Breathless 23

1.5K 427 179
                                    

Voment ya^^

Shift kerja Je A berakhir pukul tiga sore setelah bertukar jam dengan Soye si pekerja kasir baru. Sebenarnya, hari ini ia tidak pergi ke universitas dan memilih pergi ke kafe meski bukan jadwalnya. Seperti yang ia katakan pagi sebelumnya pada Baekhyun, Jira dan Yebin, ia tidak lagi pulang ke rumah kakak iparnya dan memutuskan untuk mulai membersihkan rumah sewa bekas Gain yang ada tak jauh dari kafe. Ia sudah membawa beberapa pakaian yang akan ia pindahkan secara berkala.

Keadaan rumah tadi pagi sangatlah kacau akibat tingkah Baekhyun. Jadi Je A yang sebelumnya sudah memindahkan beberapa buku belajarnya secara diam-diam bertekad bahwa nantinya, ia akan membawa sisa bajunya jika Baekhyun tidak sedang di rumah.

"Kau sudah mau pulang?"

Je A menoleh pada sumber suara, lalu mengangguki pertanyaan Darren.

"Hmm. Sehun sudah menungguku disana sejak siang, dia memaksa untuk membantuku."

"Aku akan menyusulmu, kafe sedang sangat ramai, jadi aku tidak mungkin meninggalkan Xize, Soye dan Gain. Chanyeol hyung juga meminta bertemu denganku nanti malam." Tukas Darren dengan raut menyesalnya.

"Tidak perlu repot, Len. Kau bisa kesana akhir pekan bersama yang lain."

"Je A." Panggil Darren tiba-tiba, "Apa kau benar-benar yakin untuk meninggali tempat itu? Maksudkuㅡkau tahu kan bahwa Gain saja ingin pindah. Disana tidak terlalu ramai manusia, Je."

Je A terkekeh lalu menepuk lengan Darren, "Jangan khawatir begitu. Aku bisa menjaga diriku. Tidak akan terjadi apa-apa. Toh, rumah bibi dan paman pemilik rumah tidak jauh dari sana."

Ada gurat kekhawatiran yang begitu kentara dari pandangan Darren dan Je A jelas melihat itu.

"Bagaimana dengan kakakmu?"

"Ah, Jira eonniㅡ"

"Bukan." Potong Darren cepat, "Kakak iparmu?"

Hela napas pendek Je A berhembus. Mendengar nama Baekhyun membuatnya tertekan akhir-akhir ini.

"Ya, dia mengomel tentu saja. Tapi keputusanku sudah bulat. Jira eonni pun tidak akan bisa mencegahku." Jawab Je A menatap Darren yakin, "Aku harus pergi, Len."

Darren terdiam sejenak lalu mengangguk. Setelahnya Je A berpamitan pada ketiga rekannya yang lain. Ia pergi dengan satu kali tumpangan bus menuju sebuah pemukiman atap yang mengharuskannya berjalan beberapa ratus meter lebih dulu. Benar, tempatnya memang terlihat biasa saja ketika siang, tapi Je A jelas dapat menebak bahwa itu tidak terlihat begitu aman jika malam tiba. Tapi itu jelas lebih baik daripada harus terjebak satu rumah lebih lama dengan Baekhyun.

Lebih dari apapun yang mengerikan di dunia ini, Je A lebih takut untuk menyakiti Jira.

"Hahh!!" Sehun mengehela napas kasar setelah mengangkat jemuran kasur lipat, ia terduduk di bangku kotak yang ada di depan rumah atap disana dan menatap langit sore itu, "Barangnya tidak terlalu banyak, tapi lumayan lelah juga ya."

Je A terkekeh lalu menyerahkan soft drink pada Sehun. Ia kembali berkutat dengan rebusan air untuk ramennya. "Umurmu masih muda, tapi tenagamu seperti kakek-kakek."

"Sembarangan!" Balas Sehun tidak terima, "Dasar tidak tahu terimakasih. Aku sudah membersihkan rumahmu, Je. Kau kira mencuci kasur lipat itu ringan??! "

Alih-alih tersinggung, Je A justru kembali tertawa.

"Iya-iya. Aku sedang memasak ramen untukmu. Jangan khawatir. Kau akan pulang dengan perut kenyang."

Lirikan sebal Sehun membuat Je A terkikik.

"Coba saja Yebin membantuku. Lagipula, mengajak Jira noona kesini kan tidak apa, JeㅡAKH!! YA! Tutup panci itu besi, Je!!"

Breathless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang