Ada yang kangen Irsa? Atau malah kangen sama aku?😂
Kayaknya gak ada deh. Huhu;(Happy Reading Guys💕
Aku berjalan beriringan bersama Kang Fikri. Pulang dari rapat yang membosankan -aku sudah bosan dengan semua rapat itu-. Bagaimana tidak? Ini weekend dan aku harus menghadiri rapat itu.
"Nanti kamu buat proposalnya secepatnya ya, Ir," ujar Kang Fikri sembari terus berjalan.
"Iya. Tapi jangan besok. Aku mau hibernasi."
"Kamu itu rebahan aja. Mending besok ikut aku. Kita lari pagi."
Aku menggeleng, "No! Pokoknya besok aku mau rebahan aja. Jangan ganggu." Ia terkekeh.
"Malam minggu nih." Setelah itu ia berdeham.
Aku memutar bola mata, malas. "Terus kenapa kalo malam minggu?"
"Jalan-jalan dulu yuk! Mumpung belum larut."
"Aku udah ditungguin sama Ririn."
Wajahnya tak seceria tadi. "Yaudah deh."
Kami sampai di tempat parkir motor. Namun bukan itu tujuanku. Ririn menungguku di depan masjid Al-Furqan.
"Kang, duluan. Hati-hati di jalan."
Ia mengangguk. Lantas aku melanjutkan langkahku. Kemudian, aku telah sampai di depan masjid. Aku melihat Ririn sedang melamun.
Belakangan ini, aku sering melihatnya melamun. Wajahnya juga tak seceria seperti dulu. Kenapa ya? Apa dia sedang memiliki masalah?
"Oi! Ngelamun bae. Kesambet tahu rasa lo."
Ia hanya memasang senyum -yang menurutku terpaksa-. Aneh. Ada apa dengan anak ini?
Aku berdaham, "Udah lama nunggu?"
Ia menggeleng, "Enggak kok. Gua juga baru nyampe."
Aku mengangguk, paham. "Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?"
"Langsung pulang aja ya." Aku mengangguk.
Lantas kami berjalan beriringan menuju kosan Ririn. Malam ini aku akan menginap. Ririn yang meminta. Tidak biasanya. Aku curiga.
Kami telah tiba di kosan Ririn. Jarak dari kampus ke kosan Ririn memang tidak jauh, hanya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki.
"Rin, gua ikut mandi." Gerah sekali. Badanku juga lengket. Ririn hanya mengangguk.
Aku menyelesaikan ritual mandiku sekitar 15 menit. Setelah berganti baju, aku duduk di samping Ririn yang tengah sibuk dengan laptopnya.
"Mandi gih! Bau tau." Aku berpura-pura menutup hidung dengan tangan kananku. Lantas Ririn berjalan ke kamar mandi.
Aku mengambil alih laptop Ririn. Kukira dia sedang mengerjakan tugas, ternyata ia sedang berseluncur di Youtube. Mencari film untuk kami tonton malam ini.
Ketika aku sibuk mencari film yang cocok, ponselku berdering. Siapa yang menelpon malam-malam?
"Irsa, lo di mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...