19. Persiapan

92.7K 10.8K 695
                                    

Selamat membacaa..

Jangan lupa vote ⭐ ya.. komen apa aja juga boleh..🤗

Kalo ada typo tolong di koreksi..👍

🍭🍭🍭

"Bang, perasaan dari tadi nggak ada yang bener dah orangnya."

Ansel yang duduk diatas kursi kebesarannya pun mengacak rambutnya frustasi. Hari ini ia sedang mencari sekretaris baru, karena sekretaris lamanya resign akan menikah.

Yang menjadi masalah adalah, dari sekian banyaknya orang yang mendaftar, tidak ada yang sesuai dengan kriterianya.

Apalagi perempuan perempuan yang sebenarnya tidak niat bekerja, mereka hanya berniat menggoda dirinya saja dengan pakaian mereka yang minim.

"Lo kenapa sih? Baru PMS apa gimana?"

Orang yang dipanggil 'bang' oleh Ansel pun menjawab. Ia heran melihat Ansel yang tampak tidak fokus hari ini. Selalu mengeluh dan membentak siapa pun yang bisa menjadi sasarannya.

"Bang Ed.. gue serius!"

Ya, orang itu adalah Edwin.

Kenapa Ansel memanggil Edwin Abang? Itu karena umur mereka yang tidak jauh. Jika hanya berdua pun mereka akan mengobrol layaknya saudara kandung. Jika di luar itu, Edwin tetap profesional sebagai pemimpin para bodyguard.

Bahkan bisa dikatakan Ansel lebih terbuka dengan Edwin di banding adiknya yang lain. Ini berawal dari Edwin yang membantu Ansel bangkit dari keterpurukannya ketika Winda meninggal.

Tapi ini hanya berlaku bagi Ansel dengan Edwin. Jika dengan Nevan, Melvin dan Eric, Edwin tetap memanggil mereka tuan muda.

"Apa? Sini cerita."

Jawab Ansel santai sambil duduk di salah satu sofa yang berada di ruangan Ansel.

"Lo tahu kan, princess baru marah sama gue, katanya dia bakal maafin gue kalo gue bawa pacar ke acara nanti malem."

Edwin yang mendengar itu pun tertawa terbahak bahak. Ia ingat jelas perkataan Nona kecilnya kemarin.

"Loh, Nona tidak pulang dengan tuan muda?"

Tanya Edwin ketika melihat Oliv berjalan menuju mobil yang ia kendarai untuk mengantar Nonanya.

"Enggak, Oliv mau sama Uncle aja. Abang abang nakal ikut Oliv main. Oliv nggak suka."

"Lagian lo jadi abang posesif banget. Gini kan jadinya."

"Terus gue harus gimana?"

"Bawa sekretaris baru lo aja sih. Gitu aja ribet."

Ansel mengangguk. Mungkin ini solusi paling tepat yang ia punya. Karena memang ia tidak tahu harus mengajak siapa. Jangankan pacar, teman dekat perempuan saja ia tidak punya.

"Yaudah deh. Cariin orang yang bener, pakaiannya sopan, attitude nya juga bagus, kerjanya yang cekatan."

Ansel mengusir Edwin sambil mengibaskan tangannya berkali kali. Edwin yang melihat itu pun mendengus dan segera keluar.

Tak lama, masuklah perempuan dengan pakaian sopan. Menyapa dengan ramah dan meletakkan berkasnya diatas meja Ansel.

Ansel mendongakkan wajahnya dan menatap orang tersebut. Entahlah, ia merasa aura perempuan kali ini berbeda dengan yang sebelum sebelumnya. Terlihat tangguh, tegas, tapi juga ada kelembutan di dalam dirinya.

Gadis di depannya ini.. berbeda.

"Nama?"

Ansel memulai sesi tanya jawabnya.

Our Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang