Breathless 11

7.3K 1.7K 642
                                    


Vote dan komen ya^^

Sudah berulang kali Baekhyun menarik dan membuang napasnya dengan gusar. Ia benar-benar tidak merasa nyaman karena menahan emosinya didalam dada jika menyangkut tentang Je A. Itu seperti bukan dirinya karena baginya, lebih baik mengomeli adiknya itu daripada harus memakai cara tersirat seperti yang akhir-akhir ini dia lakukan.

Sungguh, Baekhyun tidak berniat seperti apa yang dituduhkan Yebin padanya. Semua yang dia lakukan pada Je A karena alasan. Tentu saja karena Je A adalah adik Jira, istrinya yang itu berarti telah menjadi adiknya juga. Tidak ada perbedaan atas besar rasa sayangnya pada Yebin dan Je A. Mereka sama, adik yang Baekhyun sayangi sepenuh hati. Dua wanita yang juga menjadi tanggung jawabnya untuk ia lindungi selain Ibu dan istrinya.

Ada trauma hebat yang Baekhyun alami karena kelalaiannya. Dia merasa tidak berguna semenjak mimpi buruk itu menghampirinya. Dan hal itu menciptakan diri Baekhyun yang sekarang, protektif dalam menjaga wanita-wanita yang berharga dalam hidupnya.

Byun Baekhyun tidak mau ditinggalkan lagi karena gagal menjaga.

"Baek, ayo pulang." Ajak Jira pada Baekhyun.

"Je A bagaimana?" Tanya pria itu tetap memfokuskan pandangan pada Je A yang melayani pelanggan.

Yebin berdecak. "Dia kan masih bekerja, ini baru jam tujuh. Masih tiga jam lagi. Oppa tidak seberniat itu untuk menunggunya sampai pulang kan?!"

Nada sarkas setengah mencemooh itu terlalu kentara untuk Baekhyun abaikan. Lantas ia membuang napas kasar sekali lagi dan menoleh pada Jira yang menanti jawabannya. Benar kata Yebin, mereka atau lebih tepatnya dia, tidak mungkin menunggu Je A pulang. Tentu saja ia tidak akan membiarkan istri dan calon anaknya menunggu terlalu lama.

Dia dan adiknya itu seperti sedang perang dingin. Tapi ia mengerti bahwa semua yang dilakukan Yebin karena semata-mata tidak ingin ada yang terluka. Masalahnya memang rumit, karena pasti ada yang terluka.

"Kau baru pulang bekerja, Baek. Sebaiknya istirahat dulu, baru nanti menyusul Je A jika sudah waktunya dia pulang." kata Jira mencoba memberi nasihat.

Baekhyun mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, kau juga terlihat pucat, sayang."

Pada akhirnya, ketiganya berdiri. Membuat Je A yang tadinya sedang memantau layar pesanan menoleh. Ia bisa melihat Yebin menggumamkan kata 'pulang' padanya yang ia balas anggukan. Tapi ternyata Baekhyun malah menghampirinya setelah terlihat mengucapkan sesuatu pada Jira.

"Nanti jangan pulang sebelum aku datang. Aku berbicara langsung agar kau tahu bahwa aku serius dan tidak menerima bantahan." kata Baekhyun tegas.

Je A memutar bola mata. Bibirnya menirukan gerakan bibir Baekhyun. "Terserah oppa saja! Aku tetap pulang sendiri, pulang sana!"

"Yakk!! A~yaㅡ"

"Oppa, istrimu menungguㅡastaga!" dumal Je A kesal.

Sekilas Baekhyun melirik pada Xize dan Len yang ikut mendengarkan. Bukan maksud mereka menguping, tapi memang suara Baekhyun yang terlewat keras untuk dapat didengar sekeliling. Sampai-sampai beberapa orang terlihat membicarakan mereka. Lal, kemudian Baekhyun berbalik dengan wajah tak puasnya.

"Kakakmu?" tanya Xize dengan melihat punggung Baekhyun.

Je A mengangguk. "Hmm."

"Sepertinya perduli sekali padamu." Xize tertawa mengejek dan mengerling pada Len yang mengulum senyum karena mengerti maksud si barista itu.

Je A berdecak lalu saat melihat oreo cake di etalase kaca, ia teringat pada Jira. Buru-buru ia meraih kotak kecil dan membungkus cake itu untuk diberikan pada kakaknya. Ia ingat bahwa Jira suka makanan manis.

Breathless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang