Saat melihat Haechan yang berbicara dengan nada bergetar, Sungchan langsung mengangkat tubuh Mark yang tidak seberapa beratnya dan menyuruh Haechan untuk membukakan pintu mobil Mark. Untungnya siang ini tidak banyak Mahasiswa teknik yang berada di lobi, jadi memudahkan mereka untuk membawa Mark pergi dari sana.
Di dalam mobil, Mark masih setia memejamkan matanya dengan paha Haechan yang dijadikan bantalannya. Haechan tidak ada hentinya mengepalkan kedua tangannya sambil berdoa kepada Tuhan, semoga Mark baik-baik saja. Sesekali ia usap pipi tirus sang mantan kekasih. Mimisannya juga sudah mereda, hanya tersisa bercak darah di pipinya.
Dengan telaten Haechan membersihkan darahnya dengan menggunakan hoodie yang di pakainya, tidak peduli jika sekarang bajunya penuh bercak merah karena darah.
Selama beberapa menit Haechan tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Mark, hingga tiba-tiba saja sesuatu terlintas di otaknya.
Kenapa Mark tiba-tiba membawa mobil saat menjemputnya? Bukankah itu sedikit aneh.
"Chan, ini bukan akal-akalan lo sama Kak Mark doang kan?" Tanya Haechan sedikit ragu.
Sungchan melirik Haechan di kaca dashboardnya sambil mengangkat sebelah alisnya. "Akal-akalan gimana?" Alih-alih menjawab, Sungchan malah balik bertanya karena dia memang tidak mengerti apa maksud pertanyaan Haechan.
Haechan menggigit bibir bawahnya. "Eumm— Ini Kak Mark nggak sengaja pingsan kan? Soalnya tumben banget dia bawa mobil"
Sungchan yang mendengarnya tentu saja kesal. Di saat seperti ini Haechan masih sempat-sempatnya berprasangka buruk pada Mark.
"Maksud lo sengaja, Mark pura-pura pingsan gitu? lo boleh kecewa sama Bang Mark tapi jangan berlebihan gitu dong. Lo sampe nuduh dia pura-pura? Lo nggak ngerasain suhu tubuhnya yang panas sampe mimisan gitu? Dan lo tau gak kenapa dia bisa sakit? Ya karena lo! Bang Mark hujan-hujanan waktu mau jemput lo di sela-sela kesibukan kuliahnya, tapi dia malah liat lo meluk gue di kantin. Dia liat semuanya Chan" Jelas Sungchan dengan menggebu-gebu.
"Dan satu lagi, hari ini dia sengaja bawa mobil karena mau bawa lo ke Bandung buat ketemu orang tua lo" Sambungnya dengan nada lirih.
Haechan hanya bisa diam sambil menunduk, kembali menggenggam jemari Mark dan mengusapnya. "Maaf" Lirihnya yang mungkin tidak akan terdengar oleh Sungchan.
Ternyata dampak yang dirasakan oleh Haechan akibat rasa kecewanya pada Mark sangat besar, sekarang dia sulit untuk percaya pada siapapun.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit, Sungchan segera membawa Mark ke UGD.
Mereka berdua menunggu di luar karena dokter tidak memperbolehkan mereka untuk masuk ke ruangan UGD selagi Mark di periksa. Sungchan bisa mengetahui gerak gerik Haechan yang tampak gelisah. Dia tau, anak itu pasti khawatir dengan keadaan sepupunya.
"Can"
Haechan menoleh ke arah Sungchan. Melihat Sungchan yang memberinya kode untuk duduk di sampingnya, Haechan langsung menghampirinya.
Dengan tidak tahu dirinya, Sungchan meraih jemari tangan Haechan untuk ia genggam. Tidak ada penolakan dari Haechan, dia hanya diam menatap dengan penuh tanda tanya.
"Gue tau, lo pasti sayang banget sama sepupu gue kan?"
Haechan mengangguk.
"Bang Mark juga sayang banget sama lo, lo percaya kan?"
Haechan tidak menjawab ataupun mengangguk. Dirinya masih ragu.
Sungchan menghela napasnya. "Lo bakal terus-terusan sakit can kalo lo ga percaya sama Mark. Yang bikin lo sakit tuh sebenernya diri lo sendiri, pikiran negatif dan asumsi lo sendiri. Gue harap lo jangan menghindar lagi, omongin baik-baik, jangan cuma menyimpulkan sendiri"
Tepat setelah Sungchan menyelesaikan ucapannya dokter yang memeriksa Mark keluar dari ruang UGD.
"Gimana dok?" Tanya Haechan.
"Pasien hanya demam dan kecapean, saya sudah memberinya cairan, sebentar lagi juga siuman. Boleh di jenguk tapi hanya 1 orang"
"Terimakasih" Ujar mereka berdua berbarengan.
"Gue mau telpon bunda nya sekalian bayar administrasi dulu" Pamit Sungchan.
Setelah Sungchan pergi, barulah Haechan memberanikan diri untuk masuk ke ruang UGD. Matanya langsung terfokus pada sosok yang berada di ranjang ketiga.
Perlahan tapi pasti Haechan mendekati ranjang tersebut, dimana Mark terkapar tak berdaya dengan selang infus yang terpasang di tangan kirinya.
"Kak Mark" Panggil Haechan pelan. Memastikan apakah Mark sudah siuman atau belum.
"Kak, ini aku" Kali ini Haechan memanggilnya sambil mengelus lembut rambutnya.
Tidak ada sahutan dari Mark.
Haechan menghela napasnya lega. Terkesan jahat, tapi dia sedikit bersyukur jika Mark belum siuman karena Haechan masih ingin menggenggam jemarinya sambil mengamati wajah Mark.
Ditatapnya wajah sang mantan kekasih yang pucat, tapi itu tidak mengurangi kadar ketampanannya. Bibir Haechan membentuk senyuman kecil hingga nyaris tak terlihat, mengusap-usap pipi Mark yang tirus.
"Kamu sayang aku?" Tanya-nya yang mustahil akan di jawab oleh Mark.
"Apa aku harus percaya sama kamu?"
Haechan menunduk. Otak dan hatinya sedang berdebat di dalam sana. Hingga pada akhirnya, dia merasakan Mark membalas genggaman tangannya.
Sebenarnya Mark sudah sadar dari Haechan mengusap-usap pipinya, tapi dia tidak ingin jika dirinya bangun saat itu juga Haechan akan langsung melepas genggaman di tangannya, dia masih ingin merasakan kehangatan yang di berikan oleh Haechan.
"Kak, kamu udah bangun?" Tanya Haechan dengan nada terkejut.
Benar saja, Haechan hampir melepaskan genggamannya kalau saja Mark tidak menggenggam lebih erat.
"Jangan di lepas" Lirih Mark, matanya masih setia terpejam.
Entah kenapa, Haechan menurutinya dengan tidak melepaskannya. Diam-diam dirinya tersenyum saat tangannya merasakan usapan lembut yang diberikan oleh Mark.
"Gantian" Ujar Mark tiba-tiba.
"Hm?"
"Usapin, gantian"
Haechan tidak bisa untuk tidak tersenyum. Mark sedang mode manja sangat lucu sekali. Untungnya Mark masih terpejam, jadi dia bisa leluasa untuk tersenyum dan salah tingkah tanpa ketahuan.
Haechan mencoba untuk percaya pada Mark, walaupun dari lubuk hatinya, masih terdapat sedikit keraguan. Bayangan kejadian tadi pagi masih melekat di otaknya.
-tbc
cape liat mereka gelut, mending diakurin aja ya wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan ✔️ | Markhyuck
Fanfiction[Finished] Katanya sih mantan, tapi kok... 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! •𝘽𝙤𝙮 𝙭 𝙗𝙤𝙮 ©PeachLiiv, 2021