BLACK HELLEBORE | Part 26-About Dominic

48 5 0
                                    

"Will, kuharap kau tidak menyentuh keluarga Alfred. Mereka bukan tandinganmu. Kau terlalu berkuasa jika hanya untuk melawan mereka," mohon Alessia penuh harap.

"Aku tahu apa yang harus kulakukan," ujar William sebelum melangkahkan kakinya ke luar ruangan. William dan Rafael sempat berpandangan sejenak. Hal itu tidak luput dari perhatian Alessia. Mereka pasti merencanakan sesuatu—hal yang tidak Alessia ketahui.

_______________________________________

BLACK HELLEBORE | Part 26—About Dominic

||

"Jadi, selama ini kau selalu bersama Rafael?" tanya Alessia masih tidak percaya jika Rafael dan Calista berada di kampus yang sama—Cambridge. Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, tetapi Rafael dan Calista masih setia menemaninya sejak William pergi pagi tadi.

"Yeah, seperti kau dan William. Aku sempat mengira kau tidak akan bertahan lama dengan pria itu. Karena kalian berdua selalu bertengkar, tapi aku lebih tidak percaya jika saat ini William mengklaim bahwa kau miliknya," ujar Calista seraya terkekeh kecil. Berbanding terbalik dengan tangan seseorang yang terkepal hingga buku-buku jarinya memutih.

Alessia ikut tertawa mendengar penuturan Calista. Memang benar mereka selalu bertengkar, tapi entah mengapa Alessia selalu merasa nyaman berada di sisi William.

"William memang seperti itu Cal. Tingkahnya selalu arogan, tapi kuakui... Dia—" Alessia tersentak kaget ketika pintu ruangannya dibuka dengan kencang, hingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Bukan hanya Alessia—Calista dan Rafael sepertinya juga sama-sama terkejut. Bahkan, Calista sudah mengeluarkan sumpah serapahnya sedari tadi. Rafael menatap datar seorang gadis kecil yang kini tengah berjalan menghampiri Alessia dengan wajahnya yang penuh air mata. Suara isakan sesekali terdengar dari bibir mungilnya.

"Ayla? Apa yang kau lakukan?"

"Kak, a–aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kumohon untuk kali ini tolong aku," mohon Ayla dengan suaranya yang terbata-bata menahan tangis.

"Ada apa Ayla? Apa yang terjadi? Katakan?"
Alih-alih menjawab, Ayla memberikan ponselnya kepada Alessia. Sebuah pesan suara dari Dominic. Tanpa menunggu lama, Alessia segera membuka pesan suara tersebut.

"Ayla Alfred, jaga dirimu dengan baik. Temui seseorang jika kau membutuhkan bantuan. Aku akan melakukan perjalanan panjang. Jika kau merindukanku... datanglah ke kota kelahiranmu, temukan tempat sepi dengan pepohonan yang rindang agar kau dapat melepas rindumu padaku."

"Ayla,kenapa kau menangis hanya dengan pesan Dominic padamu?" tanya Alessia, merasa sedikit canggung ketika mengucapkan nama Dominic.

"Apa kau tidak menyadarinya? Itu tanda SOS dari kakakku. Dia tidak pernah memanggilku Alfred kecuali dalam bahaya. Dia juga tidak pernah memintaku untuk menemui seseorang jika membutuhkan bantuan dan—"

"Wait... Sepertinya aku mengerti. Secara tidak langsung Dominic meminta sebuah bantuan. Dia juga menjelaskan keberadaanya secara tersirat. 'datanglah ke kota kelahiranmu, temukan tempat sepi dengan pepohonan yang rindang agar kau dapat melepas rindumu padaku' bukankah itu berarti.... " Rafael menjeda ucapannya. Menatap Alessia penuh makna.

"Manhattan, tempat lahirku Manhattan."

"That's right. Besar kemungkinan tempatnya adalah sebuah hutan, jika Ayla pergi ke sana, dia akan menemukan Dominic,"  ucap Calista, berusaha menebak pesan SOS Dominic.

Black HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang