6. Hampir Saja!

3.4K 171 5
                                    

Hai Hai Hai !
I'm back!
Ada yang kangen kah sama Irsa?

Happy Reading Guys💕


{Arsya Syakir Afghani}

Oh tidak! Apa aku sudah menabrak seseorang?

Aku langsung keluar dari mobil. Berlari ke arah seseorang yang sedang terduduk di aspal. Bersyukur tidak aku tabrak. Hanya terserempet.

"Maaf, mbak. Saya tidak sengaja. Mbak, tidak apa-apa?" Aku membantu ia untuk berdiri.

"Aku tidak apa-apa. Ini juga salahku yang tidak bisa menyeberang jalan".

Kalau tidak bisa menyeberang, jangan menyeberang. Bahaya. Aku menggerutu. Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah dia.

Sebentar, kenapa dia terlihat kebingungan? "Mbak, sedang cari apa?"

"Anu..Aku mencari ponselku. Mungkin terjatuh ketika aku terserempet tadi."

Aku mengangguk. Lantas membantunya untuk mencari ponselnya. Ketemu! Bukan aku yang menemukannya.

Aku mendekat ke arahnya. Ada desahan kecewa yang keluar dari mulutnya. Itu karena ponselnya rusak. Mati. Karena terlindas oleh mobilku. Baiklah, aku akan menggantinya.

"Saya minta maaf. Tapi saya akan menggantinya."

"Tidak usah. Ini ketidaksengajaan."

Dia mendongak. Menatap wajahku. Namun lekas menunduk kembali. Sebentar, sepertinya aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya.

"Kamu temannya Ririn itu kan?" Dia mengangguk.

Aku masih ingat wajah cengo dia tempo hari. Dimana ia bertamu ke kosan adik temanku dengan cara yang tidak sopan, menurutku. Tapi itu wajar, mungkin ia dan adik temanku itu sangat dekat. Bersahabat, mungkin.

"Aku minta maaf. Ponselmu akan aku ganti. Dan...Ayo kuantar pulang sebagai permintaan maaf."

Itu sebagai tindakan tanggung jawabku. Lagi pula, aku tidak tega jika harus meninggalkan dia selarut ini dengan ponselnya yang mati. Terlebih dia seorang perempuan.

Awalnya ia sempat menolak. Namun, aku memaksanya. Dan akhirnya kami duduk berdua di dalam mobil.

Tidak ada percakapan di antara kami. Namun, aku mendengar ia tidak berhenti meringis. Dia kenapa? Apakah dia terluka karena sempat aku serempet tadi?

"Kamu benar baik-baik saja?" Ia mengangguk. Namun, aku menduga dia terluka.

Aku menepikan mobilku. Hanya ingin memastikan ia terluka atau tidak.

"Bisa singsingkan lengan jaketmu?"

Dugaanku benar. Tangan kanannya terluka. Lantas aku mengambil kotak P3K. Mengobati lukanya. Ia meringis menahan perih saat kapas yang sudah kubasahi dengan antiseptik menyentuh lukanya.

"Aku sungguh minta maaf," ujarku selepas mengobati lukanya.

"Tidak apa-apa. Ini bukan sepenuhnya salah kakak."

"Dan untuk ponselmu itu, aku akan menggantinya."

"Besok aku akan menjemputmu. Kita pergi ke toko ponsel. Kamu bisa kan?" lanjutku.

"Aku bisa. Terima kasih. Maaf jadi merepotkan kakak."

Aku melajukan kembali mobilku, mengantarkan ia ke kosannya.

Ini sudah dini hari. Aku tidak mungkin pulang ke rumah. Kuputuskan untuk tidur di apartemen.

Hari ini sungguh melelahkan. Ada 3 pasien siang tadi yang harus aku tangani. Belum lagi tragedi menyerempet gadis yang tidak bisa menyeberang jalan.

Say, "Hi!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang