04. Khawatir

4.8K 316 0
                                    

Saat ini Renjun, Chenle dan Haechan sedang duduk melingkar di kamar kost Haechan dengan Renjun yang menatap Haechan dengan tatapan mengintimidasi.

Sedangkan Chenle, dia hanya diam memperhatikan kedua kakak tingkatnya. Karena dia tidak tahu inti masalahnya. Yang jelas, Chenle di jemput oleh Renjun dan di bawa ke kostan Haechan.

"Jelasin" Tekan Renjun.

"Jelasin apa lagi?!" Kesal Haechan.

"Jelasin hubungan gue sama Jeno" Sarkasnya. "Ya, jelasin kenapa lo bisa putus sama Kak Mark dong!" Dia segera meralatnya sebelum Haechan menganggapnya serius.

"HAH?! KALIAN PUTUS?" Pekik Chenle terkejut.

Renjun dan Haechan kompak memukul lengan Chenle karena dengan tidak sopannya berteriak sangat kencang.

"Ih anying sakit" Katanya sambil mengusap kedua lengannya yg terkena pukulan.

Setelahnya Haechan hanya diam sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia bingung harus bagaimana cara menjelaskannya karena dia dan Mark putus karena Haechan mengira Mark sudah bosan dengan dirinya.

Jadi dia hanya bisa menyerahkan ponselnya kepada Renjun.

"Baca aja, gue juga bingung"

Chenle mendekat ke arah Renjun, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Setelah hampir beberapa menit mereka berdua membaca pesannya, Chenle langsung menatap Haechan dengan tajam.

"Lo kok ga bisa ngertiin Kak Mark sih! Dia tuh ngga punya kuota, makanya ngga ngabarin lo!" Ujar Chenle yang langsung dihadiahi sebuah pukulan pada kepalanya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Haechan.

"Ngga gitu konsepnya. Lo liat deh pesan-pesan sebelumnya, Kak Mark tuh cuek banget" Kesalnya.

"Cuma masalah Kak Mark cuek doang, lo sampe mutusin dia?! Bodoh" Cerca Renjun.

Haechan tidak bisa dipojokkan seperti ini. "IYA! GUE BODOH KARENA MUTUSIN KAK MARK, PUAS??" Teriaknya sambil mati-matian menahan tangisnya, tapi percuma saja kantong matanya sudah penuh dengan genangan air mata.

Renjun panik. Dia segera memeluk sahabatnya itu. "Sorry, Gue ngga bermaksud gitu. Cuma ya, gimana yaー"

Renjun tidak melanjutkan perkataannya lagi, takut-takut Haechan akan lebih marah padanya. Dia menepuk-nepuk pelan punggung sahabatnya.

Haechan juga tidak berontak. Dia sadar, dia salah karena sudah memutuskan Mark begitu saja. Dia juga menyesal. Saat itu Mood-nya sedang buruk, jadi yang ada dipikirannya hanyalah kata putus. Tapi jika Mark tidak bosan, mana mungkin dia langsung mengiyakan keinginannya untuk putus?

Saat Hechan sedang merenungkan kesalahannya, tiba-tiba saja suara ketukanー atau lebih tepatnya dobrakan pintu mengganggu acara menangisnya.

"Anjing! Ganggu aja, ngga tau apa ya kalau gue lagi galau"

Haechan tetaplah Haechan.

"Kak, lo abis maling atau abis jadi kurir ganja? Ketokan pintunya ngga nyantai amat" Ujar Chenle setelah daritadi dia hanya menonton drama mereka berdua.

"Bukan, abis jadi kurir sabu" Jawabnya sambil melepaskan pelukannya dari Renjun, lalu beranjak untuk melihat siapa yang sudah mengganggu acara menangisnya.

Saat Haechan membukakan pintunya, sungguh dia terkejut bukan main. Pasalnya saat ini, tepat di depan pintu kostannya, ada Mark dengan wajah khawatir.

Buru-buru Haechan mengusap air matanya dan memperbaiki penampilannya. "Kenapa kak?" Tanyanya santai, padahal jantungnya sudah berdetak tidak karuan.

Mark tidak menjawab. Dia memperhatikan kekasihnyaー ralat, mantan kekasihnya dari atas sampai bawah. Lalu dengan secepat kilat memeluk Haechan dengan erat.

"Kamu kalau sakit bilang. Walau kakak bukan pacar kamu lagi, tapi kita kan masih temenan" Katanya sambil mengusap lembut rambut Haechan.

Haechan bingung. Dia diam. Diam-diam tersenyum maksudnya. Tapi ini aneh. Siapa yang bilang dirinya sakit? Kenapa Kak Mark sampai sekhawatir itu?

"Kak? Tapi aku ngga sakit"

Mark melepaskan pelukannya dan beralih menatap Haechan. "Loh? Terus Jeno?" Tanyanya bingung.

Sekarang Haechan paham. Ini semua ulah Jeno.

"Oh, jadi ini yang namanya mantan" Kata Renjun dan Chenle kompak.

Mark sedikit terkejut dengan suara yang tidak asing baginya. Dan benar saja, dia melihat dua orang itu yang mengintip dibalik pintu kamar Haechan.

"Kakak dikerjain Jeno" Kata Haechan, mengabaikan dua curut di kamarnya.

Mark tersenyum canggung. Sial, bisa-bisanya dia terjebak perangkap Jeno.

Penasaran apa yang dikatakan Jeno hingga Mark langsung datang menghampiri Haechan?

Line.

Jenovanjing:
|ga
|arga
|mark
|urgent
|haechan

Ini lo manggil gue apa ecan?|

|lo
|ini si ecan gawat

Ngetik yang bener|
Jangan setengah²|

|gimana ya...
|bingung
|ecan ga bisa dihubungin

Terus?|
Lagi tidur kali|

|ngga mark
|kali ini beda
|tadi juna bilang ecan nangis
|terus ngeluh pusing
|tapi pas mau dihubungi lagi malah ga aktif
Read

|mark?

Saat itu Mark tidak tau jika diseberang sana ada Jeno dan Jisung sedang tertawa karena aksi jahil mereka berdua. Mereka tidak peduli dengan Mark yang percaya atau tidak, yang penting mereka puas dengan kelakuan mereka kali ini.

Jeno juga bingung kenapa dia ingin menjahili Mark. Intinya setelah mendapat pesan dari Renjun jika Mark dan Haechan putus, ide jahil tiba-tiba terlintas di otaknya.



-tbc

Katanya Mantan ✔️ | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang