bersama para maid dan bodyguard Domani.

Alessia merasakan selimut tebalnya ditarik. Dengan sekali hentak, Alessia meraih selimutnya kembali. Seorang pria dengan balutan kaus hitam serta trench coat musim dinginnya yang berwarna senada, berdiri dengan frustasi di sisi ranjang king size Alessia.
Sudah lima belas menit dirinya berusaha membangunkan Alessia yang entah masih hidup atau mati.

"Baiklah jika kau memang tidak ingin bangun Al, jangan salahkan aku setelah ini. Aku benar-benar akan membungkam mulutmu jika kau protes," putusnya final. Dia sudah lelah membangunkan Alessia dengan berbagai cara.

_______________________________________

Okay... Selesai.
Btw.. Bikin part ini lumayan susah sih ya..
Aku harus sedikit memahami tentang dunia manajemen. But.. Its okay! Aku jadi mulai ngerti tentang manajemen... 😅

Jngn lupa vote dan komennya ya..

See you next part.

Ig : @nandaalfiyah7

Black HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang