19. Kemeja Merah Jambu

2K 148 29
                                    

Mohon maaf atas keterlambatannya🙏

Happy Reading Guys💕

Tak biasanya aku pergi keluar sendirian. Kalau tidak dengan Hasby, ya dengan Ririn. Berhubung Hasby harus menghadiri rapat yang entah rapat apa itu -maklum orang sibuk, dan Ririn yang sedang kerja kelompok. Maka di sinilah aku, di depan gedung BTC seorang diri. Bukan tanpa tujuan aku pergi ke sini -kalau bareng Ririn paling cuma keliling. Tapi, bukankah sekadar cuci mata juga merupakan tujuan? Ah, sudahlah. Aku berniat membeli buku referensi untuk tugas, karena setelah seharian aku mencari di perpustakaan kampus tak ada satu pun referensi yang relevan dengan tugas yang akan kukerjakan. Aku bergerak menuju lantai dua menggunakan eskalator. Kini toko buku langgananku berdiri kokoh di hadapanku, lantas aku lekas memasukinya. Aku bergegas menuju deretan rak yang memuat buku seputar pendidikan. Setelah sekitar setengah jam aku berkeliling, akhirnya aku menemukan dua buku yang kucari. Sebelum melangkah menuju meja kasir, aku mampir dulu ke deretan rak novel. Mumpung di sini, aku berniat membeli beberapa novel untuk menemani waktu bosan ketika di kosan.

"Irsa?" Merasa ada seseorang yang memanggil, aku menengok ke samping kanan -sumber suara. Aku menemukan Kak Arsya yang tengah menatapku.

"Eh, Kak Arsya," jawabku dengan sebuah senyum.

"Lagi nyari buku juga?"

Aku mengangguk. "Iya. Lagi nyari buku buat referensi, tapi udah dapet. Terus mampir dulu ke rak novel. Sekalian."

Giliran Kak Arsya yang mengangguk. "Kak Arsya lagi nyari buku apa?" tanyaku.

Ia tampak menggaruk tengkuknya. "Ekhem ... Nyari komik buat stok kalo lagi bosan di rumah." Bibirku hanya membentuk huruf O. Memang, rak novel dan komik bersebelahan.

"Kamu, suka novel genre apa?"

"Romance. Maklum, namanya juga cewek." Aku terkekeh sebentar. "Tapi aku suka yang sad ending gitu," lanjutku.

Kak Arsya menyudutkan kedua alisnya. "Kenapa?"

"Lebih ngena gitu. Lebih berkesan dan sulit untuk dilupakan." Aku terkekeh. Dan tak disangka, Kak Arsya pun ikut terkekeh mendengar tuturanku.

"Pasti sering baper ya sama alurnya?!" tebaknya. Aku menanggapinya dengan cengiran lebar. "Udah nemu?"

Aku menatap buku-buku di hadapanku. Menyortirnya sejenak, lantas menggeleng. "Belum, Kak." Tak ada novel yang kucari di rak ini.

"Aku izin nyari di sebelah sana ya, Kak," izinku seraya menunjuk rak best seller. Kak Arsya tersenyum, lantas mengangguk. Ia kembali sibuk mencari komik yang diincarnya. Sedangkan aku mendekat menuju rak yang dimaksud tadi.

Setelah mendapatkan apa yang diincar, aku bergegas menuju meja kasir. Namun sebelumnya aku menatap sekilas ke arah rak komik. Kak Arsya sudah tidak ada di sana. Mungkin ia sudah pulang.

"Totalnya lima ratus ribu, Mbak," ujar Mbak kasir. Aku mengambil dompet di dalam tas, lalu memberikan lima lembar uang ratusan padanya.

Aku tidak memiliki rencana untuk hari ini. Jadi, um. Lebih baik pulang sekarang dan menghabiskan hari dengan membaca novel yang baru dibeli.

"Irsa!" panggil Kak Arsya seraya menghalangi langkahku yang baru saja keluar dari toko buku.

Aku sedikit terkejut. "Eh, Kak Arsya. Aku kira udah pulang." Ia tersenyum canggung. Kenapa?

"Um, kamu ada rencana setelah ini?"

Sepertinya, membaca novel yang baru kubeli harus dilakukan di lain hari. Aku menggeleng. "Gak ada."

Say, "Hi!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang