24. Harus Dokter ya?

999 81 16
                                    

Holla!

Selamat bersua bersama Irsa dan Arsya setelah ditinggal tiga bulan lamanya. Hehe

Part ini lumayan panjang buat mengobati rasa kangen kalian. Itu pun kalau ada yang kangen, sih. Hehe

Are you ready, Guys?! Here we go⬇

{Irsa Humaira Baryn}

"Semua kelompok sudah selesai?"

"Sudah, Teh," jawab sebagian mahasiswa. Sisanya tengah sibuk membereskan peralatan praktikum yang telah dipakai.

"Teteh beri waktu sampai pukul dua belas untuk mengolah data hasil praktikum. Lebih dari waktu yang telah ditentukan, tidak akan Teteh periksa." Terdengar desahan panjang dari mulut mereka.

"Untuk post-test, nanti pukul dua belas lewat lima belas menit. Waktunya lima belas menit. Lebih dari itu, kalian tidak bisa submit. Link nanti menyusul, Teteh kirim di grup kelas. Selamat siang dan selamat mengerjakan," pungkasku dengan sebuah senyum tipis.

"Berapa kelas lagi yang belum praktik?" tanyaku seraya membuka jas lab.

"Satu lagi, Teh. Nanti jam satu." jawab Nunu yang tengah memeriksa lembar kerja hasil praktikum. "Jadwalnya Kang Daril sama Agi, Teh."

"Buat kelas yang tadi praktikum, lembar kerjanya simpan di meja Teteh ya. Nanti Teteh periksa besok," pesanku pada Nunu.

Kelas untuk jadwal hari ini telah usai, hanya ada di pagi hari. Seharusnya aku sudah pulang dan tengah rebahan di kosan sembari membaca novel. Namun aku malah menyerahkan diri di perpustakaan dengan tugas Pak Ahmad yang harus kutuntaskan. Aku jadi teringat tuturan dosen sewaktu semester dua dulu. Begini katanya, “Kalau kuli bangunan itu bekerja membuat suatu gedung atau rumah, maka mahasiswa mengerjakan semua tugas yang dosen berikan.” Iya, sih, pekerjaan mahasiswa itu mengerjakan semua tugas yang dosen berikan. Tapi jika tugasnya seabrek dengan deadline kejar tayang, weslah mahasiswa juga kewalahan. Nikmati prosesnya, kelak setelah lulus kamu akan rindu dengan tugas-tugas itu.

Aku bukan mahasiswa yang mengerjakan tugasnya di cafe-cafe seperti kebanyakan mahasiswa di luar sana. Gayanya, sih, ngerjain tugas kelompok, tapi ujung-ujungnya malah nongkrong. Tugas kuliah terabaikan dan berakhir menjadi beban dosa anggota kelompok yang rajin, itu pun kalau di dalam kelompok itu ada si rajin, kalau enggak ya copas saja. Memang tidak semua mahasiswa seperti itu, tapi ada kok sebagian kecilnya.

Kukira perpustakaan siang ini akan lengang, seperti biasanya. Ternyata ada beberapa kelompok mahasiswa yang memenuhi hampir semua meja di lantai  satu. Mereka khusyuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang membaca buku, menulis, fokus dengan laptop atau ponsel. Kupastikan kebanyakan mereka yang tengah fokus pada ponsel atau laptop sedang memanfaatkan wifi perpustakaan. Dugaanku terbukti ketika kulihat seorang mahasiswa tengah menonton drakor. Aku tak sengaja sebenarnya. Aku yang hendak meniti tangga menuju lantai dua malah fokus mataku teralihkan pada drama Mr. Queen yang tengah di tayangkan di salah satu layar laptop. Weslah, mumpung gratis. Aku juga pernah berlaku demikian.

Tak seperti di lantai bawah, ruang referensi ini sepi seperti biasanya. Hanya ada tiga orang di sini. Satu tengah fokus mengerjakan sesuatu di laptopnya, satu tengah menatap tumpukan skripsi yang tersusun rapi --mungkin ia tengah mencari referensi. Dan satu lagi aku, yang akan mengerjakan tugas Pak Ahmad yang harus dikumpulkan besok. Aku memilih meja dekat jendela. Tempat favoritku.

Jemariku tengah asyik menari di atas keyboard, menyalurkan gagasan yang ada dalam benak. Sesekali membuka halaman demi halaman buku yang menjadi referensi. Ketika aku fokus memasukkan kutipan ke dalam laporan, bunyi notif pesan menginterupsi kegiatanku.

Say, "Hi!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang