𝙾𝚗𝚎

10.9K 351 58
                                    

"budaaa dede mau etlim na ladi" kata seorang balita berusia 1 tahun kurang 3 hari 🤭 yang kini merangkak mendekat ke arah bundanya lalu berdiri dengan berpegangan kaki sang bunda dan menarik baju bundanya.

"Jangan ya sayang.. dede kan udah banyak maem es krim nya" kata bundanya yang kini sedang memangkunya.

Alfabian Arselo, putra bungsu keluarga Arselo, gak bisa diem, banyak tanya, gak jelas, lucu, imut, gemesin, ngangenin.

Inne Arselio Putri, bunda sekaligus istri dari seorang CEO perusahaan terkenal dan terbaik di Indonesia.

"Bun.. tadi ayah telfon, katanya hari ini pulang cepet gak usah masak.. soalnya ayah bakal ajak kita makan di luar" kata putra sulungnya pada Inne.

Aji Arselo Pratama, si Abang kedua Al. nyebelin nomer 3 'kata Al' ngangenin, cuek, baik, sayang Al, penyayang.

"Ya udah bentar ini bunda titip dede dulu ya,, bunda mau beresin ini dulu" kata Inne sambil membereskan mainan Al yang berantakan.

"Siap Bun" dengan senang hati Aji langsung menggendong adiknya dan membawanya ke taman belakang, tepat dimana dia dan kedua adik lainnya berada.

"Hay adeknya abangg"

Arnold Arselio Alfabio, Abang ke 1 Al paling jail 'kata Al' baik, penyayang, ngangenin, baling suka bikin keributan di rumah, bar bar, sedikit waras, otak ada di telapak kaki mungkin 'kata Aji'.

"Hey Al!! Sama bang idho sini"

Ahmad Ridho Arselo, Abang Al ke 3 yang jailnya 11 12 sama bang Arnold, kerjaannya selalu bikin suruh dan buat Al menangis. Ngangenin, baik, bar bar, otaknya di telapak tangan.

"Nda mau.. dede mau na tama ban Aji!" Kata Al yang menyenderkan kepalanya ke leher Aji.

"Mau duduk sendiri atau pangku Abang aja?" Tanya Aji

"Mau dudut sendili" Jawab Al mengangkat kepalanya dan menatap sang kakaknya.

Aji menurunkan Al dan Al langsung merangkak ke arah tanaman yang tersusun rapi di tepi tepi rumahnya.

"De.. jangan kesana kesana ya, awas loh nanti jatuh" kata Aji

Al tidak mendengarkan ucapan Aji, ia mengejar kupu kupu yang sedang menghisap sari bunga, sedangkan ke tiga abangnya kembali mengobrol.

"Bang, tadi ayah telfon kenapa?" Tanya Ridho penasaran dan juga Arnold yang ikut menunggu jawaban dari Aji.

"Gak ada apa apa, cuma bilang katanya ayah pulang cepet, terus disuruh bilang ke bunda biar gak masak, soalnya nanti ayah mau ajak kita makan di luar" jelas Aji

"Yess.. jarang jarang loh ayah ngajak kita makan di luar" kata Arnold di setujui oleh keduanya.

Dengan seketika bahagia mereka luntur saat mendengar suara tangisan seorang bayi dan membuat mereka menghampiri sang adik yang duduk sambil menangis.

"Huaa atit! Temut na natal!!! Dede dididit huaa" tangis Al yang sedang mengomeli semut yang telah menggigit kakinya.

"Dek,, kenapa? Kok nangis?" Tanya Ridho

"Huaa, aban.. tati dede tatit!! Temut na natal ban! Tati Al dididit huaa" Jawab Al membuat ketiga abangnya mengerutkan keningnya masing-masing karena tidak paham apa yang di bilang adiknya, yang paham hanya bundanya.

Dengan sigap, Ridho langsung menggendong tubuh mungil Al dan membawanya masuk, diikuti yang lainnya.

Inne yang melihat mereka heran dan panik kenapa putra bungsunya itu menangis? Apa abangnya yang membuatnya nangis? Pikirnya.

Baby Al [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang