Haechan terbangun saat ada sesuatu yang menghantam perutnya. Dia sedikit terkejut dengan posisinya saat ini karena sekarang dia terbangun dengan posisi terlentang dan tubuhnya berada di kasur.
Seingatnya, terakhir dia duduk di dekat jendela dan tertidur setelah lelah menangis. Apa semua itu hanya mimpi? Tapi kenapa terasa sangat nyata.
Haechan melirik ke arah samping untuk mengetahui pemilik kaki yang berada di perutnya. Sekaligus membangunkannya.
"Juna" Panggilnya dengan suara yang serak.
Tentu saja Renjun tidak akan terbangun dengan suara sepelan itu. Pada akhirnya Haechan tidak ada pilihan lain selain mendorong tubuh kecil itu hingga terguling dan jatuh ke bawah.
"ARGHHH! BANGSAT!" Pekik Renjun.
Haechan hanya tertawa melihat temannya yang kesakitan.
"Anying! tolol, sakit bego" Umpat Renjun pada Haechan.
"Sorry" Ujarnya pelan.
Renjun yang mendengar suara Haechan serak langsung menyodorkan segelas air putih yang memang sudah ada di meja kepada Haechan. Melupakan rasa sakit di punggungnya akibat dorongan manusia tidak tau diri di depannya.
"Thank's!" Sekarang kerongkongannya sudah lebih baik. "Lo ngapain tidur di kasur gue? Di usir sama ibu kos? Pasti belum bayar cicilan, iyakan?" Tanya Haechan bertubi-tubi.
Renjun rolling eyes. "Kalau bukan karena Kak Mark yang nyuruh, males banget gue nunggu lo bangun sampe ikut ketiduran"
"Kak Mark?"
Renjun mengangguk. "Lupa? Tadi lo pelukan di Toilet resto sama Kak Mark, terus tiba-tiba balik gitu aja. Nggak lama, mantan lo nyuruh gue ke sini, katanya ada masalah. Kenapa sih? Abis di bobol bukan?" Tanya-nya asal.
Haechan yang paham maksud kata 'di bobol' langsung memukul pelan kepala Renjun. Memang mulutnya sembarangan banget. "Otak lo emang kudu di cuci sih"
Sebentar, berarti kejadian pertengkaran antara dirinya dan Mark bukanlah mimpi. Lalu, kenapa sekarang dia ada di kamarnya. "Eh, kok gue ada di sini sih?"
"Yo ndak tau kok tanya saya" Balas Renjun dengan nada yang dibuat-buat seperti Pak Jokowi.
"Yang bener Renjuna Pradipta"
"Ya emang ngga tau Haechan Adiprama"
"Terus siapa dong?"
"Setan. Ya pasti Kak Mark dong" Sarkasnya.
Oke, mari kita flashback beberapa jam yang lalu.
Jadi setelah Mark meninggalkan area kostan Haechan dengan motornya, dia tidak benar-benar pergi. Mark hanya menyimpan motornya di ujung gang dan kembali dengan berlari.
Mark juga sempat mendengar ketika Haechan mengatakan bahwa Mark orang yang jahat. Oke, dirinya mengakui bahwa dia memang keterlaluan. Ini kali pertamanya dia membentak Haechan sampai segitunya.
Mark bingung dengan dirinya sendiri. Dia bingung dengan perasaannya. Entah mengapa dirinya merasa sangat kesal saat Haechan menjauhinya apalagi saat melihat kedekatannya dengan Sungchan. Apa benar jika Mark cemburu? tapi untuk apa? Bukannya hubungan mereka sudah selesai, dan Mark juga memang sudah bosan dengan Haechan.
Hampir beberapa menit Mark melamun, hingga dirinya baru tersadar jika suara isakan Haechan tidak terdengar lagi. Mark akhirnya baru memberanikan diri membuka pintu kostan milik Haechan karena dirinya sangat yakin jika sang pemilik sudah tertidur.
Dan benar saja, dilihatnya tubuh Haechan yang tertidur tenang dengan posisi duduk.
Perlahan Mark mendekati Haechan. "Maafin kakak. Sakit ya?" Tanya-nya sambil mengusap lembut pergelangan tangan yang tadi ia cengkeram.
Mark menghela napasnya kasar, lalu menyibakkan rambut yang menutupi sebagian wajah manis Haechan. Dia juga mengusap lembut jejak air mata yang berada di pipi mulus sang mantan kekasih. "Maaf" Itu kata terakhir yang Mark ucapkan sebelum mengangkat tubuh Haechan dan memindahkannya ke kamar.
Dengan hati-hati Mark membaringkan tubuhnya ke kasur, takut-takut Haechan akan terbangun dan kembali mengamuk saat melihat wajahnya.
"Eunghhmm..." Lenguhan itu sukses membuat tubuh Mark menegang, tapi untungnya Haechan tidak terbangun.
Saat dirasa Haechan sudah kembali tertidur dengan nyenyak, Mark kembali mengusap lembut pergelangan tangan Haechan, dan lengan satu laginya ia pakai untuk mengusap surai kecoklatan milik Haechan.
Mark lagi-lagi menghela napasnya kasar, ditatapnya wajah manis Haechan dengan lembut. "Can, Kakak bingung. Kakak bingung sama perasaan kakak sendiri. Nggak tau kenapa pas kakak liat kamu pelukan sama Chandra kemarin, kakak jadi ngerasa kesel" Ujarnya pelan agar tidak membangunkan pria manis di hadapannya ini.
"Gimana kalau misalkan kakak ngelarang kamu buat ngelupain kakak?" Tanya Mark yang tentu saja tidak akan mendapatkan jawabannya.
"Kamu masih mau nunggu kakak sampai kakak yakin sama perasaan kakak sendiri, kan?"
Mark tertawa kecil. "Kakak emang bangsat ya, nyuruh kamu nungguin hal yang belum pasti tanpa mikirin perasaan kamu selanjutnya."
Mark diam sejenak. Dan entah dorongan dari mana, dirinya mengecup singkat pucuk kepala Haechan. "Kakak sayang kamu"
Entah itu sebagai teman atau lebih, intinya Mark sayang Haechan.
Tanpa Mark sadari jika Haechan mendengar dan merasakan apa yang sudah Mark lakukan. Tapi untungnya Haechan menganggap bahwa itu semua hanyalah mimpinya.
-tbc
mohon maaf, saya bikin mark jadi agak bangsat ✌️niatnya mau nyelesain cerita ini sebelum tahun baru, tapi ternyata belum bisa :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan ✔️ | Markhyuck
Fanfiction[Finished] Katanya sih mantan, tapi kok... 𝙒𝙖𝙧𝙣𝙞𝙣𝙜! •𝘽𝙤𝙮 𝙭 𝙗𝙤𝙮 ©PeachLiiv, 2021