Breathless 29

1.2K 326 176
                                    

Voment ya^^

Terhitung sudah hampir dua minggu ini Je A tidak terlalu banyak berkomunikasi dengan Jira. Setiap kali Jira menghubunginyapun Je A jarang bisa menerimanya tepat waktu. Sebab, pekan ujian juga banyaknya pengunjung kafe membuatnya seperti tidak punya waktu untuk sekedar menarik napas dengan bebas.

Tidak munafik, selain kedua alasan itu, Je A jelas punya alasan lainnya. Apalagi jika bukan menghindari oknum yang selalu menyusahkan hidupnya si pria bernama Byun Baekhyun itu?Beruntungnya juga, nasib memihaknya karena selama dua minggu belakangan, Baekhyun tidak lagi muncul atau mengusiknya di depan mata. Setidaknya itu bisa ia jadikan pertolongan untuk membantunya sedikit mengesampingkan pikiran tentang kejadian waktu lalu yang walaupun begitu masih sering membuatnya susah tidur di malam hari.

"Je A, kau baik?"

Je A mendongak pada Darren di sampingnya. Tatapan pria kalem itu terlihat khawatir.

"Kau sakit ya?"

"Tidak." Jawab Je A mengulas senyum kecil dengan ragu, "Hanyaㅡagak sedikit aneh?"

"Apanya?" Darren mengulurkan telapak tangannya di kening Je A, lalu beralih menyentuh keningnya sendiri.

"Aku tidak sakit. Hanya saja, perasaanku agakㅡeng, tidak nyaman." Cicitnya di akhir. "Mungkin terlalu stres karena ujian kemarin dan merindukan kakakku."

Darren terdiam sejenak, "Kenapa tidak kau hubungi saja?"

"Nanti saja. Aku tidak ingin menghubungi kakakku dengan keadaan tidak yakin. Dia itu peka sekali, nanti aku membuatnya khawatir." Kelakar Je A diakhiri senyuman paksa.

"Baiklah jika itu keputusanmu." Ujar Darren mengerti, "Sebaiknya kau istirahat saja di dapur. Aku akan mengurus kasirㅡ"

"Tidak perlu." Je A melambaikan tangan di depan wajahnya, "Baru saja masuk pergantian shift, Len. Tenang, aku baik-baik saja. Aku akan mengatasinya."

Bunyi lonceng dari pintu yang terbuka mengalihkan atensi Darren dan Je A. Disana Chanyeol datang dengan senyuman lebar menyapa keduanya.

"Hyung, kenapa kemari?"

"Aku baru selesai rapat di luar. Perasaanku buruk, jadi malas kembali ke perusahaan." Kata Chanyeol sembari menatap papan menu, lalu mengerling pada Je A, "Bawakan aku hot latte ya, di luar dingin sekali. Aku ke dalam dulu."

Sejenak Je A dan Darren saling pandang lalu mengedikan bahu bersamaan. Setelahnya, Darren membuatkan pesanan Chanyeol dan berniat mengantarnya sebelum Je A mencegah.

"Aku saja. Sekalian aku ingin bertanya tentang jam shiftku saat liburan nanti." Ujar Je A yang disetujui Darren.

Saat Je A sampai di depan ruangan tembus pandang Chanyeol yang terlihat dari luar, ia agak ragu untuk masuk. Raut pria Park itu memang nampak kurang menyenangkan. Auranya tidak sehangat biasanya. Dari caranya menyandarkan punggung di kursi setelah melepas mantelnya, Je A bisa merasakan tekanan berat yang ada di sekeliling Chanyeol.

Menjadi direktur di perusahaan besar memang tidak mudah. Tuntutan dari segala sisi jelas membuatnya punya tanggung jawab yang besar. Disaat seperti ini, Je A agak menyayangkan jika Chanyeol tidak punya pasangan.

Suara pintu yang dibuka membuat Je A mengerjap. Di hadapannya, Chanyeol menatap bingung.

"Kenapa tidak masuk?"

"Ahh!!" Je A meringis sungkan, "Maaf, aku agak ragu mengganggu."

"Ada-ada saja." Chanyeol mengambil hot latte di atas nampan dan menunjukannya pada Je A, "Terimakasih. Kau bisaㅡ"

Breathless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang