Happy Reading Guys💕
Aku berjalan hendak menuju masjid. Agak tergesa. Aku belum menunaikan salat zuhur. Namun, dering ponsel menginterupsi langkahku.
"Ada apa, Kang?" sapaku setelah menggeser ikon hijau pada layar.
"Kamu di mana?"
"Ini, lagi di jalan ke masjid." Aku meneruskan langkahku sembari mendengarkan lawan bicara via telepon.
"Proposal yang kemaren udah jadi kan?"
"Udah, Kang." Aku telah sampai di pelataran masjid.
"Nanti selesai dari masjid langsung ke Gedung Fakultas ya. Aku tunggu di sana."
"Duh, Kang. Aku belum makan siang. Gimana kalo ketemunya di kantin?" Tawarku sembari melepaskan sepatu.
"Belum makan siang ya?"
"Iya. Tadi pagi juga belum sempat sarapan."
"Yaudah. Nanti Akang tunggu di kantin."
"Di stan bakso Mas Mul ya, Kang."
Terdengar suara kekehan di seberang. "Iya."
"Yaudah. Aku tutup ya, Kang."
"See you."
"Hm," setelah itu aku menutup sambungan.
Memasukan ponsel ke dalam tas. Lantas aku bergegas masuk masjid untuk menunaikan salat zuhur.
Selesai dengan ritual salatku, aku mengecek jam di pergelangan tangan kiriku. 12.45. 30 menit berlalu setelah Kang Fikri menelponku tadi. Aku segera bergegas ke kantin. Kasihan Kang Fikri. Pasti dia telah menunggu lama.
Tiba di kantin, aku segera mencari sosok Kang Fikri di stan bakso Mas Mul. Ketemu! Aku menghampiri ia yang tengah menikmati minumannya.
"Maaf ya, Kang. Pasti nunggu lama." Aku menggeser kursi di depan Kang Fikri, lalu mendudukinya. Kami duduk berhadapan.
"Gak apa-apa. Aku ngerti kok ritual cewek selepas salat."
Aku hanya membalasnya dengan senyum kikuk. Kalian yang perempuan pasti mengerti apa yang diucapkan Kang Fikri. Wanita dan ritualnya sehabis salat. Sebenarnya aku bukan termasuk cewek yang ribet. Bahkan ke kampus pun aku jarang berhias. Cukup memakai moisturizer cream dan bedak Marcks teens. Tak lupa mengoleskan Lipbalm agar bibirku tidak terlihat pucat. Ya itulah aku. Simple is beauty. Karena menurutku, cantik itu bukan dari luar, tapi dari dalam.
Aku mengeluarkan laptop dari tas. Menyalakannya, lantas mencari file proposal yang aku kerjakan semalam. Setelah itu, aku menunjukkannya pada Kang Fikri.
"Nih, Kang. Monggo dikoreksi."
Ada kekehan yang keluar dari bibir Kang Fikri. "Yaudah. Sementara Akang ngoreksi, kamu pesan makan sana."
Aku mengangguk semangat. Lantas berdiri, melangkah menuju stan bakso Mas Mul.
Selang 10 menit, aku kembali dengan semangkuk bakso di nampan yang kubawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...