Ramein yuk vote-nya! Hehe
Happy Reading Guys💕
"Duh, bisa kesiangan nih!"
Di saat yang lain masih tengah terlelap, atau ada yang tengah bersih-bersih rumah, atau bahkan ada yang tengah menikmati udara pagi hari dengan berlari-lari kecil. Kontras dengan Irsa, ia sedang bersiap pergi ke kampus. Laptop, beberapa buku referensi, binder, tempat pensil, serta pouch berisi face wash, moisturizer cream, sun protection, compact powder, lipbalm dan liptint, dimasukkan ke dalam tas dengan tergesa.
"Hasby ke mana sih?! Jam segini belum nongol," ujarnya seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Bergegas mengambil ponsel di atas tempat tidur. Mengutak-ngatiknya sejenak, dan menunggu orang di seberang menerima panggilan.
"Lo di mana, By?! Kenapa belum ke sini, sih?!" cecarnya ketika sambungan terhubung.
"Lo tahu kan, hari ini gua jadwal pagi. Sebelum jam tujuh teng gua harus udah ada di kelas," lanjutnya. Tak memberi kesempatan yang di seberang untuk menjawab.
"Cepetan ke sini!" teriaknya dengan geram.
"Yaelah, Neng. Bisa kali kalem dikit. Nih, gua lagi manasin motor."
Menyampirkan tas pada bahu kiri, lantas memakai flat shoes dengan tergesa. Tangan kirinya masih setia memegang ponsel seraya menempelkannya ke telinga kiri.
"Yaelah, pake dipanasin segala!"
Selesai memakai sepatu, lantas ia keluar. Tak lupa juga mengunci pintu. "Cepetan jemput! Gua bisa te ... lat, By." Ketika berbalik, ada seseorang yang tengah berdiri sekitar sepuluh langkah dari depan pintu kos. Irsa terpaku.
"Pagi, Pacar!" sapanya dengan seulas senyum yang kalau kata Irsa, terlalu manis.
Ponsel di tangan kirinya tak lagi ditempelkan ke telinga meski sambungan telpon belum terputus. "Kakak ngapain di sini?"
"Jemput pacar lah!" jawabnya yang sukses membuat Irsa tersipu.
Seolah tersadar, Irsa kembali menempelkan ponsel ke telinganya. "By, lo gak usah jemput gua. Lo puas-puasin aja tuh panasin motor sampe mendidih. Gua berangkat!" Dan tut, panggilan terputus sepihak.
"Kenapa gak bilang sih kalo mau jemput?" tanya Irsa dengan bibir sedikit mengerucut.
"Kaget gak?" Irsa menengok ke samping kanan. "Gak nyangka aja."
Tangan kiri Arsya tergerak untuk mencubit pipi Irsa. "Kejutan kecil di pagi hari."
"Fokus nyetir aja, Kak," peringatnya. Arsya terkekeh kecil. "Gemes!"
Arsya kembali fokus menyetir mobil, sedangkan Irsa tengah tersenyum manis ke arah Arsya.
"Telepon gak ya? Hm, enggak deh." Irsa tengah berbaring. Bimbang tengah menghinggapinya. Semenjak tiba di kosan, ia terus memikirkan bagaimana cara untuk menyampaikan keinginannya pada Arsya.
"Eh, telepon aja deh." Mencari kontak bernama Kak Arsya, lantas menghubunginya. "Tapi, gimana ngomongnya coba?!" Namun, sebelum panggilan terhubung ia memutuskan untuk mematikannya.
Ponselnya ia lemparkan ke sudut tempat tidur. Sengaja, wajahnya ia tutupi dengan bantal. "Argh!" teriaknya. Namun tidak begitu keras karena teredam oleh bantal.
Ting! Irsa mendapat pencerahan. Buru-buru ia menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya, lantas mengambil ponsel yang tadi ia lempar.
Irsa : Untuk pertanyaan Kakak tempo hari, aku mau, Kak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...