22. Sunday with Pacar

1.6K 114 25
                                    

Happy Reading Guys💕

Bagi anak kos, weekend dijadikan waktu untuk bersih-bersih kamar kos. Atau dijadikan waktu untuk berolahraga dengan berlari-lari kecil di taman bersama teman. Atau bahkan, weekend hanya dihabiskan dengan sekadar bersantai ria sambil menonton drama. Begitu pun dengan Irsa. Sebagai anak kos, hari Sabtu ia jadikan sebagai waktu bersih-bersih kamar. Dan hari Minggu ia jadikan sebagai waktu bersantai ria sembari membaca. Namun berbeda dengan weekend kali ini. Ia tidak menghabiskan hari Minggu dengan membaca, melainkan menghabiskannya bersama orang tercinta, Kak Arsya.

Sudah bukan menjadi suatu rahasia bahwa Irsa tidak terlalu menyukai olahraga. Namun, jika yang mengajaknya Kak Arsya, apa yang  harus dilakukan Irsa selain menerima?

"Cape ya?"

Irsa mengatur napasnya yang tersengal. Lantas ia menggeleng. "Aku belum cape. Ayo, lari lagi!" ajaknya dengan seulas senyum. Tangan Arsya tergerak untuk mengelus kepala Irsa sebelum kembali mengelilingi taman.

Rekor bagi Irsa yang kurang menyukai olahraga, terlebih lari. Mereka berhasil mengelilingi taman sebanyak tiga kali. Jumlah yang tidak seberapa bagi Arsya, namun angka yang luar biasa bagi Irsa. Biasanya ia hanya mampu menyelesaikan dua putaran, itu pun dengan keringat yang membanjiri tubuh setelahnya.

Mereka duduk di bangku taman. Irsa tengah mengatur napasnya yang tersengal. Ia sangat kelelahan. Kontras dengannya, Arsya terkekeh geli melihat Irsa yang begitu menyedihkan.

"Huh ... aku ... huh ... gak habis pikir sama Kakak ... huh ... masih bisa ketawa kayak gitu." Arsya semakin dibuat tergelak setelah mendengar tuturan Irsa dengan napasnya yang masih tersengal.

"Pasti cape banget ya?" tanya Arsya seraya menyentuh pundak Irsa. Irsa masih mengatur napasnya. "Aku ke sana dulu. Tunggu di sini ya," pamitnya yang diangguki Irsa.

10 menit berselang, Arsya kembali dengan dua botol air mineral di tangannya. Ia memberikan satu botol yang telah dibuka tutupnya pada Irsa. Irsa menerimanya dengan suka cita. Lantas ia meminumnya, namun tidak sampai tandas, tinggal tersisa setengah.

"Kamu jarang olahraga, makanya cepet cape kayak gitu," celetuk Arsya. Irsa menampilkan deretan giginya. "Aku gak suka olahraga."

"Lho, kok gitu? Harus olahraga dong biar sehat," pesannya.

"Kalo olahraganya sama Kakak mah, aku mau-mau aja." Arsya tergelak, lantas mencubit pipi Irsa. Mereka tergelak bersama.

"Yaudah, nanti setiap hari Minggu kita olahraga bareng," ajak Arsya.

Irsa tampak berpikir sejenak. "Jangan deh." Kedua alis Arsya bertaut. "Karena, meski olahraganya bareng Kakak, aku tetep ngerasa cape juga," lanjutnya.

"Yaiyalah! Namanya juga olahraga, ya pasti cape."

"Aku gak suka cape," timpal Irsa. Arsya yang gemas mencubit kedua pipi Irsa hingga ia berteriak. "Kak Arsya!" Arsya tergelak puas setelah mencubit pipi Irsa. Irsa mencebik.

"Kamu pengin sarapan apa?"

"Bubur. Aku pengin sarapan bubur."

"Yaudah. Ayo!" ajak Arsya seraya bangkit dari duduk.

"Aku masih cape," adu Irsa.

Arsya menampilkan senyum jahil. "Mau aku gendong?" tawarnya.

Sontak Irsa bangkit dari duduknya. "Aku masih bisa jalan, kok. Ayo!" Dan Arsya kembali tergelak.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju penjual bubur yang menjadi langganan. Setelah sampai, Arsya memesan dua mangkuk bubur. Selang 10 menit, dua mangkuk bubur dan teh hangat tersaji di meja mereka.

Say, "Hi!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang