Hallo! 😊
Iya tau, aku telat update 3 minggu😆
I'm so sorry🙏 Belakangan ini aku hectic sama tugas😩 Huh, numpuk📚
But, sebagai permintaan maafnya part ini panjaaanggg banget dari part-part sebelumnya. HheSebelum baca, vote dulu yok!
Bikin aku seneng dapat pahala, lho😁Happy Reading Guys💕
Aku berusaha menormalkan cahaya yang masuk ke retina. Netraku menangkap langit-langit dengan cat putih bersih. Indera penciumanku menghirup bau obat-obatan. Kepalaku masih terasa pusing.
Aku berada di rumah sakit, ya? Siapa yang membawaku ke sini?
"Ir, lo udah sadar?" Aku tidak menjawab, namun berusaha untuk mengubah posisi menjadi duduk.
Aku meringis. Kepalaku sakit saat aku berusaha mengubah posisi bantal untuk sandaranku.
"Kenapa duduk sih? Udah tiduran aja," ujar Hasby sembari membantuku membetulkan posisi bantal.
"Makasih, ya. Udah nolong gua."
Aku melihat Ririn dan Hasby yang berada di samping ranjang pasien ini. Ririn terlihat kacau, matanya sembab. Sebegitu khawatirkah Ririn padaku? Hm, how sweet she is.
"Maafin gua ya, Ir." Aku mengernyit, tak mengerti dengan apa yang Ririn ucapkan.
Maksudnya apa?
"Ponsel gua mati karena lupa gak dicharge. Terus juga semalam gua sibuk baca novel. Pas pagi ponsel gua nyala, ada banyak panggilan tak terjawab dari lo. Maafin gua ya, Ir. Gua gak ada di saat lo butuh pertolongan."
Dari kalimat panjang yang Ririn ucapkan, aku mengerti. Bukan Ririn yang membawaku ke rumah sakit.
Aku mengangguk, "Gak apa-apa, Rin. "
Aku menoleh pada Hasby. Seakan mengerti apa yang akan aku tanyakan, Hasby menggeleng.
"Gua semalam ketiduran di kosannya Ryan. Maaf, Ir."
"Terus siapa yang bawa gua ke sini?"
Aku tak ingat siapa yang kutelpon sebelum aku pingsan. Tapi siapa pun itu, aku sangat berterima kasih.
"Kita tahu kabar lo di rumah sakit dari Kak Arsya."
Kak Arsya? Apakah dia yang kutelpon sebelum kesadaranku hilang?
"Dia yang bawa gua ke sini?" Ririn dan Hasby mengangguk.
"Kak Arsya juga yang nungguin lo semalaman," ujar Ririn.
"Terus, sekarang Kak Arsya mana?"
"Lagi di ruang operasi," jawab Hasby.
Aku jadi tidak enak pada Kak Arsya. Dia banyak membantuku. Aku benar-benar merasa merepotkannya.
"Kenapa, Ir? Kepala lo sakit lagi ya?" Suara Hasby membuyarkan lamunanku.
"By, ponsel gua mana?"
Hasby merogoh tasku lantas memberikan ponsel yang kupinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...