BLACK HELLEBORE || Part 5-Devil Game Circle

42 7 1
                                    

"Apa aku terlambat?" bisik seseorang, kepada William.

William menolehkan kepalanya ke kanan. Tersenyum simpul pada seorang wanita dengan pakaian yang sama seperti yang William kenakan, ditambah sebuah masker, untuk menutupi wajahnya.

"Tidak, kau tidak terlambat, Al. Pertunjukan baru saja akan dimulai," ucap William dengan bahagia. Entah bahagia karena permainannya pada Dominic, atau malah karena kedatangan Alessia di medical building untuk pertama kalinya.

_______________________________________

BLACK HELLEBORE || Part 5—Devil Game Circle

||

Hotel Conrad Midtown | Manhattan, New York—USA
01.30 PM

30 PM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     William dan Alessia mengikuti Dominic, menuju sebuah hotel yang terletak di 102 North End Avenue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     William dan Alessia mengikuti Dominic, menuju sebuah hotel yang terletak di 102 North End Avenue. Setelah sedikit permainan yang telah mereka lakukan pada Dominic, ketika di medical building laboratory. Sebelumnya, William sudah terlebih dahulu memerintahkan Mr. Ethan untuk melakukan sesuatu yang William katakan. Disaat Mr. Ethan menunjuk Dominic, untuk menguji coba cairan zat kimia miliknya. William sudah terlebih dahulu memerintahkan salah satu orangnya, yang tengah menyamar dengan menggunakan pakaian sama persis dengan dirinya, untuk menukar alat suntik Dominic dengan alat suntik lain yang memiliki zat penambah imun.

Sudah bisa dipastikan jika cairan kimia milik Dominic tidak akan bereaksi apapun ketika Mr. Ethan menyuruhnya untuk menyuntikkan pada bagian tubuhnya sendiri. Ketika Dominic sedikit lengah, dengan meletakkan alat suntiknya di meja laboratorium, seseorang itu segera menukarnya kembali dengan milik Dominic yang mengandung asam sulfat.

Maka di sinilah William dan Alessia berada—Conrad hotel. Salah satu hotel luxury, milik keluarga Domani. Mereka mengikuti Dominic, hingga pria bodoh itu masuk ke dalam room, no. 227 yang telah Alessia sabotase CCTV-nya.

"Kita hanya perlu duduk manis di depan kamar 227 ini, Will," ucap Alessia yang dibalas senyuman puas oleh William. Alessia mendudukkan dirinya di sebuah kursi panjang tepat di seberang kamar hotel Dominic. William ikut duduk di samping Alessia dengan sebuah tab di tangannya. Layar tab menampilkan semua aktivitas yang tengah Dominic lakukan.
Pria bodoh itu sedang duduk di sisi kasur king size-nya dengan sebuah alat suntik di tangannya. 

"Kau tahu, Al? Pria bodoh itu sedang mengumpat di dalam kamarnya. Menyumpah serapahi cairan zat kimia miliknya yang tidak berfungsi."

"Aku sudah menduganya." Alessia tersenyum sarkastis yang sayangnya sangat terlihat manis di mata William.

William sedikit berdeham untuk menetralisir detak jantungnya yang tiba-tiba menggila.

Alessia masih larut dalam tontonan asyiknya di layar tab yang tengah ia pegang. Kemudian menoleh pada William, ketika merasakan jemari William yang tengah memasangkan sesuatu di telinga kanannya dengan posisi William yang seperti merangkul bahunya. Karena memang William yang duduk di sisi sebelah kiri. Alessia sedikit tersipu selama beberapa detik karena jarak wajah mereka yang begitu dekat. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitiki perutnya.
Keduanya saling terperanjat kaget karena suara teriakan yang begitu nyaring berasal dari earpiece yang mereka berdua kenakan.

Dan lihatlah... mereka kehilangan sebuah momen yang sedari tadi sudah ditunggu-tunggu hanya karena sebuah earpiece.

"Kau merusak momennya, Will," ucap Alessia dengan ekspresi datarnya.

"I'm sorry," sesal William dengan ekspresi canggungnya. Dia tidak tahu, mengapa gadis di hadapannya mampu memberikan efek yang begitu dahsyat pada dirinya.

"Baiklah, ayo kita pulang. Tontonan kita sudah berakhir sebelum kita menikmatinya." Alessia beranjak berdiri tanpa sekalipun menoleh pada William.

William menelan kasar salivanya, seraya ikut berdiri menyusul Alessia yang sepertinya terlihat—marah?

"Kita akan membuat pertunjukkan yang lainnya, Al," teriak William dengan kencang karena Alessia yang sudah berjalan cukup jauh darinya. Alessia sama sekali tidak menanggapinya dan terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun. William hanya bisa menggaruk rambutnya frustasi.

_______________________________________

Vote & comment..
Ig : @nandaalfiyah7.

See you next part...

Black HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang