Pt.30 - Like When We First Met

160 12 1
                                    

Halo halo EL disini~

시작!!!

"Serim!"

Yang dipanggil menengok, Shownu yang memanggilnya untuk bergabung bersama Ia, Chanyeol, Chris, dan juga Seongwoo -- alias para bapak. Mereka semua sudah berada di hotel sekarang, besok acara akan dimulai.

"Iya pah," tanya Serim. Serim duduk di sebelah Seongwoo, abangnya itu menepuk bahunya -- menguatkan Serim. "Udah sehat to? Jangan sampe meriang lg besok pas acara~"

Seperti biasa Serim akan sakit -- meriang lebih tepatnya, ketika ia terlalu gugup menghadapi acara atau suatu hal yang besar.

Haduh Serim-Serim, badan gede kerjaannya meriang mulu -- hehe peace menk.

"Gimana udah apal toh ucapannya? Sebelum ijab nanti ada prosesi langkahan dulu kalo kamu lupa," Serim mengangguk sambil menekan koyo yang ada di dahinya. Pusing dia tuh ditanyain pertanyaan berentet gini.

Mereka berdiskusi sebentar sambil menyimak hapalan Serim, ya itung2 ngetes seberapa yakin Serim untuk acara esok hari.

"Wes, jos tenan! Ini baru menantuku," puji Chanyeol. Serim menggaruk belakang kepalanya sambil misuh2 dalam hati, ngapalin itu susah apalagi ini banyak banget.

Kemudian Serim pamit untuk mencari Allen yang sedari sore tidak ada di kamar. Dia sudah mencari ke kamar kawan2nya -- Yunseong, Jungmo, Woobin, Sanha, Haechan, yang jadi bridegroom mereka dan sudah ikut nginep dari kemaren.

Namun Serim tak menemukan keberadaan si manis di sana.

"Mbak Yeeun tau ga Allen kemana?" Yeeun yang sedang menggendong Hanyu menggeleng. Sedari tadi ia di balkon bersama Felix saja. Yeeun berbalik lalu menanyai Felix yang duduk memainkan handphonenya, "Ga tau, apa keluar tadi?" jawab Felix.

"Ga mungkin kabur sih," . "He'e... Mbak Yeeun ojo ngunu ah--" gerutu Serim.

Kaya perjodohan aja maen kabur2 an :(

Serim celingukan dari balkon dan menemukan orang yang ia cari sedang duduk di taman hotel. Sendirian, tertunduk sambil memainkan tangannya. Hanya itu yang dapat Serim lihat.

Tanpa pamit, Serim lari berbalik menuju lift -- turun ke lantai bawah. Dengan cepat ia melangkahkan kakinya ke taman belakang hotel dan memeluk orang yang sedari tadi menggelisahkan hatinya.

Karena pelukan Serim yang tiba2, Allen tentu saja kaget. Dan untung saja yang memeluk adalah Serim, jadi ia tidak berteriak terlalu keras. Udah hafal dari bau parfum nya hahah...

"Mas Serim ngagetin woy!" pekik Allen. Lengan Serim selalu jadi sasaran pukulan Allen ketika di jahili ataupun di goda. "Ngapain sih?"

"Mas nyariin kamu sedari tadi. Kirain Leoni kabur," Allen ketawa tuh, bisa bisanya dia dikira kabur padahal sedari tadi ia keluar di taman. Biar ga ketularan Serim yang meriang.

Allen memang gampang sakit. Tapi sebenarnya bukan itu alasannya. Tau sendiri kalo Serim lagi susah ataupun sakit dia pasti sambat terus.

Wong ngga sakit aja sambat mulu kok, bisa2 ikut meriang si Allen ngurusin Serim.

"Ngapain kok, malah ndusel2. Agak sana to, bangkunya panjang,"

Serim memeluk Allen, "Gimana perasaan kamu? Besok kamu udah sah jadi pasangan hidupku,"

"Ga tau," Allen mengendikkan bahunya -- tak ingin menjawab. Ia memilih melihat ke langit hitam bertabur bintang sambil memeluk balik Serim. "Allen seneng, tapi ga tau harus jawab gimana kalo ditanyain begitu,"

A path to you ; {Sellen} - (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang