BLACK HELLEBORE | Part 22-Tragedy Riddle

17 4 2
                                    

Alessia berusaha memusatkan pandangannya pada mobil hitam metalik itu. Samar-samar ia melihat huruf R di bagian pelat belakangnya. Tubuhnya seketika melemas, air matanya keluar begitu saja tanpa bisa dicegah. Huruf R adalah lambang milik Rockefeller. Tidak mungkin! Tidak mungkin William! Alessia meringis. Merasakan sakit di kepalanya. Pandangannya mulai memburam. Beberapa detik kemudian, Alessia benar-benar kehilangan kesadarannya. Tubuhnya hampir saja ambruk di tengah jalan raya jika saja seorang pria terlambat menangkapnya.

"You will be fine, Baby."

_______________________________________

BLACK HELLEBORE | Part 22—Tragedy Riddle

||

     Seorang pria dengan pakaian rumah sakitnya, tengah menggenggam sebuah ponsel hingga buku-buku jarinya memutih. Matanya menatap kosong ke arah jendela kaca besar yang mempertontonkan kota Seattle dari atas.

"Brengsek! Kenapa bisa dia yang terluka?!"

"Sudah kukatakan padamu untuk berhati-hati, jika sampai gagal lagi, aku yang akan membunuhmu!"

"Rafael, aku ingin bicara denganmu."

Sebuah suara yang sangat familier, membuat Rafael seketika mematikan sambungan ponselnya. Rafael membalikkan badan, menatap William yang tengah berdiri di ambang pintu dengan sebuah laptop di tangan kanannya.

"Ada apa, Will? Sejak kapan kau di sana?" tanyanya merasa was-was. Apakah William mendengar obrolannya.

"Baru saja. Aku hanya ingin meminta tolong padamu."

"Masuklah," ujar Rafael, bersikap tenang.

William melangkahkan kakinya memasuki ruangan Rafael. Lelaki itu sudah terlihat lebih baik dibandingkan sebelumnya.

"Bagaimana keadaan Alessia?" tanya Raefael, memastikan.

"Alessia baik-baik saja, hanya perlu sedikit istirahat karena terlalu syok," jelas William, sembari duduk di salah satu kursi.

"Syukurlah, jadi apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aku hanya ingin kau membantuku untuk melacak keberadaan Dominic Alfred."

"Melacak? Tidak salah? Aku tahu kau hacker terhebat."

"Ada beberapa urusan yang harus diurus, jadi aku tidak sempat untuk melacak kebaradaan Dominic," jelas William dengan memberikan laptopnya pada Rafael.

"Baiklah, aku akan melacak keberadaan Dominic, tapi untuk apa kau melacaknya, Will?" tanya Rafael penasaran.

"Tentang penembakanmu itu, aku rasa Dominic dalangnya."

"Dominic?! Aku saja tidak mengenalnya."

"Setelah diselidiki, orang itu awalnya ingin menembakku. Nahas, tembakannya meleset dan berakhir mengenaimu.

"Baiklah, aku tahu pria sukses sepertimu banyak musuhnya." sindir Rafael telak disertai kekehan rendahnya.

***

"Bagaimana keadaan El? Apakah aku harus mengeluarkan seribu pertanyaan agar kau mau menjawabku?!" kesal Alessia. Pria di hadapannya ini bak sebuah patung. Tidak mengatakan sepatah kata pun sedari tadi. Bahkan mengabaikan semua pertanyaan Alessia. Sebenarnya apa yang William lihat di ponsel sialannya itu. Ingin sekali Alessia menginjak benda pipih itu sampai retak! Ingatkan dia untuk melakukan itu nanti.

Black HelleboreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang