Mark berjalan lemas di sepanjang lorong fakultasnya. Jika dilihat-lihat, dia seperti tidak ada semangat untuk hidup. Kalau kata teman-temannya sih "Lemes belum disemangatin sama ayang", Tidak beda jauh dengan apa yang dikatakan teman-temannya. Alasan Mark lemas dan tidak semangat hidup adalah karena hampir semingguan ini dia tidak bertemu dengan Haechan.
Padahal Mark sendiri yang ingin mengabulkan permintaan Haechan dengan cara menjauhinya, tapi kenapa rasanya sangat sulit. Apakah benar jika sebenarnya hatinya masih ada pada Haechan, bukan Felix.
Mark menghela napasnya kasar.
"Kenapa lagi?" Tanya temannya— Changbin.
Mark melirik sekilas. "Biasa"
"Felix?" Tebaknya.
Mark menggeleng. "Haechan"
"Bukannya kalian udah lama putus?"
Mark kembali menghela napasnya kasar sambil mengangguk lesu. "Iya, tapi nggak tau kenapa gue kangen di perhatiin dia, padahal sekarang juga Felix lagi ngekhawatirin gue karena hampir semingguan nggak ngabarin dia"
Changbin menepuk kencang punggung Mark. "Gue bilang juga apa. Rasa bosan dalam suatu hubungan itu udah pasti ada, tinggal diri lo sendirinya aja gimana cara menyikapinya"
Mark tidak memperdulikan punggungnya yang sakit. "Terus? Gue harus gimana? Sekarang gue nya juga udah putus"
"Mana sempat keburu telat" Kata Changbin mengikuti nada meme yang sedang viral kala itu.
"Gue serius" Tekan Mark membuat nyali Changbin seketika ciut.
"Heheh, yaudah lo ajak balikan aja"
Sekarang gantian Mark yang memukul punggung Changbin. "Enak banget ngomongnya"
"AH ANJING! BIASA DONG, GUE CUMA NGASIH SARAN DOANG" Kata Changbin dengan tidak santainya.
"Ya tapi saran lo nggak biasa banget"
"Yauda sih kalau nggak mau ngikutin saran gue, mending lo move on aja, lagian kan lo bilangnya kangen diperhatiin artinya lo cuma kangen kenangannya bukan orangnya"
Mark diam. Mencoba mencerna perkataan Changbin. "Nggak tau lah pusing gue, mending tidur" Final Mark, meninggalkan Changbin yang sedang kebingungan dengan tingkahnya.
"Freak" Gumam Changbin.
Sedangkan Mark bergegas pulang ke rumahnya karena kepalanya yang mendadak pening akibat terlalu banyak pikiran. Bukan karena terlalu memikirkan Haechan, tapi karena skripsinya yang masih belum ada progres dan dosen pembimbing yang sangat menyusahkan.
Saat di perjalanan pulang, Mark kembali terpikirkan oleh Haechan. Apa benar jika dirinya hanya sedang rindu dengan kenangannya saja? Tapi kenapa dia harus kesal saat Haechan dekat dengan Sungchan.
Mark menatap langit yang mulai kelabu, sepertinya akan turun hujan. Dengan segera ia menaiki kecepatan motornya agar tidak kehujanan. Dan untungnya, tepat saat Mark menuruni motornya rintik-rintik hujan mulai membasahi jalanan.
"Huh" Mark menghela napasnya lega.
Sambil memasuki rumahnya, Mark sesekali mengecek ponselnya untuk melihat pesan yang dikirimkan oleh teman-temannya.
Line.
Fell:
Today
|Kak Mark?
|Kakak kok ga ada kabar
|Aku kangen
(06:50 a.m)|Kak aku takut
|Aku sendirian di kampus
|Hujan
(02:30 p.m)Lagi, Mark menghela napasnya kasar. Mark ingin sekali menjemput Felix sekalian meminta maaf karena dia tidak ada kabar selama beberapa hari kebelakang, tapi karena hujan yang semakin lebat, rasanya sangat malas untuk kembali ke kampus. Lagipula Felix bisa memesan Grab car.
Mark beralih membuka roomchat yang lain.
Kurang kasih sayang (7):
Juna:
|ecan mana?
|gue telepon hp nya mati
(02:30 p.m)Jenovanjing:
|di kosannya kali
|turu
(02:30 p.m)Juna:
|ga ada
|motornya juga ga ada
|gue ketok pintunya ga ada yang nyaut
|siapa yang masih di kampus?
|cek kantin deket parkiran utama
|terakhir gue ketemu dia di sana
(02:33 p.m)|WOE!! BANTU GUE
|gue panikk
|ecan lagi ga baik² aja
|dia lagi down
(02:35 p.m)|anjing
(02:37 p.m)Setelah melihat pesan terakhir yang di kirimkan oleh Renjun, tanpa pikir panjang Mark menaiki motornya dan pergi ke tempat yang di sebutkan Renjun tadi. Tanpa memperdulikan air hujan yang turun membasahi seluruh tubuhnya. Yang ada di otaknya sekarang hanyalah Haechan.
Dimana Haechan sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Haechan tidak mungkin melakukan hal bodoh, kan?. Itulah pikiran Mark sekarang.
Mark sangat khawatir.
Sekarang Mark sadar, jika ternyata hatinya masih milik Haechan.
Setelah beberapa menit Mark mengendarai motornya, akhirnya ia sampai di parkiran utama yang di sebutkan oleh Renjun dengan keadaan basah kuyup.
Dari kejauhan Mark bisa melihat postur tubuh milik mantan kekasihnya yang sedang duduk di salah satu kursinya sambil menelungkupkan kepalanya, badannya juga sedikit bergetar.
Saat Mark hendak berlari menghampiri Haechan, tiba-tiba seorang pria bertubuh jangkung yang sangat tidak asing baginya lebih dulu menghampiri Haechan dan menyampaikan jaket pada tubuh mantan kekasihnya itu. Dan hal yang paling menyakitkannya lagi, Haechan langsung memeluk pria itu sambil menangis.
Mark berjalan dengan perlahan mendekati area kantin. Walaupun suara hujan sangat berisik, tapi telinganya mendengar jika Haechan mengatakan. "Gue kangen"
Hampir beberapa detik Mark diam mematung menatap keduanya di bawah guyuran hujan. Pikirannya tiba-tiba kosong. Dia jadi teringat perkataan Changbin "Mana sempat keburu telat".
Setelah sadar dari lamunannya Mark langsung pergi begitu saja. Meninggalkan mereka berdua tanpa tahu apa yang dikatakan Haechan selanjutnya.
"Gue kangen kak mark, chan"
Sungchan mengusap-usap punggung Haechan. Dia sangat ingin memberitahu jika tadi Mark ada di hadapannya, tapi sepertinya itu hanya akan memperumit masalah. Haechan pasti mengira jika Mark kesini karena ingin menemui Felix.
Sungchan sedikit menyesal karena menghampiri Haechan dan berakhir seperti ini.
-tbc
jadii, cowok yang di chapter sebelumnya itu sungchan~
yang ga tau "mana sempat keburu telat" ini videonya
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan ✔️ | Markhyuck
Fanfiction[Finished] Katanya sih mantan, tapi kok... 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! •𝘽𝙤𝙮 𝙭 𝙗𝙤𝙮 ©PeachLiiv, 2021