22. Go Away!

2.2K 196 3
                                    

"Kak Mark?"

Haechan dan Mark reflek mendongakkan kepalanya saat ada yang memanggil nama Mark.

"Juna?"

"ECAN?!" Pekik Renjun terkejut saat melihat Haechan juga ada dibalik tubuh Mark.

Haechan melepaskan pelukannya dan menjauh dari Mark. Berdiri menghadap Renjun sambil tersenyum, mencoba menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Gue nggak enak badan. Bilangin ke yang lain terutama Lele, gue minta maaf karena ngga bisa ikut acaranya sampe selesai. Bye" Setelah mengucapkan itu semua, Haechan pergi begitu saja tanpa menunggu respon dari Renjun yang masih bingung dengan apa yang sedang terjadi.

Mark menepuk pelan pundak Renjun. "Eh?"

"Kakak mau nganter Ecan, takut dia kenapa-kenapa di jalan" Mark ikut pergi meninggalkan Renjun.

Renjun menatap kepergian mereka berdua dengan bingung. Renjun sebenarnya sadar, Haechan bukan tidak enak badan, melainkan sedang ada masalah. Tapi dia tidak tahu apa masalah yang sedang Haechan alami. Renjun hanya bisa menebak jika itu pasti menyangkut tentang Mark.

Di sisi lain, Haechan mengendarai motornya dengan pikiran melayang hingga dirinya hampir menabrak anak kecil. Dan Mark yang melihatnya tentu saja terkejut sekaligus khawatir, tapi dia tidak menghampiri Haechan dan tetap mengawasinya dari jauh. Dia tidak mau jika harus bertengkar di jalanan.

Mark bersyukur karena Haechan mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rendah dan selamat sampai kosan miliknya walaupun tadi sempat ada beberapa hal yang membuat jantung Mark hampir copot.

"Ecan tunggu!" Teriak Mark saat melihat Haechan yang turun dari motor dengan terburu-buru dan masuk ke kosan-nya.

Mark mengetuk pintu kosan Haechan. "Ecan, kakak mau ngomong sama kamu" Katanya lembut.

"Ecan?" Panggil Mark lagi saat tidak ada sahutan dari Haechan.

"Kak Mark pulang aja" Usir Haechan.

"Nggak bisa. Kakak mau jelasin sesuatu sama kamu, jadi tolong buka pintunya ya?" Lirihnya.

"Jelasin apa lagi?" Suara Haechan terdengar lebih jelas, karena sekarang dirinya ada tepat di balik jendela. "Nggak ada yang perlu dijelasin lagi kak" Lanjutnya.

"Ada. Please, kakak mau minta maaf sama kamu"

"Oke, aku maafin. Sekarang kakak pulang" Lagi, Haechan mengusir Mark.

"Haechan, please Kakak mau ketemu kamu. Kakak mau liat muka kamu. Kakak mau ngomong sama kamu" Mohon Mark tanpa menyerah.

"Ngomong apa lagi sih kak?! Bukannya semuanya udah jelas? Aku ngehindar dari kakak karena cemburu liat kakak sama felix. Aku juga pengen cepet-cepet lupain kakak, terus kakak mau ngomong apa lagi?!" Kata Haechan kesal. Sekarang air matanya kembali turun.

Mark merasa bersalah saat suara isakan milik Haechan kembali terdengar. "Kamu inget ngga, kalau kita putus jangan sampe hubungan kita renggang dan jadi dampak buat kks? Kakak ngga mau sampe hubungan kita jadi canggung"

Haechan mengangguk walau tidak akan terlihat oleh Mark. "Aku inget. Tapi tolong, aku butuh waktu buat menyesuaikan lagi. Aku ngga bisa seolah-olah baik-baik aja waktu liat kakak jalan sama orang lain"

Tidak ada lagi sahutan dari Mark. Pria itu terdiam. Bingung harus menjawab apa.

"Kak? Udah kan? Sekarang pulang" Lagi-lagi Haechan mengusir Mark. Bukan karena apa, tapi dia risih dengan kehadiran mantan kekasihnya itu.

"Nggak"

Haechan berdecak kesal. "Kenapa lagi sih kak?!"

"Kakak nggak bisa ninggalin kamu. Kakak... takut, kakak takut kamu ngelakuin sesuatu yang aneh-aneh. Kakak khawatir" Entah, firasat Mark tidak enak saat ingin meninggalkan Haechan. Dia takut Haechan berbuat yang tidak-tidak, walaupun Mark tau jika Haechan bukan tipe orang yang seperti itu.

Di balik jendela Mark bisa mendengar Haechan tertawa, itu sukses membuatnya merinding.

"Khawatir? Kenapa khawatir sama aku? Emang aku siapanya kakak sampe dikhawatirin?" Tanya Haechan.

"Karena kamuー temen kakak" Jawab Mark ragu.

"Cuma temen kan? Seharusnya kakak tau temen itu ada batasannya"

"Tapiー"

"Pergi! Gue mau sendiri!"

"Haecー"

"PERGI ARGANA!" Teriak Haechan. Pada akhirnya emosinya meluap juga.

"LO NGERTI NGGA SIH? GUE MAU SENDIRI! KALAU LO TERUS-TERUSAN KAYAK GINI, GIMANA GUE BISA LUPAIN LO?!"

Haechan terlanjur kesal. Dia kesal karena Mark seperti memberinya harapan. Padahal Mark tau jika Haechan ingin melupakannya tapi kenapa pria itu malah sengaja membuat Haechan jadi susah untuk melupakannya.

Tak lama kemudian, terdengar suara motor melaju menjauh dari area kosan-nya. Dan bisa di pastikan jika itu motor milik Mark.

Haechan mengusap air matanya dengan kasar. "Anjing kok gue cengeng banget sih. Alay, gitu aja nangis" monolognya.

Lalu saat dirinya melihat pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkeraman Mark tadi, Haechan kembali menangis. "Kak Mark jahat... Tangan Ecan sakit... Ecan nggak suka dibentak" Ujarnya sambil terisak.

Haechan menelungkupkan wajahnya pada lututnya. Mungkin karena terlalu lelah menangis, pada akhirnya Haechan tertidur dalam posisi duduk dengan tubuh yang bersandar pada tembok.



-tbc
Saya kembali~
Setelah dibaca ulang, chapter sebelumnya drama banget ga sih?? Eh chapter sekarang juga drama sih 〒_〒

Katanya Mantan ✔️ | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang