Holla!
Sudah berapa bulan kita tidak bersua? Intinya sudah lama ya. Hehe
Saya pernah bilang bakal update selepas UAS. (Eh, tapi kok baru sekarang?!!)
Sebenarnya UAS rampung di bulan Juni. (Terus ke mana aja dong dua bulan ini?)
Ada satu-dua hal yang membuat saya tidak dapat melanjutkan menulis. Jangankan membuka wattpad, balas chat saja saya se-gak-mood itu. Bahkan saya jarang banget buka ponsel. Paling cuma buat pasang alarm aja biar bangun enggak kesiangan.
Jadi, ya maaf kalau update-nya telat✌
Terima kasih amat banyak banyak banyak buat teman-teman yang masih setia sama ini cerita. Terima kasih amat banyak banyak banyak buat yang setia nungguin update-an ini cerita yang lamanya kebangetan. Dan terima kasih amat banyak banyak banyak buat yang baca ulang ini cerita karena kesal saya jarang update🌹
And I'm so so so sorry to keep you waiting, guys🙏
Okay. Kalau lupa, baca aja dulu 2-3 chapter sebelumnya ya.
Oh iya, harap bilang ya jika menemukan typo👌
Ready? Here we go!!!⬇
{Irsa Humaira Baryn}
Apakah ada makhluk di bumi ini yang tak pernah memiliki masalah? Bahkan orang terbahagia di dunia pun pasti memiliki masalah. Ibarat jalan, ada kelokan kiri kanan, tanjakan maupun turunan. Yang bahagia nggak menjamin tak pernah terluka. Yang terluka pun berhak atas bahagianya. Bukankah selalu ada bahagia dari setiap luka?
Katanya, kesibukan dapat mengalihkan perhatian kita terhadap patah hati yang sedang dialami, ya meski sementara. Karena patah hati akan tetap menjadi patah hati jika tidak diobati, bahkan bertambah parah jika tidak lekas ditangani. But, you'll never know if you never try, alright?
Jadi di sinilah aku, di suatu pagi di hari Sabtu dengan tumpukan lembar kerja hasil praktikum di depanku. Lab IPA pagi ini sepi, sebagian besar asistennya tidak ada jadwal kuliah di hari ini, dan sebagiannya lagi entah, aku tak tahu mereka di mana.
Aku begitu menikmati kesibukan di hari Sabtu ini. Alunan melodi menguar dari earphone yang tersumpal di telinga kanan dan kiri seirama dengan gerakan tanganku membuka lembaran demi lembaran hasil praktikum mahasiswa seraya membubuhi nilainya. Aku tak perlu malu atau pun segan apabila ada yang mendengarku ketika beberapa kali ikut bersenandung ria mengikuti lagu yang mengalun. Tak ada seorang pun di Lab ini, hanya aku. Hingga suara tarikan kursi di sebelahku terdengar dan diduduki seseorang. Aku menghentikan kegiatanku.
"Tumben banget hari Sabtu ada di Lab, Ir."
Ya, memang suatu anomali seorang Irsa mengurung diri di Lab pada hari Sabtu. Biasanya, kalau praktikum di hari Jum'at aku akan membawa lembar kerja hasil praktikum ke kosan untuk diperiksa. Tak pernah mau aku menginjakkan kaki di Lab di hari Sabtu, kecuali jika ada sesuatu yang urgent-nya kebangetan. Nah, untuk yang satu ini beda kasus, teman. Aku butuh pengalihan.
"Lupa bawa pas hari Jum'at, Ril."
Seharusnya tumpukan lembar kerja hasil praktikum ini kubawa pada hari Jum'at sepulang kuliah. Tapi, ya namanya juga manusia bisa lupa.
"Eh, kok, yang ini sudah diperiksa juga?"
Refleks kutatap Nazla yang tengah membuka salah satu lembar kerja hasil praktikum dari tumpukan yang telah kuperiksa. "Iya, itu sudah diperiksa semua."
Eh?
Aku tidak sadar telah memeriksa lembar kerja hasil praktikum tanggung jawab Daril dan Nazla. Mungkin aku terlalu hanyut dalam irama yang kudengarkan kali ya, jadi lupa begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...