Sekarang Haechan tau mengapa sebulan kebelakang ini dia selalu bertemu dengan Mark di fakultasnya. Dia pikir, Mark sengaja menemuinya, tetapi dugaannya salah. Haechan memang terlalu percaya diri.
Dia menghela napasnya kasar, sambil sesekali memijat pelipisnya.
"Oy! Gembel" Seseorang yang tidak lain adalah Han menepuk pundak Haechan pelan.
Han ikut duduk di samping Haechan. "Nunggu jemputan?" Tanya-nya basa basi.
Haechan menggeleng.
"Terus ngapain masih disini?" Tanya Han penasaran.
Haechan mendelik tak suka. Dia sedang dalam mode senggol bacok. "Kepo lo. Sendirinya juga kenapa masih disini?"
"Abis bantuin kak Ino" Jawabnya.
"Udah selesai bantuin pak Lino nya?" Tanya Haechan yang langsung dihadiadi anggukan oleh Han.
"Yaudah sana balik" Usirnya.
Saat ini Haechan sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Tapi yang jadi masalahnya, dia malah duduk di depan tangga masuk Fakultasnya; tempat orang berlalu lalang.
"Gue lagi nunggu kak Ino ngambil motornya. Btw kayaknya lo sensi banget, kenapa sih?"
"Diem. Gue lagi ngga mood"
"HAH? GAMON? Udah gue duga sih, lo nggak bakal bisa lupain Kak Mark gitu aja"
Karena kesal, Haechan memukul punggung Han lumayan kencang. "Bolot. Ngga mood, G A M O O D" Kata Haechan dengan sengaja mengeja hurufnya satu persatu.
Han tadinya ingin membalas Haechan, tapi niat itu dia urungkan kembali saat melihat motor Mark berhenti tak jauh dari mereka duduk.
"Oh lo ngga mood karena Kak Mark telat ngejemput" Katanya so tau.
Han melambaikan tangannya ke arah Mark, dan Mark membalas lambaiannya. "KAK MARK! INI ANAKNYA NGAMー"
Haechan membekap mulut Han sebelum anak itu melanjutkan ucapannya.
"hnggg hmmm" Berontak Han tidak jelas.
Mark hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah mantan kekasih dan temannya itu.
Haechan mengisyaratkan Han untuk diam. Setelah Han mengikuti perintahnya, barulah dia melepaskan bekapannya.
"Hahhh" Han bernapas lega. "Tangan lo bau jengkol" Protesnya.
"Dih, lo kali tadi pagi makan jengkol" Kata Haechan tidak terima.
Han hanya bisa tersenyum tanpa dosa. "Heheh iya juga"
Haechan mendengus kesal. "Makanya punya mulut tuh jangan deket-deket sama hidung"
"TERUS MULUT GUE MAU DI TARO DIMANA? PANTAT?" Teriak Han kesal.
Haechan hanya menutup telinganya tanpa merespon apapun lagi. Mood-nya semakin buruk saat melihat wajah Mark, terlebih tadi Mark memberi senyuman kepadanya.
"Itu cepetan samperin Kak Mark" Paksa Han karena Haechan sama sekali tak bergeming dari tempatnya.
"Apaan sih? Gue bawa motor lagian" Ketusnya.
Han menatap Haechan bingung. "Terus?"
"Kak Mark!"
Suara pekikan itu menjawab semua kebingungan Han. "LAHH?? SAMA SI FELIX?"
Haechan kembali menghela napasnya kasar. Kenapa dia bisa memiliki teman yang volume suaranya seperti toa tahu bulat.
Sebelum Haechan semakin di permalukan oleh Han, lebih baik dia pergi dari tempat itu. Sambil menggerutu kesal. Melampiaskan kekesalannya pada jalanan yang tidak bersalah dengan menendang-nendang jalanan tersebut.
Dan ternyata semua yang dilakukan Haechan tidak luput dari pandangan Mark. Mark hanya bisa tersenyum kecil, membayangkan bagaimana lucunya wajah Haechan ketika sedang kesal.
-tbc
Yang nunggu scene markhyuck sabar yaa, kapalnya lagi diuji dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan ✔️ | Markhyuck
Fanfiction[Finished] Katanya sih mantan, tapi kok... 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! •𝘽𝙤𝙮 𝙭 𝙗𝙤𝙮 ©PeachLiiv, 2021