Hah Juga Sayang

24.1K 1.5K 18
                                    

Jika masa lalu membuat hatimu terluka, kenapa tidak membagi lukamu dan coba temukan bahagia setelahnya?

_Devan Fernandes_

_Devan Fernandes_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pukul 01.35 dini hari, tapi Renata belum menunjukan tanda-tanda dirinya akan terlelap. Jauh berbeda dengan Devan yang hanyut dalam dunia mimpinya sejak dua jam lalu. Sesekali Renata menarik nafas panjang kemudian dihembuskannya perlahan, begitu selama dua jam ini.

Dia terus mengusap punggung tangan Devan yang tidur memeluk tubuhnya dari belakang, dengan kepala pria itu yang disembunyikan dalam ceruk lehernya. Rasanya memang berat sekaligus risih karena rambut Devan bermain diatas kulit wajahnya.

Tapi disisi lain Renata merasa nyaman bisa sedekat ini dengan suaminya, sejenak rasa takut pada Marsel perlahan menguap. Meski sering kali ketika Renata hendak menutup mata, rasa takutnya semakin menguat. Hal itu yang membuatnya enggan menutup mata meski sejenak.

Renata menyingkirkan tangan kekar Devan dengan gerakan perlahan, setelahnya ia beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

"Lo tenang Ren, Marsel nggak akan bisa ngambil Devanka dari lo."

"Tapi gimana kalo..."

Renata menggeleng cepat, untuk menyingkirkan segala asumsi negatif itu.

"Suami lo udah janji untuk melindungi lo dan Devanka, jadi apa yang harus lo takutkan?"

"Iya nggak ada, semuanya bakal baik-baik aja. Lo harus percaya sama suami dan keluarga lo,"

"Tapi Marsel itu nekat, dari dulu dia terkenal ambisius. Bukannya nggak mungkin kalo Marsel bakal berbuat nekat untuk ngambil hak asuh Devanka,"

"Kalo itu sampe terjadi, gue harus gimana?"

Renata menatap nanar pantulan wajahnya yang tampak memprihatinkan, kantung mata yang mulai menggelap dengan bibir pucat. Penampilannya terlihat kacau.

"Please Ren, lo udah nyimpan semua ketakutan ini sendirian. Lo capek kan?"

"Ya udah, kali ini lo harus percaya sama suami dan keluarga lo. Mereka tau harus berbuat apa, dan gue mau lo percaya sama mereka."

"Nggak! Nggak ada bantahan sama sekali, pokoknya percaya aja sama mereka. Titik!" monolognya.

Dia kembali membasuh wajahnya dengan air dingin, setelah mengeringkannya Renata kembali ke dalam kamar.

"Mas?" pekik Renata terkejut, ketika melihat Devan sedang duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Sini," panggil Devan, menepuk-nepuk sisi ranjangnya.

Renata mengangguk patuh, dia berjalan menghampiri suaminya.

"Sini."

Renata sedikit terkejut saat Devan menarik tangannya, alhasil tubuh Renata yang belum siap harus jatuh menimpa tubuh Devan.

SINGLE MOM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang