Breathless 18

7.2K 1.6K 520
                                    

VOTE YA^^

Semenjak semalam sikap Jira membuat Baekhyun merasa bersalah. Wanita itu tidak terlihat sehangat biasanya. Apalagi saat menyiapkan keperluan Baekhyun sebelum bekerja. Entah itu pakaian kerja atau sarapan pagi para manusia dirumah. Jika biasanya Jira akan meminta pendapat atau mengajak bicara tentang hal kecil, kini wanita itu lebih banyak diam dan hanya bicara jika perlu.

Melihatnya membuat Baekhyun tidak tenang. Didukung dengan ucapan Yebin dan Sehun yang bersautan dalam telinganya jelas membuat perasaan Baekhyun pagi ini terasa kacau. Kali ini Baekhyun tahu bahwa Jira benar-benar kesal padanya karena kejadian tadi malam. Tapi mau bagaimana lagi? Dia betulan tidak senang melihat Je A diantar oleh Darren. Apalagi sampai menolak bantuannya disaat dirinya sedang khawatir setengah mati.

Ucapan Sehun yang mengatakan padanya tentang siapa Len bagi Je A lah yang paling berhasil memenuhi kepalanya saat ini. Sungguh, dia benar-benar baru mengetahuinya. Seingatnya, Je A hanya pernah mengatakan padanya bahwa Len itu seniornya saja. Ternyata yang selama ini ia sebut pria asing adalah orang yang berarti bagi Je A. Pantas saja Je A sekeras kepala itu saat ia meminta adiknya itu untuk tidak terlalu dekat dengan Len.

Cinta pertama?

Tanpa sadar, Baekhyun mengepalkan tangannya. Kilas balik wajah menyebalkan Sehun dan Len membuatnya ingin berteriak marah.

"Je A?"

Panggilan Jira membuat Yebin dan Baekhyun menoleh ke arah tatapan Jira. Disana sedang berdiri sosok Je A dengan wajah kuyu dan lemas khas seperti orang yang tidak dalam keadaan sehat.

"Apa kepalamu masih sakit?" tanya Yebin yang dibalas gelengan kepala oleh Je A.

"Aku tidak apa-apa." Je A tersenyum kecil. Alisnya menukik saat teringat bahwa semalam Len membantunya masuk kedalam kamar. "Apa Len langsung pulang kemarin? Aku belum mengucapkan terima kasih."

"Sudah ku sampaikan. Dan dia titip pesan agar nanti kau menghubunginya." sahut Jira lembut.

"Memangnya dia siapa?" gumam Baekhyun lirih yang cukup keras untuk didengar siapapun.

Tidak ada yang menimpali ucapan Baekhyun pun Jira lebih memilih mengusap puncak kepala Je A lembut. Maniknya mengamati wajah adiknya itu dengan tatapan nelangsa. Dia bisa melihat gurat kelelahan itu pada wajah Je A dan itu semakin membuat hatinya merasa bersalah. Pertanyaan demi pertanyaan berlalu lalang dalam benak Jira, sampai kapan semua akan begini?

Pada akhirnya, dia tetap tak mendapat jawaban. Dia terlalu egois.

"Eonni. Aku tidak apa-apa. Obat terakhirnya sudah ku minum kemarin, seharusnya nanti akan sembuh. Maaf membuatmu khawatir seperti ini." Je A menggenggam tangan Jira erat. "Nanti aku akan membelinya lagi."

"Kau tidak perlu minta maaf. Tidak ada kesalahan apapun yang kau perbuat padaku karena seharusnya aku yang minta maaf padamu." Jira menelan ludahnya saat suaranya terasa mulai bergetar.

"Jira~ya." Baekhyun mengusap punggung Jira, sekilas ia bisa melihat Je A menatap tangannya dan kembali menatap Jira.

"Eii, akhir-akhir ini pagi kita kenapa jadi suram sekali?" kata Yebin mencoba memecah atmosfer canggung disana. "Sebentar lagi aku akan kembali ke Jepang. Serius tidak ingin jalan-jalan? Tidak ada yang mau membuat kenangan manis bersamaku. Hmm??"

Yebin mengerjapkan mata berulang pada Jira, sengaja menghibur kakak iparnya itu. "Jira eonni, hmm??"

Wajah menggelikan yang Yebin tunjukan membuat Baekhyun mendengus. Ia mengusap wajah adiknya itu dengan gemas. Tapi ia juga sedang berpikir untuk membenarkan apa yang Yebin katakan. Semenyebalkan apapun adiknya itu, Baekhyun sangat menyayanginya. Pun sebenarnya dia juga sudah merencanakan untuk liburan berempat bersama Jira dan Je A. Tapi sayangnya, Je A sedang dalam kondisi yang tidak baik sampai membuatnya urung untuk mengajak berlibur.

Breathless (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang