Halo halo, EL disini!
시작!!!
"Mas kita semua pamit yaa~" Satu2 anak magang menyalami Serim untuk pamit -- begitu pula kawan2 nya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam. Setelah ikut bersih2, mereka pulang -- masa mau nginep :(.
Serim kembali masuk ke dalam rumah ketika semua teman2 nya sudah pergi. Saat berbalik, Ia dikejutkan oleh Allen yang berdiri di depan pintu teras. Dengan badannya yang lemas dan wajahnya pucat sembab habis menangis, cukup untuk menakuti Serim.
"Aduh dek ngapain di sini, ayo masuk. Dingin di luar," Serim berniat menggandeng Allen masuk, tapi si manis menepisnya.
"Ngga usah gandeng2, ayo ngomong di sini saja," ketus Allen. Serim geleng2 dan mengajak Allen untuk ke kamarnya saja, malu kalau ada orang yang mendengar mereka.
"Mas..." . "Dek..."
Yang lebih tua menyuruh yang lebih muda untuk mengutarakan hal yang ingin di sampaikan oleh nya. Allen malu malu ngeliatin Serim dan memegang tangannya, "Mas Serim... Beneran ga marah ke Allen kan?"
Serim menggeleng, "Ga. Kenapa harus marah?"
"Mas ga kecewa gitu karena Allen ga bisa ngasi ana--" Serim langsung memeluk Allen dan menyuruhnya untuk tidak melanjutkan kata2 nya. Ia kasihan kalau Allen menangis lagi. Di elusnya surai pirang kecoklatan itu dengan sayang.
"Allenku yang ganteng, yang paling manis, yang aku cintai, yang kusayangi, dan yang kubanggakan--" Allen menggeplak bahu Serim. Suasana haru malah di bercandai mulu si Allennya.
"Kalo kamu tanya mas kecewa atau gak, mas jujur kecewa. Mas sedih, mas kecewa, tapi mas ga marah. Mas lebih sedih kalo liat kamu nangis kaya gitu tadi," tutur Serim pada Allen yang ada di pelukannya. Si manis menyandarkan kepalanya ke dada bidang Serim -- mendengarkan ritme jantung dari kekasihnya yang terdengar tak beraturan itu.
"Jadi mas ga benci kan ke Allen? Mas ga berpikir buat ngebatalin nikah sama Allen kan?"
Serim menjitak dahi Allen. Mana mungkin ia akan menyerah pada semua janji dan usahanya selama ini? Diangkatnya si manis ke pangkuan dan menciumi pipi nya, "Kamu diet yaa? Kok pipi gembul mu ilang semua,"
"Ngga lah. Mas Serim pikir ngerjain skripsi tu gampang? Stress tauk!" seru Allen. "Turunin Allen! Allen mau pulang. Mo ngerjain skripsi dulu, biar lulus nya cepet juga,"
Serim tak kunjung menurunkannya malah menciumi kekasihnya itu. Mulai dari wajah hingga leher dan menggelitiki Allen hingga wajah si manis kembali terlihat cerah.
"Nginep sini ajaaa... Pengen cuddle kamu~"
"Iyadeh iya~"
~
"Oy mas, bangun! Ayo sarapan,"
Serim mengusap matanya dan menggeliat -- bangkit dari tidurnya. Saat ia membuka matanya, ia melihat Allen yang bersandar di samping pintu dengan kemeja oversized dan celana pendek. Otomatis langsung melek tuh si Serim. Beberapa kali ia mengucek matanya untuk melihat pemandangan di depannya itu.
"Apaan nih pagi2 pake baju kaya gitu?" tanya Serim.
Allen mengendikkan bahunya dan duduk di ujung kasur. "Papa, mama, ambil paket. Bang Seongwoo ama lainnya sarapan di luar,"
"Terus?" . "Ya gapapa? Allen kan disuruh minjem baju nya mas Serim yang udah ga di pake. Adanya yang segede ini lagi,"
Serim tersenyum lalu menarik Allen agar mendekat ke arahnya, "Ngga ada tujuan lain nih?" Tangannya membelai pipi Allen dan turun untuk memainkan kancing baju si manis yang sudah tersipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A path to you ; {Sellen} - (End)
Fanfiction[End] ⚠️Warning BXB⚠️ Tak kenal, mari ta'arufan :) Orang namanya jodoh, kagak ada yang tau kan? "Mah, Serim suka ama Allen, anak nya pak Chanyeol. Besok temenin Serim 'nembung' ya mah?" □ "Dek, cepet siap-siap! Sore ini kamu mau di 'tembung' ama ma...