Breathless 38

2.1K 245 49
                                    

Voment ya^^

Je A membawa wajah kusut dan sembabnya saat memasuki kelas paginya. Semenjak siang kemarin pun saat jam shift kerjanya, ia terus menangis mengingat perkataan Byun Shin padanya juga Jira yang keterlaluan. Pria yang sudah ia anggap Ayah bahkan sebelum kedua kakaknya menikah itu telah berubah drastis. Tatapan dingin juga perkataannya tajam dan menusuk jantung Je A sampai terasa sakit bukan main.

Kelelahan menangis membuatnya tertidur lelap dan hampir tertinggal kelas Profesor Lim pagi tadi. Beruntung Sehun sedang sibuk mengurusi acara adik tingkat mereka sehingga tidak punya waktu luang mengurusnya dan ia juga tidak perlu menyembunyikan wajah menyedihkannya pada sahabatnya itu. Bahkan ponselnya ia sengaja non aktifkan sejak siang itu karena Yebin tak henti menghubunginya. Ia harus bekerja, dan enggan membahas apapun tentang perkataan menyakitkan kemarin.

Kini ia masih terduduk di taman jurusan. Sesekali membalas sapaan temannya yang juga baru menyelesaikan kelas yang berbeda. Jam masih menujukan pukul sebelas siang, masih ada satu kelas lagi yang harus ia hadiri di jam setengah satu nanti. Kepalanya mendongak sembari menunggu ponselnya aktif. Langit sedang cerah, tapi anginnya berhembus sejuk. Aroma musim gugur yang sendu sudah terendus, membuat pikiran Je A dilintasi wajah sosok yang sudah coba ia lupakan berulang kali meski kembali muncul begini.

Baekhyun tidak terlihat datang di minirmart semalam. Sebenarnya Je A sudah mempersiapkan sumpah serapahnya jika sampai melihat pria itu datang. Beruntungnya ia tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra disaat tubuhnya sudah lelah karena dihajar banyak pikiran. Dari cara Yebin menghubunginya tanpa henti, mustahil wanita itu tidak mengatakan apapun pada kakaknya.

Je A memejamkan mata merasakan belaian angin di wajahnya. Setiap kali memikirkan Baekhyun, jantung terasa membengkak. Sesak dan sakit.

Cinta itu masih ada, menetap lekat, dan tak sedikitpun berkurang. Aneh, padahal ia sudah berusaha sebegitunya untuk menolak Baekhyun dalam peresensi berbentuk apapun. Bayangan juga nyatanya setiap kali pria itu datang.

Rindu rasanya mengingat interaksi mereka dulu. Tapi Je A sadar, jika ia terbawa arus perasaannya, keadaan tidak akan semakin membaik. Benar kata Byun Shin, karena ia tahu perangai Baekhyun, maka sepertinya ia yang harus berusaha lebih kuat untuk menghindar.

Bunyi denting notifikasi ponselnya membuat Je A tersentak kecil. Beruntun, mulai dari Yebin, Jira, Sehun, Baekhyun, Chanyeol, juga terakhir Darren. Belum sempat ia membuka satu persatu notifikasinya, panggilan dari Darren mengejutkan Je A. Lantas segera ia menerimanya.

"Ya, Len?"

"Hai, kau masih di universitas kan?"

Alis Je A mengernyit, "Hmm, aku masih ada satu kelas lagi. Kenapa?"

"Ituㅡ" Darren terdengar menghela napas, "Aku ada di depan ngomong-ngomong."

"Apa?!" Je A berseru cepat.

Darren terkekeh, "Bisa bertemu sebentar? Ada yang perlu kubicarakan."

"Astaga, Len! Kau ini membuatku terkejut saja. Baik, sebentar. Aku sedang di taman jurusan."

"Hmm, di depan gerbang ya. Jangan buru-buru. Akuㅡakan menunggumu."

Setelah memutuskan panggilan, Je A segera mengemasi buku dan tasnya untuk menyusul Darren. Ia melangkah lebar menuju gerbang utama universitas dan melihat pria berkemeja putih rapi itu di samping mobilnya sembari menunduk menatap aspal.

"Lenn!!"

Darren mendongak, menegakan badan dan tersenyum melihat Je A yang berlari kecil hingga ikatan rambut ekor kudanya bergoyang cantik. Ia menyodorkan box makan siang yang sempat dibelinya pada wanita Han itu.

Breathless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang