Adek-adek udah masuk sekolah yaa?! Semangat🔥💪
Apalagi buat kelas 12, ini semester padat guys. Banyakin belajar yaa, jangan cuma baca wattpad aja😂Happy Reading Guys💕
'Cepat ke kantin!' Kira-kira seperti itulah isi pesan yang Ririn kirim. Semenjak aku masuk Himpunan, Ririn dan Hasby yang masuk BEM kita jarang mempunyai waktu untuk sekadar berkumpul.
Tak menyangka. Kukira Ririn hanya masuk TMC. 'Aku ingin menyibukkan diri,' itu alasan dia ketika aku bertanya kenapa bisa dia masuk BEM.
Tak hanya itu, beda fakultas juga menjadi alasan lain mengapa kita jarang kumpul. Aku anak fakultas ilmu pendidikan, Ririn di fakultas pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan Hasby di fakultas pendidikan bahasa dan sastra.
Aku telah tiba di kantin. Rupanya Hasby juga sudah ada di sana. Sial, aku jadi teringat tentang kejadian malam itu.
Memalukan memang. Tapi cowok itu bertanggung jawab dengan mengantarkanku ke kosan dan mengobati luka di tangan kananku.
Tak hanya itu. Paginya -tepatnya pukul 10.00- ia kembali ke kosanku. Alasannya, ia ingin mengganti ponselku yang tak sengaja terlindas oleh mobilnya saat malam itu.
Aku sangat berterima kasih. Aku tidak menolak, karena aku sangat membutuhkan ponsel itu. Di era seperti sekarang ini tanpa ponsel sungguh akan menyulitkan.
Dan mengejutkannya lagi, ia mengantarku ke kampus. Aku tidak memintanya. Sungguh. Aku hanya menjawab bahwa aku ada jadwal kuliah ketika ia bertanya aku hendak ke mana setelah membeli ponsel.
Apakah itu termasuk pesan tersirat kalau aku ingin diantar olehnya? Menurutku tidak.
Tapi seperti malam itu, aku tidak bisa menolaknya. Lagi pula jika diantar, aku lebih hemat untuk ongkos ke kampus. Aku anak kos. Jadi harus pandai-pandai mengatur keuangan.
Aku menarik kursi di samping Ririn. Berhadapan dengan Hasby. Tentang Hasby, aku masih kesal padanya.
"Tumben jam segini baru ke kampus?" heran Ririn.
Yap, biasanya aku sudah berada di kampus 2 jam sebelum kelas dimulai.
"Gua ada sedikit urusan tadi," singkatku.
Ririn hanya mengangguk mengerti. Hening. Ririn kembali sibuk dengan ponselnya. Dan Hasby, entah ini hanya perasaanku atau memang benar. Dari tadi dia terus memperhatikanku. Aku tidak peduli.
Kemudian dia bangkit, dan pergi entah ke mana. Aku tidak peduli. Aku masih kesal.
5 menit berselang, Hasby kembali dengan soda kaleng di tangannya. Lalu ia meletakkan soda itu di hadapanku.
"Irsa! Gua minta maaf semalam gak bisa pulang bareng. Gua gak bisa ninggalin rapat. Rapat itu gak akan berjalan tanpa gua. Please, gua beneran minta maaf!"
Aku terkejut. Bukan kepada permintaan maaf yang ia katakan. Tapi sikapnya itu. Ia bersimpuh di samping kursi yang aku duduki lantas memegang lengan kiriku.
Dasar, memalukan! Ia bersikap seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan.
Jelas, kami jadi pusat perhatian. Aku malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...