Happy Reading Guys💕
Setelah 4 hari menjalani MOKAKU dengan suka duka, kini Irsa, Ririn, dan Hasby sedang berkumpul di kosan Ririn. Hari ini memang hari minggu, maka dari itu mereka bertiga memilih berkumpul untuk menikmati hari santai mereka sebelum kembali ke rutinitas kampus yang lumayan padat dan memakan banyak waktu.Sebelum berangkat ke kosan Ririn, Hasby menyempatkan diri mampir ke Kitamart untuk sekadar membeli beberapa camilan. Alasannya, ngumpul gak bakal rame kalau gak ada makanan.
"Nyantai kek gini kan enak," ujar Hasby seraya membuka snack kentang yang dibelinya.
"Jangan terlalu nyantai terus lupa sama tugas. Diburu deadline baru tau rasa lo," Ririn memperingati.
"Pusing gua mikirin tugas. Tiap hari pasti aja disuruh bikin artikel," keluh Hasby.
Irsa terkikik, "Kan itu udah keahlian lo, By."
"Jadi inget pas MOKAKU, gua dihukum gara-gara logo luntur," pikiran Hasby menerawang.
Hari jum'at merupakan hari terakhir MOKAKU. Seluruh mahasiswa baru harus hadir tepat pukul 5.00, seperti biasa 15 menit sebelum acara dimulai. Setiap harinya seluruh mahasiswa baru akan diperiksa kelengkapan persyaratannya. Mulai dari sepatu, celana, kemeja, nametag, buku MOKAKU, hingga logo yang dipasang di botol minum.
"Itu, logo kamu luntur," ujar salah satu anggota KOMDIS kepada Hasby.
"Tapi ini lunturnya sedikit kak," jawab Hasby.
"Interupsi terlebih dahulu!" tegas sang kakak KOMDIS.
Hasby mengulangi jawabannya, "Interupsi kak. Nama Muhammad Hasby dengan NIM 1907278. Izin memberikan pembelaan. Logo saya memang luntur, tapi hanya sedikit kak."
"Tapi tetap luntur kan?" kakak KOMDIS bertanya. Hasby hanya bisa menganggukan kepalanya tanda setuju.
"Mentor, catat sebagai kesalahan ringan," perintahnya pada mentor sektor 10.
"Gak apa-apa ya, Dek. Semangat ngerjain artikelnya," sang mentor memberi semangat kepada Hasby. Hasby tersenyum pasrah menanggapinya.
Ririn dan Irsa terkekeh geli ketika mengingat kejadian itu.
"Tapi gua bersyukur, berkat hukuman itu gua gak terlalu kesulitan kalo bikin artikel," ujar Hasby.
"Ya semua kejadian itu pasti ada hikmahnya." Irsa menimpali.
Karena kedekatan Irsa dan Hasby dengan Ririn, gaya bahasa mereka pun sedikit berubah. Ketularan Ririn yang notabene-nya asli Jakarta.
"Eh bentar deh. Rin, kok lo bisa sih kuliah di Bandung? Padahal kan di Jakarta banyak universitas favorit," heran Hasby.
Ririn meredakan tawanya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Cita-cita gua kan pengen jadi guru. Kata bokap, ilmu pendidikan yang bagus ya di UPI. Gua sih nurut aja." Hasby menganggukan kepalanya tanda mengerti.
"Btw, Irsa, lo SMA dimana sih?" tanya Hasby.
"Gua dari SMA Nusa Raya," jawab Irsa yang mengakibatkan alis Hasby terangkat satu.
"Kalo SMP-nya dimana?" tanya Hasby lagi.
Irsa mengernyit bingung. Tumben Hasby menanyakan hal itu. "Di SMP Garuda."
Hasby terlihat sedikit kaget, namun ia segera menormalkan ekspresinya kembali. "Kalo gua sih dari SMP Cendekia terus SMA-nya di SMA Angkasa," ucap Hasby dengan muka polosnya.
Irsa dan Ririn memasang wajah datar, "Gak nanya!" ucap mereka berbarengan.
Hasby hanya menampilkan deretan giginya yang rapi, cengengesan. 'Apa jangan-jangan Irsa adalah cewek itu ya?' Hasby teringat akan suatu hal.
Bilang yaa kalo nemu typo:)
Jangan lupa tinggalkan jejak😊See you next part💕
Dadaaahh👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, "Hi!"
Romance"Maaf kak, aku nggak bisa nikah sama kakak," lirih Irsa. Jelas Arsya tidak menerima keputusan sepihak itu. "Nggak ada penolakan! Pokoknya kamu harus nikah sama aku, gimana pun caranya." Irsa mendongak dan menatap wajah Arsya yang sedang menyeringai...